RSS

Category Archives: Islami

Cara Membuat Cewek Jatuh Cinta

Menaklukkan hati seseorang bukan hanya dengan kata-kata atau kelakuan tapi do’a juga terkadang sangat diperlukan.

karena do’a yg bisu pun bisa jadi bicara, yang buta bisa jadi melihat, yg keras bsisaj di lemah, yang tidak bisa dilihat pun bisa disentuh itu karena do’a, yang matipun jadi bisa bicara itu juga karena do’a, yang sudah ditakdirkan bergaris melennceng pun bisa dirubah hanya dengan do’a, tapi terkadang kalau lagi kesulitan kita lupa untuk berdo’a/meminta pada yg maha rohman juga rohim (pemurah juga penyayang) apa kesulitanya.

berdo’alah apa yang menjedi kesulitanmu. disini ada do’a untuk mahabbah ada yang mengatakan pengasihan . surat ar_ro’da ayat 31  yang berbunyi:

[ walau anna qur’anan suyyirot bihil jibalu aukuttingat bihil ardzu aukullima bihil mauta ballillahil amrujami’a ]

Ayat di atas bisa digunakan untuk menaklukkan mertua yang galak tidak sayang, egois/barangkali dimusuhi tetangga, tidak usah disakiti coba taklukkan saja hatinya dengan ayat tersebut.

Atau mungkin anda naksir/cinta dengan seseorang tapi dia tidak mengerti atau tidak tersentuh hatinya coba kamu sentuh hatinya pakai ayat tersebut. Yang jelas ayat yang di atas itu untuk meluluhkan atau menaklukan hati seseorang.

caranya yaitu pada waktu nisfullail (tengah malam) ditempat yang sepi shalat hajat 2 roka’at lalu membaca ayat tersebut 1000x, sebelum membaca ayat tersebut 1000x kirim2 fatihah dulu pada kanjeng nabi UHAMMAD SAW, dan sohabatnya lalu yang terakhir buatt orang yang dituju. contoh buat nama orang yang dituju …. binti …. titik yang pertama di isi nama orang yg di tuju titik yg kedua buat nama ibunya orang yang di tuju. contoh abdul binti umy / putri binti umy.

cara gampang membaca 1000x anda pegang tasbih dan batu 10 setelah membaca 100x batu dibuang 1 kali, kalau batu sudah habis semua berarti sudah selesai.

Dan apabila dalam membaca 1000x ada sesuatu yang aneh jangan takut biarkan saja, jangan dihiraukan. yang mesti anda tau bahwa do’a itu mempunyai energi/kekuatan. semakin berat berdo’anya akan semakin kuat energi’y.

Semoga bermanfaat,,,,,,!

 
2 Comments

Posted by on June 3, 2012 in Islami, Remaja, Tips, Umum

 

Tags: , , , , ,

Apa Itu Qodam, Boleh Gak Mempunyai Qodam?

للَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Allah adalah Walinya orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, Wali-walinya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan”. (QS.2/257)

Maksud ayat, Allah yang menolong orang-orang beriman, yakni mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid, dari kesusahan kepada cahaya kegembiraan. Menolong dengan melepaskan mereka dari himpitan problem kehidupan, menolong dengan memberikan berbagai macam fasilitas dan kemudahan, menolong dengan menurunkan tentara-tentara yang tidak dapat kamu lihat, menolong dengan menurunkan malaikat-malaikat sebagai pelindung dan pembimbing. Hal itu terjadi, karena Allah mencintai orang-orang beriman dan orang-orang yang beriman itu mencintai Allah s.w.t.

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَى لَهُمْ

“Yang demikian itu karena disebabkan sesungguhnya Allah adalah kekasih orang-orang yang beriman dan sesungguhnya orang-orang yang kafir mereka tidak mempunyai kekasih”. (QS. Muhammad; 47/11)

Dan juga firman-Nya:

وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

“Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah”. (QS. al-Baqoroh; 2/165)

Adapun orang kafir, mereka tidak mempunyai kekasih dari pihak Allah akan tetapi dari pihak Thoghut atau tentara setan. Sebagaimana yang dikabarkan oleh Allah s.w.t melalui ayat-ayat-Nya di atas:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Dan orang-orang yang tidak percaya, Wali-walinya adalah setan yang mengeluarkan dari Nur kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.(QS. al-Baqoroh; 2/257)

Setan dijadikan wali bagi orang-orang kafir, maka setan itulah yang akan membimbing orang tersebut keluar dari cahaya menuju kegelapan. Keluar dari iman kepada kafir dan dari tauhid kepada syirik. Dengan membimbing mereka menuju kesenangan sesaat, mengikuti kehendak hawa nafsu, namun akhirnya tanpa terasa mereka terjerumus ke jurang neraka. Oleh karena orang-orang kafir itu telah dicintai setan sejak hidup mereka di dunia, maka di nerakapun mereka itu diharapkan tetap berkumpul lagi dengan setan untuk selama-lamanya.

Sebagaimana tanda-tanda kecintaan Allah s.w.t kepada orang-orang yang beriman, dengan menurunkan malaikat-malaikat kepada mereka sebagai khodam-khodam, maka demikian pula setan Jin. Demi kelanggengan kecintaannya itu, dan supaya mereka dapat selalu bersama-sama dengan setan sampai di neraka kelak, maka setan Jin juga menempatkan tentara-tentaranya untuk menyertai hidup orang-orang kafir sebagai khodam mereka.

  MENGENALI KHODAM

 Setiap manusia sesungguhnya sudah dibekali Allah s.w.t dengan teman (qorin) dari golongan Jin, bahkan sejak manusia dilahirkan oleh ibunya. Rasulullah s.a.w telah menegaskan hal itu dengan sabdanya:

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ وَكَّلَ قََرِيْنَهُ مِنَ الْجِنِّ . قَاُلْوا أَاَنْتَ يَارَسُوْلَ اللهِ . قَالَ: وَإِيَّايَ إِلاَّ أَنَّ اللهَ قَدْ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلاَ يَأْمُرُنِي إِلاَّ بِالْخَيْرِ . رواه مسلم.

“Tidaklah dari salah satu diantara kalian kecuali sesungguhnya Allah telah mewakilkan temannya dari jin, mereka bertanya: “Apakah engkau juga ya Rasulullah?”, Rasul s.a.wmenjawab: “Dan juga kepadaku, hanya saja sesungguhnya Allah telah menolongku mengalahkannya, maka ia masuk Islam, maka ia tidak memerintah kepadaku kecuali dengan kebaikan”. (HR Muslim)

 Rasulullah s.a.w meskipun dibekali teman dari Jin, namun Allah memberikan pertolongan kepada Beliau sehingga Jin yang menyertai Nabi s.a.w masuk Islam. Dengan itu jin tersebut tidak memberikan bisikan kepada Baginda Nabi kecuali dalam kebaikan, demikianlah yang disampaikan dalam sabdanya di atas. Maka hadits ini menjadi bukti bahwa bagian dari fungsi khodam Jin itu adalah mempengaruhi manusia dengan perintahnya.

 Hanya saja, oleh karena Allah s.w.t telah memberikan pertolongan kepada Baginda Nabi s.a.w, meskipun jin itu memberikan perintah, namun itu hanya dalam kebaikan. Melalui hadits ini juga terbukti, ternyata khodam yang baik itu tidak hanya dari golongan malaikat saja, akan tetapi juga ada yang dari golongan Jin. Lebih jelas lagi dari apa yang telah disabdakan oleh Baginda Nabi s.a.w di dalam hadits yang lain:

 فُضِّلْتُ عَلَى آَدَمَ بِخَصْلَتَيْنِ. اَلأَوَّلُ: إِنَّ الشَّيْطَانِي كَانَ كَافِرًا فَأَعَانَنِيَ اللهُ عَلَيْهِ حَتَّى أَسْلَمَ. وَالثَّانِيَةُ: إِنَّ أَزْوَاجِيْ كُنَّ عَوْنًا لِي فِي خَيْرٍ . وَأَنَّ الشَّيْطَانَ آَدَمَ كَانَ كَافِرًا وَزَوْجَتُهُ كَانَتْ عَوْنًا عَلَيْهِ.

“Aku diutamakan melebihi Adam dengan dua keadaan: pertama, sesungguhnya setanku adalah kafir, kemudian Allah memberi pertolongan kepadaku sehingga setanku masuk Islam, dan yang kedua, sesungguhnya adalah istri-istriku selalu menolong kepadaku di dalam kebaikan, sedangkan Adam, setannya adalah kafir dan istrinya adalah menolong kepada setannya”.

 Walhasil, dari sekian uraian di atas, baik yang bersumber dari firman-firman Allah s.w.t maupun hadits-hadits Nabi s.a.w dapat diambil beberapa kesimpulan: Bahwa keberadaankhodam-khodam itu ternyata memang ada, bahkan ada yang yang sudah diikutkan manusia sejak dilahirkan oleh ibunya. Di antara khodam-khodam itu ada yang menguntungkan ada yang merugikan. Namun demikian, adanya khodam itu tidak didapatkan dengan cara diburu ke sana ke mari, melainkan didatangkan oleh Allah s.w.t sebagai bonus ibadah, baik secara langsung mengikuti hikmah yang dikehendaki-Nya atau melalui proses dan sebab-sebab yang berkaitan dengan ikhtiar serta amal ibadah.

 Di antara khodam-khodam itu ternyata ada yang sudah diikutsertakan Allah kepada manusia sejak ia dilahirkan ibunya. Padahal dalam kenyataannya tidak semua orang dapat merasakan keberadaannya terlebih mengenalinya. Bagaimana­kah yang demikian itu dapat dinalar secara rasional?

  Manusia dengan khodamnya, ibarat manusia dengan bayang-bayangnya sendiri. Bayang-bayang itu menjadi ada, bukan karena ada dengan sendirinya, namun karena ada sinar yang menyinari manusia. Seperti malam ketika sedang berkabut hingga menjadi gelap gulita, jangankan bayang-bayang, gunung di pelupuk mata pun tidak tampak. Demikian itu karena tidak adanya sinar yang menerangi persada. Namun ketika matahari mulai memancarkan sinar, seiring fajar pagi kian terang, maka sedikit demi sedikit gunung yang tadinya tidak kelihatan mulai menampakkan diri. Yang asalnya seperti gundukan asap hitam, semakin lama menjadi semakin terang, dan ketika matahari semakin tinggi, tidak ada kabut dan mendung yang menghalangi, maka gunung itupun semakin menampakkan diri. Ketika sinar matahari telah sempurna memancar pada titik kulminasi, maka gunung itu semakin kelihatan indah karena bayang-bayang pemisah antara dua celah yang semula tidak kelihatan kini ikut mempercantik wajahnya. Seperti itulah cara mengenali khodam. Artinya,khodam itu tidak harus dicari ke sana ke mari, melainkan didapatkan dengan jalan mendekatkan dirinya kepada titik pancaran sinar matahari.

 Yang dimaksud sinar matahari itu adalah Nur langit dan Nur bumi, yaitu Nur dan HidayahAllah s.w.t yang menerangi rongga dada seorang hamba sehingga matahati yang ada di dalamnya menjadi tembus pandang. Maka mendekatkan diri kepada sinar matahari itu berarti mendekatkan diri kepada Allah s.w.t supaya dengan itu seorang hamba mendapatkan hidayah-Nya.

Supaya orang dapat sinar matahari, dia harus mendekatkan diri kepada sumber sinar, sekaligus menghilangkan sesuatu yang dapat menghalangi dirinya dari sinar tersebut. Seperti itulah cara orang mengenali khodam-khodamnya, di samping ia harus mendekatkan diri kepada Allah s.w.t, juga harus menghilangkan dan menghapus hijab-hijab yang menutupi matahatinya, sehingga mampu menangkap pancaran Nur danHidayah dengan sempurna. Dengan sinar hidayah itu alam yang semula gelap gulita menjadi terang benderang karena matahati seorang hamba menjadi tembus pandang. Hamparan dada yang semula sempit dan dangkal itu kini menjadi dalam dan luas karena bagian rahasia alam telah tersingkapkan. Dengan semakin luasnya ilmu dan pengenalan diri, baik kepada diri sendiri dan lingkungan, terlebih pemahaman akan rahasia urusan Tuhannya, maka dengan izin-Nya seorang hamba akan semakin mengenali apa-apa yang ada di sekelilingnya. Mereka dapat menngenali dimensi-dimensi lain yang ada di alam semesta, di antaranya adalah dimensi rahasia khodam-khodam yang menyertai hidupnya.

 Ini adalah ‘kunci rahasia’ untuk membuka pintu rahasia yang selama ini seakan tertutup rapat itu. Merupakan password yang dapat menguak dimensi alam yang seakan terhalang. Kunci permasalahan yang dapat dijadikan dasar kajian sekaligus bekal utama supaya seorang hamba mampu mambangun amal untuk melatih diri membakarhijab dan menembus sekat yang menghalangi, mengadakan pengembaraan dan bermi’raj menuju dimensi yang diselimuti. Menyelesaikan tahapan, menempuh tanjakan, menyiasati jebakan dan menyingkirkan rintangan, supaya perjalanan tidak tersesat di tengah jalan, sehingga seorang pejalan mendapatkan apa-apa yang sudah disiapkan.

 Jadi, berburu khodam itu tidak harus melakukan perjalanan pergi kesana-kemari, akan tetapi dengan gerakan diam. Artinya melakukan amal dalam pengabdian hakiki, baik dzikir dan wirid, maupun mujahadah dan riyadlah, semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Hal tersebut bisa dilakukan dimana saja, baik di dunia rame maupun sepi, asal hanya untuk mengharapkan ridla-Nya. Selanjutnya berserah diri kepada-Nya terhadap apa-apa yang yang diharapkan. Demikian itu, karena Allah tidakl jauh dari hamba-Nya. Allah sangat dekat dan bahkan lebih dekat dari urat lehernya. Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui terhadap apa-apa yang dikerjakan hamba-Nya, baik dari perbuatan taat maupun maksiat dan Allah juga Maha Kuasa membalas amal ibadah yang dikerjakan hamba-hamba-Nya itu.

 Ketika Allah s.w.t telah membuka matahati seorang hamba, buah amal ibadah yang dijalani, maka baginya tidak ada rahasia lagi di alam ini. Seperti ketika mentari telah memancarkan sinarnya dari titik kulminasi, maka persada yang semula gelap seketika menjadi terang benderang, sehingga semut hitam yang berhenti di atas batu hitam yang semula samar, sekarang menjadi tampak terang. Namun demikian, oleh karena yang rahasia harus tetap dalam kerahasiaan dan tidak boleh dibuka kecuali kepada ahlinya, maka pembicaraan dalam kaitan yang rahasia harus ada batasan.

 Terlebih urusan khodam yang hanya dapat dikenali dengan ilmu rasa. Padahal tidak ada jalan untuk menghasilkan ilmu rasa kecuali dengan amal (praktek), maka tidak mungkin uraian tentang khodam ini dapat diperpanjang lagi. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang ingin melanjutkan pencarian, silahkan meneruskan sendiri semampu mungkin dengan mencari bahan tambahan, baik dari ayat-ayat al-Qur’an maupun Hadits-Hadits Nabi s.a.w yang tentunya harus didampingi para Ulama’ ahlinya sebagai guru dan pembimbing, sambil memohon petunjuk dan taufiq kepada Allah s.w.t agar kita semua terjaga dari segala tipudaya kehidupan.

 
Leave a comment

Posted by on June 3, 2012 in Islami, Umum

 

Tags: , , , , ,

Cara Bersabar

ada 3 cara bagaimana kita menguatkan kesabaran kita, sebenernya ada beberapa cara lain tapi berhubung waktu jum’at yang sangat singkat jadi sang khatib memberikan 3 cara saja agar kita bisa bersabar dalam hidup.
Pertama,

Yakini bahwa diri kita ini milik Allah SWT. kita lahir tanpa membawa kain secuil pun. segala yang kita punya adalah pinjaman dari Allah SWT, jadi ketika sang pemilik menginginkan kembali ya harus legowo untuk melepasnya. malu donk keukeuh peuteukeuh mempertahankan sesuatu yang bukan milik kita.

kedua,

Agar kita bisa bersabar : jangan pernah membanding-bandingkan. terutama membandingkan dengan yang lebih baik dari kita, cobalah untuk melihat kebawah daripada melihat ke atas dalam hal harta benda, kecuali dalam hal ilmu.

ketiga,

Agar kita sabar kita harus yakin bahwa hidup ini proses yang sebentar. ya paling banter +- 63 tahun, kita gak akan hidup selamanya. (hanya Allah SWT yang kekal selama2nya tiada awal dan akhir, karena Allah SWT adalah awal dan akhir… cmiiw). gak ada yang namanya miskin teruuuuuuuss…. sakiiiit teruuuuus…. kaya teruuuuusss… miskiin teruuuusss… ada saatnya diatas, ada saatnya dibawah. baik saat diatas maupun dibawah cobalah untuk bersyukur!

sabar sendiri ada tiga macam yaitu;

  1. kita harus bersabar saat kita taat pada Allah SWT.
  2. sabar saat menghadapi kemaksiatan (maksudnya sabarlah untuk istiqamah menghindari kemaksiatan)
  3. sabar saat beribadah kepadanya.

siapa bilang shalat Tahajud itu enak, siapa bilang jadi orang shaleh itu enak kan kata Rasulullah SAW juga “dunia bagi orang shaleh itu seperti neraka dan bagi orang kafir itu seperti seperti surga” so ya agar tetap dalam koridor keimanan kita bukanlah hal yang mudah, apalagi di zaman yang penuh fitnah seperti sekarang ini…, godaan datangnya dari segala penjuru, dan setiap saat…

 
Leave a comment

Posted by on June 3, 2012 in Islami, Tips, Umum

 

Tags: , , ,

Menongkah Arus Dunia Dengan Kemudi Ukhrawi

Sifat-sifat individu muslim memperlihatkan dan menunjukkan perasaan hormat kepada semua orang-orang Islam. Ia juga mesti mengetahui kelemahan, keburukan, kekurangan diri dan penyakit rohani dan kecenderungan dirinya. Namun syaitan telah menggoda manusia dalam urusan dunia, jiwa dan nafsu sehingga menyebabkan manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak diredhai Allah SWT. Manusia juga terjebak melakukan perbuatan-perbuatan tersebut dengan dorongan dari dalam jiwanya sendiri, umpamanya untuk mencapai satu tujuan kebendaan dan urusan dunia.

Kini manusia menfokuskan perhatian kepada fahaman-fahaman yang aneh dan ungkapan-ungkapan ideologi yang mengkaburkan pemahaman. Mereka mendengarkan pernyataan sejarah yang menganggap manusia hanyalah sebagai modal utama perekonomian di tengah-tengah dunia global. Jika satu saat mereka merasa lemah atau ingin memperoleh keuntungan yang bersifat kebendaan, maka ditempuhlah dengan perbagai cara tanpa mengendahkan hukum syarak, umpamanya dengan cara menindas orang, berhasad-dengki, mengumpat, menghasut dan membuat kerosakan sekalipun.

Faktor yang dapat membendung kemelut seperti ini ialah taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik. Sementara punca penularannya ialah nafsu dan syahwat. Hal ini adalah sebagaimana yang disabdakan nabi s.‘a.w mengenai perkara yang banyak membawa manusia ke syurga dan perkara yang banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka:

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah RA: Nabi s.‘a.w ditanya: Apakah perkara yang paling banyak menyebabkan manusia masuk syurga? Jawab baginda: Taqwa dan akhlak yang baik.” Baginda ditanya lagi: “Apakah perkara yang paling banyak menyebabkan manusia masuk neraka?” Baginda menjawab: “Dua rongga iaitu mulut dan faraj.” (Sunan Ibn Majah).

Tindakan Penyelesaian:

1) Menjadikan seluruh kehidupan sebagai ibadah:

“Wahai anak Adam tumpukanlah untuk beribadat kepadaku, pasti Aku akan penuhkan dadamu dengan kekayaan, aku lenyapkan kefakiran kamu. Jika kamu tidak melakukan demikian pasti aku penuhkan dada kamu dengan kesibukan dan aku tidak lenyapkan kefakiran kamu.” (Riwayat al-Tirmizi dan al-Baihaqi daripada Abu Hurairah).

2) Membataskan keinginan:

“Sesiapa yang meletakkan keinginannya hanya satu (semata-mata untuk akhiratnya), pasti Allah memberikan kecukupan pada keinginan dunianya. Sesiapa yang keinginannya bercabang-cabang (dalam hal ehwal dunia), Allah tidak mempedulikannya di lembah dunia mana sekalipun ia binasa.” (Diriwayatkan daripada Ibn Umar di dalam Syu‘ab al-Iman).

3) Tidak menjadikan dunia sebagai keinginan yang utama:

“Hindarkanlah sepenuhnya dari keinginan terhadap dunia sedaya-upaya kamu. Sesiapa yang keinginan dunianya lebih besar, pasti Allah membebankan tanggungjawabnya dan mendedahkannya kepada kemiskinan. Sesiapa yang keinganan akhiratnya lebih besar, pasti Allah memperkemaskan urusannya dan memberikan kekayaan di hatinya. Tidak seseorang hamba mendampingi Allah dengan hatinya melainkan Allah menjadikan hati orang-orang beriman cenderung kepadanya dengan kemesraan dan kasih-sayang, di samping itu Allah segera memberikan segala kebaikan kepadanya.” (Sabda Rasulullah s.‘a.w diriwayatkan daripada Abu Darda’ di dalam Mu‘jam al-Tabarani)

4) Membersihkan jiwa dengan berserah kepada Allah SWT. Nabi s.‘a.w. berdoa:

“Wahai Tuhanku, berikanlah taqwa kepada jiwaku dan bersihkannya kerana Engkaulah sebaik-baik yang membersihkannya, Engkaulah penguasanya dan Engkaulah penaungnya.” (Diriwayatkan di dalam Musnad Imam Ahmad daripada ‘Aisyah katanya: Aku mendapati Nabi s.‘a.w. tiada di tempat tidurnya. Kemudian ‘Aisyah menyentuh baginda dengan tangannya dan mendapati baginda sednag bersujud sambil berkata: “Doa di atas.”).

5) Meningkatkan kecintaan kepada Allah SWT melebihi segala-galanya. Nabi s.‘a.w. berdoa:

“Wahai Tuhanku, aku pohon daripadaMu kasihMu, dan kasih mereka yang kasihkanMu, dan aku pohon amalan yang boleh menyampaikanku kepada kasihMu. Wahai Tuhanku, jadikan kasihMu lebih dicintaiku daripada diriku, daripada keluargaku dan daripada air yang dingin.” (Diriwayatkan daripada Abu Darda’ di dalam Sunan al-Tirmizi bahawa sabda Rasulullah s.‘a.w: Antara doa Nabi Daud a.s. ialah: “Doa di atas.”)

6) Segala perkara yang disukai dan tidak disukai digunakan untuk kecintaan kepada Allah SWT. Nabi s.‘a.w. berdoa:

Wahai Tuhanku, kurniakan kepadaku kasihMu dan kasih-sayang yang berguna kepadaku kasihnya di sisiMu. Wahai Tuhanku, apa saja rezeki idamanku yang telah Engkau kurniakan kepadaku maka jadikannya tenaga kekuatan bagiku untuk melaksanakan amalan-amalan yang disukaiMu. Wahai Tuhanku, apa saja rezeki idamanku yang Engkau jauhkan dariku maka jadikanlah kekosongan itu untuk aku melaksanakan amalan yang disukaiMu. (Diriwayatkan daripada Abdullah bin Yazid al-Khatmi al-Ansari di dalam Sunan al-Tirmizi bahawa Rasulullah s.‘a.w mengatakan di dalam doanya: “Doa di atas.”).

7) Menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran, memelihara diri sendiri ketika kepincangan berleluasa, dan juga bersabar.

“Hendaklah kamu menyuruh kepada makruf dan menegah kemungkaran sehinggalah kamu melihat orang yang bakhil ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia lebih diutamakan, orang yang pandai merasa takjub dengan pandangannya sendiri. Saat itu hendaklah kamu memelihara dirimu sendiri dan biarkanlah orang lain (berusaha agar tidak terbabit dengan empat perkara yang membinasakan yang disebutkan). Ini kerana selepas kamu akan berlaku zaman di mana orang yang bersabar seperti orang yang menggenggam bara. Bagi orang yang beramal di kalangan mereka akan mendapat pahala lima puluh orang dan mereka beramal sebagaimana amalan kamu.” (Sabda Rasulullah s.‘a.w. di dalam Sunan al-Tirmizi).

8) Menghindari daripada fitnah (perselisihan dan perpecahan):

“Kelak akan berlaku fitnah, orang yang duduk pada waktu itu lebih baik daripada orang orang berdiri, orang berdiri lebih baik daripada orang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada orang berlari-lari. Sesiapa yang mencari-carinya ia akan terjerat dan sesiapa yang mendapat tempat berlindung atau berteduh, hendaklah ia berlindung dengannya.” (Sabda Rasulullah s.‘a.w. diriwayatkan daripada Abu Hurairah di dalam Sahih al-Bukhari).

Posted by jailurrashied at 5:13 PM
0 comments:

Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 2 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Friday, February 27, 2009
10 Profil Peribadi Muslim
10 Profil Peribadi Muslim

Firman Allah SWT yang bermaksud: “Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman).” (Ali ‘Imran: 10).

Umat Islam hari ini perlu mengembalikan ciri-ciri sebagai umat terbaik. Namun ia tidak akan tercapai melainkan setiap individu umat memiliki ciri-ciri yang terbaik. Oleh itu, mereka mestilah memiliki peribadi muslim yang dituntut oleh Al-Quran dan sunnah. Ia merupakan peribadi yang soleh, sikap, ucapan dan tindakannya terpancar nilai-nilai yang datang dari Allah SWT.

Peribadi muslim bukanlah tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ibadat khusus, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus ada pada peribadi seorang muslim. Oleh karena itu piawai peribadi muslim yang berdasarkan Al-Quran dan sunnah merupakan sesuatu yang wajib dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan peribadi muslim.

Sekurang-kurangnya terdapat sepuluh profil atau ciri khas yang mesti ada pada peribadi seseorang muslim. Ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Hasan Al-Banna:

§ kekuatan jasmani,

§ akhlak yang mantap,

§ fikiran berteraskan ilmu pengetahuan,

§ mampu berdikari,

§ aqidah yang sejahtera,

§ ibadah yang betul,

§ berjuang melawan nafsu,

§ menjaga masa,

§ mengatur urusan diri,

§ berguna untuk orang lain.

1) Aqidah yang sejahtera.

Aqidah muslim yang sejahtera adalah berpaksikan firman Allah SWT (yang bermaksud): “Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Mereka berkata): “Kami tidak membezakan antara seorang dengan yang lain Rasul-rasulnya”. Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali.” (Al-Baqarah: 285).

Juga mempraktikkan jawapan Rasulullah SAW kepada Jibril ketika baginda ditanya: “Apakah iman?” Baginda menjawab: “Beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab yang diturunkan Allah, rasul-rasulNya, hari akhirat, dan ketetapan (takdir Allah) yang baik dan buruk.” (Riwayat Muslim).

Perlaksanaan perkara ini ditonjolkan dalam kelakuan dan perbuatan serta pendirian mengesakan Allah dalam setiap keadaan. Sabda Rasulullah SAW: “Peliharalah Allah, nescaya Dia memelihara kamu. Apabilan kamu meminta mintalah daripada Allah. Ketahuilah perkara yang terlepas daripada kamu bukanlah ditetapkan untuk menimpa kamu, dan perkara yang menimpa kamu bukanlah ditetapkan ia terlepas daripada kamu.” (Riwayat Muslim).

2) Ibadah yang betul.

Ibadah yang betul adalah berpaksikan firman Allah SWT (yang bermaksud): “Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu. (Al-Zariyat: 56). Ibadat hendaklah meliputi segenap perkara yang baik dan berkebajikan selagi mana terdapat niat yang ikhlas, benar dan jitu, semata-mata mengharapkan keredhaan Allah SWT: “Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.” (Al-An‘am, 162).

Justeru ibadah merangkumi dua tonggak asas:

a) Amal ibadat yang bertepatan dengan syariat Allah.

b) Niat yang ikhlas ditujukan kepaa Allah.

Berlandaskan dua perkara ini, setiap individu muslim melaraskan setiap perbuatan yang dilakukan sebagai ibadat yang tulus kepada Allah. Ia menjadikan adat dalam kehidupan sebagai ibadat berdasarkan ganjaran di sisi Allah SWT.

3) Akhlak yang mantap.

Akhlak yang mantap adalah berpaksikan sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (Riwayat Imam Ahmad). Ini kerana akhlak adalah hasil daripada aqidah yang sejahtera, ibadat yang betul dan berjuang melawan nafsu secara berterusan. Sabda Rasulullah SAW: “Takutilah Allah di mana sahaja anda berada. Ikutilah kejahatan dengan kebaikan untuk menghapuskannya, dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik. (Riwayat al-Tirmizi).

Seorang muslim hendaklah bersungguh-sungguh menjaga kemurniaan akhlak yang melambangkan kebajikan, keimanan dan kebaikan dirinya. Ganjaran daripada penampilan tersebut boleh menghampirkan diri seseorang kepada Allah SWT dan mendampingi Rasulullah SAW di syurga. Imam Ahmad dan Ibn Hibban mengemukan riwayat daripada Ibn Umar bahawa sabda Rasulullah SAW: “Adakah kamu mahu aku beritahu tentang orang yang paling aku cintai dan paling dekat dengan pada hari qiamat?” Para Sahabat menjawab: “Ya, wahai Rasulullah.” Sabda Rasulullah: “Orang yang paling baik akhlaknya…” Juga sabda baginda: “Seseorang kamu yang berakhlak mulia dapat mencapai sesuatu yang tidak dicapai oleh orang yang berpuasa dan bersembahyang.”

Justeru akhlak adalah seruan yang terbaik kepada I slam. Prinsip Islam juga tersebar dan menjadi pasak yang kukuh di dalam masyarakat. Begitulah agama Islam tersebar melalui interaksi yang baik.

4) Fikiran berteraskan ilmu pengetahuan.

Fikiran berteraskan ilmu pengetahuan adalah berpaksikan firman Allah SWT yang bermaksud: “Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (sekalian makhluk), Ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku; bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan. Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq: 1-5).

Juga firman Allah SWT yang bermaksud: “(Tuhan) Yang Maha Pemurah serta melimpah-limpah rahmatNya. Dialah yang telah mengajarkan Al-Quran. Dialah yang telah menciptakan manusia; Dialah yang telah membolehkan manusia (bertutur) memberi dan menerima kenyataan.” (Al-Rahman: 1-5).

Sabda Rasulullah SAW: “Sesiapa yang merentas jalan untuk menuntut ilmu, pasti Allah memudahkan laluannya untuk ke syurga.” (Riwayat dikemukakan oleh Muslim).

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktiviti berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Dapat kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.

Oleh karena itu Allah mempersoalkan kepada kita tentang tingkatan intelektual seseorang sebagaimana firmanNya yang bermaksud: “Katakanlah lagi (kepadanya): “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna.” (Al-Zumar :9).

5) Kekuatan jasmani.

Memiliki Kekuatan jasmani adalah berpaksikan sabda Rasulullah SAW: “’Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mumin yang lemah.” (Riwayat Muslim). Kekuatan jasmani bererti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fizikalnya yang kuat. Sembahyang, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fizikal yang shat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Oleh karena itu, kesihatan jasmani mestilah mendapat perhatian seorang muslim. Pencegahan dari penyakit adalah lebih utama daripada pengubatan. Sakit tetap terjadi tetapi janganlah seseorang mendedahkan diri kepada penyakit.

6) Mampu berdikari.

Menjadi orang yang mampu berdikari berpaksikan firman Allah SWT yang bermaksud: “Dialah yang menjadikan bumi bagi kamu: mudah digunakan, maka berjalanlah di merata-rata ceruk rantaunya, serta makanlah dari rezeki yang dikurniakan Allah; dan (ingatlah), kepada Allah jualah (tempat kembali kamu sesudah) dibangkitkan hidup semula; (maka hargailah nikmatNya dan takutilah kemurkaanNya).” (Al-Mulk: 15). Sabda Rasulullah SAW: “Sesiapa yang menikmati waktu petang dengan mendapat hasil usaha sendiri, pasti ia menikmati waktu petang itu dengan mendapat keampunan.” (Riwayat Al-Tabarani).

Memiliki kemampuan usaha sendiri merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya dapat dilaksanakan bilamana seseorang memiliki kekuasaan, terutama dari segi ekonomi.

Janganlah seseorang mengorbankan prinsip karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Seseorang muslim wajar memiliki kekayaan untuk menunaikan haji dan umrah, zakat, infaq, sedekah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Quran dan hadis. Ia juga adalah suatu keutamaan.

Dalam kaitan menciptakan kekuasaan inilah seorang muslim amat dituntut memiliki melayakan dalam apa juga bidang yang baik. Ini supaya ia dapat meraih rezeki daripada Allah SWT. Ini kerana rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan digunakan. Untuk itu kebolehan dan kemahiran adalah diperlukan.

7) Mengatur urusan diri.

Mengatur urusan diri berpaksikan hadis Rasulullah SAW: “Baginda ditanya: Apakah amalan yang paling afdhal? Jawab Baginda: “Sembahyang pada waktunya, berbakti kepada ibubapa dan kemudian jihad jalan Allah.” (Riwayat al-Bukhari). Nabi SAW mengajar para Sahabat tentang feqh keutamaan supaya mereka dapat mengatur urusan hidup agama dan dunia mengikut tuntutan dalam kehidupan:

a) Kemestian (dhoruriyat): Tiada kehidupan tanpanya.

b) Kesempurnaan (kamaliyat): Perkara yang menyempurnakan kebaikan dalam hidup.

c) Penambahan (tahsiniyat): Perkara yang menambah kebaikan dan kenikmatan di dalam hidup.

Perkara kemestian patutlah diutamakan terlebih dahulu sebelum perkara kesempurnaan dan penambahan. Perkara wajib mestilah diutamakan daripada perkara sunat. Menutup jalan keburukan diutamakan daripada membuka jalan kebaikan.

Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional dalam segenap segi. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya penerusan dan berilmu pengetahuan merupakan antara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugas.

8) Menjaga masa.

Penjagaan masa adalah berpaksikan firman Allah SWT yang bermaksud: “Dan bagi tiap-tiap umat ada tempoh (yang telah ditetapkan); maka apabila datang tempohnya, tidak dapat mereka dikemudiankan walau sesaatpun, dan tidak dapat pula mereka didahulukan.” (Al-‘Araf: 34).

Waktu adalah kehidupan. Jika ia telah berlalu, ia tidak akan kembali. Setiap detik waktu mestilah digunakan untuk kebaikan dunia dan akhirat sejajar dengan firman Allah SWT yang bermaksud: “Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia; dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian nikmatNya yang melimpah-limpah); dan janganlah engkau melakukan kerosakan di muka bumi; sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerosakan.” (Al-Qasas: 77).

Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk mengurus waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tanpa dipersia-siakan. Justeru antara perkara yang ditegaskan oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, rehat sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

9) Berjuang melawan nafsu.

Berjuang melawan nafsu melawan nafsu berpaksikan firman Allah SWT yang bermaksud: “Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya); serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada bertaqwa. Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya – yang sedia bersih – bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan). Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya – yang sedia bersih – itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat). (Al-Syams: 7-10).

Setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk memerlukan kesungguhan. Tujuan seseorang muslim berjuang melawan nafsu adalah untuk menewaskan:

a) Was-was syaitan.

b) Tipu-daya dunia.

c) Gelojak syahwat.

d) Buruan hawa nafsu.

Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia mestilah ditundukkan kepada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam).” (Riwayat al-Hakim).

10) Berguna untuk orang lain.

Menjadi seorang berguna untuk orang lain berpaksikan kepada sabda Rasulullah SAW: “Manusia yang paling disukai Allah SWT ialah orang yang berpaling bermanfaat kepada orang lain. Amalan yang paling disukai Allah SWT ialah memberikan kegembiraan kepada seorang muslim, melepaskan kesusahannya, melangsaikan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Jika aku berjalan untuk menunaikan hajat saudaraku, lebih aku sukai daripada beriktikaf di masjid ini (masjid Madinah) selama sebulan. Sesiapa yang menghalang kemarahannya, Allah akan menutup keburukannya. Sesiapa yang menahan (menyembunyikan) rasa marah, dalam keadaan ia boleh melepaskannya, pasti Allah memenuhkan hatinya dengan keredhaan pada hari Qiamat. Sesiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk menunaikan suatu hajat sehinggalah ia dapat tunaikan untuk saudaranya, pasti Allah menetapkan kakinya pada hari kaki-kaki tergelincir (hari Qiamat).” (Riwayat al-Tabarani).

Tentulah yang dimaksudkan ialah manfaat yang baik sehingga di manapun seseorang berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya disebabkan kehadirannya membawa faedah besar. Janganlah kehadiran seseorang muslim di suatu tempat tidak membawa apa-apa erti. Setiap muslim itu mestilah selalu berfikir, mempersiapkan dirinya seupaya yang mungkin. Ini supaya ia dapat memberikan manfaat dalam hal-hal tertentu. Janganlah seorang muslim itu tidak dapat mengambil peranan yang baik dalam masyarakatnya.

Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Quran dan hadis, sesuatu yang perlu kita renungkan pada diri masing-masing.

Posted by Hasan Nazam at 12:42 AM
0 comments:

Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 3 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Saturday, November 8, 2008
Duhai Wanita
DUHAI WANITA..!!!

1) HUBUNGAN HARMONI DENGAN WANITA

– Tanggungjawab yang perlu ditunaikan untuk mereka adalah setimpal dengan tanggungjawab yang wajib mereka tunaikan; firman Allah SWT:
“Dan isteri-isteri itu mempunyai hak yang sama seperti kewajipan yang ditanggung oleh mereka (terhadap suami) dengan cara yang sepatutnya (dan tidak dilarang oleh syarak)”
(al-Baqarah, 2: 228).

– Wanita sebagai pendamping yang memberikan ketenteraman dan kasih-mesra; firman Allah SWT:
“Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan rahmatNya, bahawa Ia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikanNya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan.” (al-Rum, 30: 21)

– Interaksi yang baik dengan dorongan keyakinan kepada Allah SWT; firman Allah SWT:
“Dan bergaullah kamu dengan mereka (isteri-isteri kamu itu) dengan cara yang baik. Kemudian jika kamu (merasai) benci kepada mereka, boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedang Allah hendak menjadikan pada apa yang kamu benci itu kebaikan yang banyak (untuk kamu).” (al-Nisa’, 4: 19)

– Wanita dan lelaki adalah sebagai pakaian untuk sesama mereka; firman Allah SWT:
“Isteri-isteri kamu itu adalah sebagai pakaian bagi kamu dan kamu pula sebagai pakaian bagi mereka..” (al-Baqarah, 2: 187)

– Kelazatan dunia yang terbaik adalah wanita yang baik; sabda Rasulullah s.‘a.w:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia adalah suatu kenikmatan, sebaik-baik kenikmatan dunia ialah wanita yang solehah..” (Riwayat Abdullah bin ‘Amr. Sahih Muslim)

2) BERLAPANG DADA TERHADAP WANITA

– Menerima jantina sebagai anugerah Allah SWT, firman Allah SWT:
“Bagi Allah jualah hak milik segala yang ada di langit dan di bumi; Ia menciptakan apa yang dikehendakiNya; Ia mengurniakan anak-anak perempuan kepada sesiapa yang dikehendakiNya, dan mengurniakan anak-anak lelaki kepada sesiapa yang dikehendakiNya.” (al-Syura, 42: 49)

– Tidak perlu bermasam muka untuk menunjukkan rasa tidak puas hati. Allah SWT berfirman:
“Dan apabila dikhabarkan kepada seseorang dari mereka bahawa ia beroleh anak perempuan, muramlah mukanya sepanjang hari (kerana menanggung dukacita), sedang ia menahan perasaan marahnya dalam hati.” (al-Nahl, 16: 58)

– Tidak semestinya boleh mendapat kepuasaan sepenuhnya daripada seseorang. Sabda Rasulullah s.‘a.w:
لاَ يَفْرَكُ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah, jika ia tidak menyukai sebahagian perangainya, terdapat orang lain yang menyenanginya.” (Diriwayatkan daripada Abu Hurairah. Sahih Muslim, Musnad Imam Ahmad)

3) GODAAN WANITA!!!

– Keinginan dan kecenderungan terhadap wanita adalah suatu perhiasan. Firman Allah SWT:
“Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan…” (Ali Imran, 3: 14)

– Godaan wanita amat dahsyat. Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya tipu daya kamu amatlah besar pengaruhnya.” (Yusuf, 12: 28)

– Godaan wanita boleh mengundang padah. Sabda Rasulullah s.‘a.w:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidak aku tinggalkan selepasku suatu fitnah yang lebih membahayakan lelaki daripada wanita.” (Diriwayatkan daripada Usamah bin Zaid r.‘a. Sahih al-Bukhari)

– Godaan wanita amat membahayakan sabda Rasulullah s.‘a.w:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ،
وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ،
فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ،
فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
“Dunia adalah manis dan menghijau. Sesungguhnya Allah memberikan tugas kepada kamu di sana kemudian Dia melihat bagaimna kamu beramal. Takutilah dunia dan takutilah wanita. Sesungguhnya fitnah yang pertama berlaku pada Israil adalah pada wanita.” (Diriwayatkan daripada Abu Sa‘id al-Khudri. Sahih Muslim, Musnad Imam Ahmad)

– Doa menghadapi godaan wanita:

“Dan jika Engkau tidak menjauhkan daripadaku tipu daya mereka, mungkin aku akan cenderung kepada mereka, dan aku menjadi dari orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya.” (Yusuf, 12: 28)

Muslimah Teladan – 1
Nusaibah menyaksikan hari peperangan Yamamah iaitu serangan ke atas golongan murtad yang merupakan detik yang sangat getir yang pernah ditempuhinya. Dia juga telah melibatkan diri secara langsung di dalam peperangan tersebut. Dia juga telah bersama dengan anaknya ‘Abdullah untuk membunuh Musailamah yang akhirnya menyebabkan tangannya terpotong di samping terdapatnya dua belas kesan luka.

Muslimah Teladan – 2
Di bawah bahang panas terik matahari mereka telah diseksa di Makkah. Apabila Rasulullah s.a.w. terlihat kejadian itu Baginda bersabda: “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya tempat yang dijanjikan untuk kamu adalah di syurga.” Akhirnya Sumayyah dibunuh dan tiada apa yang ia inginkan melainkan Islam manakala pembunuhnya ialah Abu Jahal yang telah menikam kemaluannya. Sumayyah antara tujuh orang pertama yang mengisytiharkan Islam di Makkah. Sumayyah ketika itu seorang tua yang tidak memiliki sebarang kekuatan. Abu Jahal yang langsung tiada perasaan kasihan belas sanggup membunuhnya meskipun dia seorang tua.

Muslimah Teladan – 3
Di dalam sirah Al-Halabiyyah 149/2: Sesungguhnya Ummu Kalsum binti ‘Uqbah bin Abi Mu’idh telah memeluk Islam di Makkah. Dia telah berbaiah sebelum Rasulullah s.a.w. berhijrah. Dialah antara wanita pertama berhijrah selepas hijrah dan beliau meninggalkan Makkah seorang diri, ditemani oleh seorang lelaki dari Bani Khuza’ah sehinggalah sampai ke Madinah. Di dalam kitab Al-Isti’ab Fi Ma’rifati Al-Ashab karangan Ibn ‘Abdul Bar dinyatakan: “Sesungguhnya Ummu Kalsum berjalan kaki dari Mekah ke Madinah. Apabila Rasulullah s.a.w. mengetahui kedatangannya, lalu Baginda menyambutnya.”
Posted by Hasan Nazam at 9:55 AM
0 comments:

Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 4 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Saturday, November 8, 2008
Tips Menghadapi Gelojak Nafsu
INSAN TELADAN
Wahai para pemuda! Saya kemukakan dua contoh yang besar mengenai kesucian dan budi pekerti luhur, agar dapat diikuti dan diteladani:

i) Nabi Yusof ‘Alaihissalam adalah seorang pemuda yang masih remaja, tampan dan kacak. Seorang wanita jelita yang berpangkat telah menggodanya di dalam sebuah bilik yang tertutup. Dengan kata lain, jalan-jalan untuk melakukan perkara yang terkeji itu telah terbuka seluas-luasnya, seperti mana yang dihikayatkan oleh al-Quran:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتْ الأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ
Maksudnya:
“Dan perempuan yang Yusuf tinggal di rumahnya, bersungguh-sungguh memujuk Yusuf berkehendakkan dirinya; dan perempuan itupun menutup pintu-pintu serta berkata: “Marilah ke mari, aku bersedia untukmu.”

Apakah pendirian Islam terhadap godaan seperti ini. Ia adalah fitnah yang mengabui pandangan?

Adakah jiwa Nabi Yusof ‘Alaihissalam menjadi lemah lalu berserah dan mengkhianati kehormatan yang diamanahkan kepadanya? Tidak sekali-kali, sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta‘ala telah berfirman:

قَالَ: مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Maksudnya:
“Yusuf menjawab: “Aku berlindung kepada Allah (dari perbuatan yang keji itu); sesungguhnya Tuhanku telah memeliharaku dengan sebaik-baiknya; sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan berjaya.”

Isteri pembesar itu telah cuba membuat tipu-daya dan perancangan jahat. Ia menggunakan segala apa yang ada padanya sama ada dengan cara menggoda atau mengancam untuk melembutkan kekerasan Nabi Yusof ‘Alaihissalam dan menurunkannya dari tahta kemulian. Akhirnya wanita itu mengisytiharkan kepada suatu kumpulan wanita dengan perasaan sempit dada dan amat marah:

وَلَقَدْ رَاوَدتُّهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
Maksudnya:
“Sebenarnya aku telah memujuknya berkehendakkan dirinya tetapi ia menolak dan berpegang teguh kepada kesuciannya; dan demi sesungguhnya kalau ia tidak mahu melakukan apa yang aku suruh tentulah ia akan dipenjarakan, dan akan menjadi dari orang-orang yang hina.”

Akan tetapi, pemuda yang bernama Nabi Yusof ‘Alaihissalam menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa ta‘ala secara total dengan memohon pertolongan dan perlindungan daripada Allah Subhanahu wa ta‘ala:

رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلاَّ تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنْ الْجَاهِلِينَ
Maksudnya:
“Wahai Tuhanku! Aku lebih suka kepada penjara dari apa yang perempuan-perempuan itu ajak aku kepadanya. Dan jika Engkau tidak menjauhkan daripadaku tipu daya mereka, mungkin aku akan cenderung kepada mereka, dan aku menjadi dari orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya.”

Itulah fitnah di antara hati seorang mukmin yang takutkan Allah dengan godaan dosa. Maka gagallah godaan dan menanglah keimanan.

ii) Seorang wanita pada zaman pemerintahan ‘Umar Ibn al-Khattab Radiallahu‘anhu, suaminya telah lama keluar pergi berjihad. Hati wanita itu amat merinduinya kerana tinggal bersendirian. Pelbagai bisikan mengancamnya. Darah kewanitaannya telah mulai memberontak. Keinginan nalurinya semakin memuncak. Tiada apa yang dapat menghalangnya dari melakukan perkara yang haram itu melainkan dinding keimanannya dan kesedaran pengawasan diri terhadap Allah. Pada suatu malam gelap gelita Saidina ‘Umar telah mendengar wanita itu bermadah:

لقد طال هذا الليل واسود جانبه
وأرقني ألا حبيب ألاعبه
فوالله لو لا الله تخشى عواقبه
لحرك من هذا السرير جوانبه
Maksudnya:
“Malam ini telah berpanjangan dan segenap penjurunya sangat gelap; namun amat menyedihkan aku kerana tiada kekasih yang dapatku bermanja dengannya.”
“Demi Allah, kalaulah tidak kerana takutkan balasan daripada Allah nescaya penjuru-penjuru katil ini akan bergoncang.”

Pada hari yang berikutnya, ‘Umar Radiallahu‘anhu menemui anak perempuannya Hafsah Ummul Mukminin seraya bertanya: “Berapa lamakah seorang isteri sanggup bersabar jika suaminya tiada di sisinya?” Beliau berkata: “Empat bulan”

Khalifah ‘Umar pun mengutuskan wakilnya kepada pemimpin-pemimpin tentera yang sedang berada di medan perang. Beliau menyuruh mereka agar tidak menghalang seorang tentera pun daripada berusua keluarganya lebih dari empat bulan.

Itulah fitnah di antara rasa ketakutan wanita mukminah kepada Allah dengan ransangan yang menarik kepada dosa dan maksiat. Akhirnya, ransangan itu tewas dan menanglah iman.

EMPAT PERKARA PILIHAN
Saya bawakan di sini kata-kata yang menarik oleh penulis agung Ustaz ‘Ali al-Tantawi. Ianya menggambarkan satu corak kesedaran Islam semasa kepada para pemuda. Suatu contoh yang unggul kepada orang yang mempunyai kefahaman yang mendalam dan ia adalah penawar yang menenangkan kerana terkandung di dalamnya kebenaran yang berhikmah dan pengajaran yang baik.

Beliau mengatakan di dalam risalahnya yang bertajuk: “Wahai Anakku”:-

Kenapa kamu menulis kepadaku secara tidak tegas dan malu-malu?

Adakah kamu menyangka kamu sahaja yang merasa kepanasan syahwat, dan tiada orang lain lagi yang meresa sedemikian?!

Tidak, wahai anakku, bertenanglah! Perkara yang engkau adukan bukanlah dialami oleh engkau sahaja, tetapi ia adalah penyakit yang menimpa semua orang muda. Sekiranya aku berpeluang menjampi untuk menghilangkan apa yang dialami oleh engkau, sedang engkau berusia tujuh belas tahun, sudah pasti telah lama aku menjampi mereka yang selain daripada engkau, sama ada mereka yang masih kecil atau telah besar. Malangnya, telah berlarutan gejala hilangnya dari mata mereka kelazatan rasa mengantuk, pelajar melarikan diri daripada pembelajaran, pekerja melarikan diri daripada pekerjaannya, dan peniaga melarikan diri daripada perniagaannya.

Apakah yang harus dilakukan oleh golongan muda dalam jangka usia seperti ini. Iaitulah usia membaranya api syahwat sehingga menggegarkan seluruh badan, yang membuatkan seseorang itu sentiasa resah dan gelisah.

Apakah yang mesti ia lakukan? Inilah masalahnya.

Sunnatullah dan tabiat diri mengatakan kepadanya: “Berkahwinlah.”

Manakala situasi masyarakat dan cara-cara pendidikan mengatakan: “Pilihlah salah satu daripada tiga perkara, semuanya adalah buruk. Awasilah yang keempat, janganlah kamu berfikir tentangnya; sedangkan ia adalah baik, iaitulah perkahwinan.”

i) Sama ada jiwa engkau melayani sangkaan-sangkaan yang tercetus dari naluri dan impian syahwat. Engkau memikirkannya berpanjangan, engkau menyuburkannya dengan cerita-cerita atau filem-filem lucah dan gambar-gambar pelacur. Semua itu menguasai diri, pendengaran dan penglihatan engkau. Ke mana sahaja engkau menjatuhkan pandangan, tiada lain yang engkau ternampak melainkan gambar-gambar yang menggoda dan menipu-daya. Ianya kelihatan di dalam buku ketika mana engkau membukanya. Ianya kelihatan di permukaan bulan ketika engkau memandangnya. Ianya kelihatan di ufuk merah, di kegelapan malam, di dalam mimpi sedar dan mimpi ketika tidur…

أريد لأنسى ذكرها فكأنما
تمثل لي بكل سبيل
Maksudnya:
“Aku ingin melupakannya dari ingatanku, tetapi ia menjelma kepadaku dengan pelbagai cara.”

Hal ini tidak berkesudahan sehinggalah ke peringkat berahi, gila seks dan mengidap penyakit jiwa.

ii) Ataupun kamu melakukan apa yang disebut sebagai ‘kebiasaan yang rahsia’ iaitulah melancap. Para ulama feqah dan penyair telah memperkatakan tentang perkara ini. Meskipun kesan buruknya paling ringan daripada tiga bahaya yang disebut di sini, jika seseorang itu melakukannya secara berlebih-lebihan ia akan merunsingkan diri, menyakitkan badan sehingga pemuda itu kelihatan seperti seorang yang sudah terlalu tua dan tersangat sedih, dan manusia akan melarikan diri daripadanya. Ia juga merasa takut untuk bertemu dengan orang, takut untuk hidup dan melarikan diri daripada cabaran hidup. Orang yang sebegini dianggap telah mati walaupun ia masih hidup.

iii) Ataupun kamu mendambakan diri di lembah kelazatan yang haram. Menyusuri jalan kesesatan. Bermalam di rumah pelacur. Merosakkan kesihatan, usia muda, masa hadapan dan agama dengan kelazatan yang palsu dan sementara. Dari itu, sijil yang ingin diperolehi gagal dicapai, tugas yang dicita-citakan gagal dilaksanakan, ilmu di dada pula tidak dapat ditambah. Tiada lagi faedah dari kekuatan dan usia muda yang ada untuk dijadikan bekal melaksanakan kerja sebagai manusia merdeka.

Dalam hal ini, janganlah kamu merasa telah puas. Tidak sekali-kali. Setiap kali kamu mendapat sesuatu yang kamu inginkan, kamu tamakkan suatu yang lain pula. Seperti orang yang minum air yang masin, ianya akan terus menambah dahaga. Sekiranya engkau telah berpuas dengan seribu wanita, kemudian kamu cintakan seorang lagi wanita lain, sedangkan ia ingin menjauhkan diri daripada engkau, nescaya engkaukan akan terus mengidamkannya dan merasa keperitan dengan kehilangannya, seperti apa yang dirasai oleh orang yang tidak pernah bertemu dengan wanita, walaupun sekali.

Seandainya engkau mendapat semua yang diidam-idamkan, engkau juga berkeupayaan dan mempunyai harta yang cukup, adakah jasad engkau terdaya melayani semuanya? Adakah kesihatan engkau berupaya menanggung segala tuntutan syahwat?

Pada saat itu, segala kekuatan jasad akan tersungkur. Berapa ramai mereka yang kuat perkasa dan telah menjadi jaguh dalam tinju, gusti, lontar jauh, lumba lari dan lain-lain; tewas setelah tunduk kepada syahwat dan terheret dengan ajakan naluri sehinggalah tiada lagi apa-apa kekuatan pada mereka.

Sesungguhnya di antara keajaiban hikmah Allah Subhanahu wa ta‘ala, setiap kebaikan diiringi dengan kebaikan dan kecergasan. Dan setiap kejahatan diiringi dengan kemunduran dan penyakit. Kemungkinan seorang yang tidak menjaga kesucian diri apabila menjangkau usia tiga puluh tahun, ia kelihatan seperti telah berusia enam puluh tahun. Manakala orang yang menjaga kesucian dirinya apabila menjangkau usia enam puluh tahun ia kelihatan seperti pemuda yang berumur tiga puluh tahun.

Antara pepatah orang Barat yang pernah kita dengar, sememangnya ia hak dan benar: “Sesiapa yang memelihara mudanya, maka tuanya akan memeliharanya.” Pepatah ini mengingatkan saya kepada apa yang telah diriwayatkan daripada salah seorang salafussoleh: “Kami telah memelihara anggota-angota ini pada waktu muda, maka Allah memeliharanya pada waktu tua.”

Saya merasakan seolah-olah anda berkata: “Ini adalah penyakit, apakah pula ubatnya?”

Ubatnya, ialah perlunya anda kembali kepada sunnatullah dan tabiat khusus pada sesuatu. Allah Subhanahu wa ta‘ala tidak mengharamkan sesuatu melainkan digantikan dengan suatu yang lain. Allah Subhanahu wa ta‘ala mengharamkan riba dan menghalalkan jual-beli. Allah mengharamkan zina dan menghalalkan perkahwinan. Maka, penawar yang sebenar ialah berkahwin.

Sekiranya, tidak mampu berkahwin, awasilah diri dengan menjaga kehormatan. Saya tidak ingin mengikat topik ini dengan istilah-istilah ilmu jiwa.

PERUMPAMAAN DIKEMUKAKAN OLEH SYEIKH ALI TANTAWI

Lihatlah cerek teh yang dipanaskan di atas api?!

Jika engkau menutup cerek itu dengan rapat lalu meletakkannya di atas api, nescaya wap panas yang terperangkap akan meledak. Sekiranya engkau menebuk lubang pada cerek itu, nescaya air akan meleleh keluar, akhirnya cerek akan terbakar. Apabila engkau sambungkan cerek itu dengan tangkai pemegang, ianya boleh dikawal dengan lebih elok dan selesa.

Keadaan pertama adalah perumpamaan orang yang menyembunyikan syahwat di dalam dirinya. Ia juga sentiasa berfikir dan termenung mengingatkannya.

Keadaan kedua adalah perumpamaan orang yang mengikut jalan yang sesat dan memuaskan dirinya dengan kelazatan yang haram.

Keadaan ketiga adalah perumpamaan orang yang menjaga kehormatan diri. Orang yang menjaga kehormatan diri ialah orang yang menghargai tenaga rohani, akal, hati dan jasadnya. Ia menggunakan segala kekuatan yang tersimpan sepenuhnya. Ia mengeluarkan tenaga yang ada untuk menuju kepada Allah, memperbanyakkan ibadat, membiasakan diri dengan pekerjaan dan menumpukan perhatian membuat kajian. Ia juga menggunakan tenaga jasadnya untuk aktif dalam melakukan latihan kesukanan dan juga latihan pendidikan agama.

Seseorang insan itu – wahai anakku – menyintai dirinya sendiri. Ia tidak mendahulukan orang lain daripada dirinya. Apabila ia berdiri di hadapan cermin dan melihat kebulatan dua belah bahunya, ketegapan dadanya, dan kekuatan dua tangannya; ia merasakan kekuatan tubuh-badannya yang setanding ahli sukan lebih ia sukai dari setiap jasad wanita. Ia tidak ingin mempersia-siakannya dengan menghilangkan kekuataan dan melemahkan otot-otot sehingga tinggal kulit dan tulang sahaja; demi kerana pemudi yang bermata hitam atau bermata biru.

Inilah ubatnya: Perkahwinan adalah penawar yang sempurna. Jika ia tidak mampu berkahwin, maka menjaga kehormatan diri adalah penawar sementara. Tetapi ia adalah penawar yang kuat, bermanfaat dan tidak memudharatkan.

Manakala apa yang diperkatakan oleh mereka yang lalai dan ahli perosak: Penawar penyakit masyarakat adalah membiasakan pergaulan bebas dua jenis jantina sehinggalah hilang ketajaman syahwat. Mereka mencadangkan supaya dibuka kelab-kelab awam agar tiada lagi rumah-rumah pelacur yang tersembunyi. Ini adalah ‘cakap kosong’. Kaum kuffar seluruhnya telah mencuba pergaulan bebas, tetapi tiada apa yan bertambah selain syahwat dan fasad. Sekiranya kita membenarkan kelab-kelab awam dibuka, ia perlu diperluaskan untuk semua golongan muda. Jika begitu, di bandar Kaherah sahaja perlu wujud sepuluh ribu pelacur. Kerana di Kaherah terdapat seratus ribu orang muda sekurang-kurangnya.

Sekiranya kita mengharuskannya kepada pemuda maka mereka tidak perlu lagi berkahwin. Apakah pula yang perlu dilakukan kepada pemudi? Adakah perlu kita membuka kelab-kelab awam yang terdapat di dalamnya pelacur-pelacur lelaki untuk mereka?

Demi Allah, itulah ‘cakap kosong’, wahai anakku!

Apa yang mereka luahkan itu bukanlah lahir dari akal tetapi dari bisikan hati. Mereka tidak ingin membaik-pulih akhlak, membangunkan kaum wanita, mengembangkan tamadun, membangkitkan semangat kesukanan dan membentuk kehidupan yang sempurna. Itu hanyalah ucapan yang diluahkan. Setiap hari direka lafaz yang baru. Ia menjadi momokan manusia hasil daripada propaganda yang mereka lakukan. Apa yang mereka mahukan hanyalah mengeluarkan anak-anak perempuan dan saudara-saudara perempuan kita agar jasad mereka yang zahir dan yang tersembunyi menjadi hidangan mata para pemuda. Seterusnya, mereka merasai keenakan yang halal dan haram. Para pemuda menemani para pemudi secara bersendirian ketika bermusafir. Mereka juga menginginkan kaum lelaki menghadiri majlis tari menari bersama kaum wanita di dalam pelbagai majlis. Sebahagian ibu bapa terpedaya dengan dakyah seperti ini, lalu menggadai maruah mereka agar dikenali sebagai orang yang bertamadun.

Oleh itu, kamu hendaklah berkahwin, wahai anakku. Sekiranya engkau masih lagi belajar dan tidak mempunyai kemampuan untuk berkahwin, maka berpegang-teguhlah kepada Allah dengan mentakutiNya, ‘menenggelamkan’ diri dengan ibadat, belajar, kesenian dan sukan. Ia adalah penawar yang terbaik.

Wahai pemuda dan pemudi!!

Inilah satu-satunya jalan penyelesaian bagi masalah seksual yang kamu hadapi. Berwaspadalah kamu dengan dakyah-dakyah yang dibuat oleh golongan yang mendakwa memperjuangkan kemajuan. Mereka menghias perkara mungkar dan mengindahkan maksiat. Mereka telah mengatakan: Sesungguhnya penyelesaian bagi masalah mendidik naluri ialah dengan pergaulan bebas sejak kecil atau memuaskan kehendak naluri dengan cara yang haram.

Sebenarnya mereka mengatakan suatu yang mereka sendiri tidak fahami dan berbangga dengan suatu yang mereka tidak ketahui. Tanpa disedari, mereka adalah pelaksana perancangan Yahudi dan Salib dan pakatan jahat Freemason dan Komunis. Mereka cuba menarik para pemuda dan pemudi di dalam masyarakat Islam ke kancah maksiat dan kebebasan mutlak. Untuk apakah mereka lakukan semua ini?

Mereka ingin menjauhkan pemuda Islam dari barisan-barisan pejuang dan panji-panji jihad.

Mereka ingin menundukkan kepala pemuda Islam kepada kekuasaan taghut dan zalim.

Mereka juga ingin pemuda Islam bertepuk tangan dan mengalu-alukan apa jua slogan yang dilaungkan, dan menerima pemerintahan mulhid (Tidak bertuhan) atau kufur terhadap Allah Subhanahu wa ta‘ala.

Mereka ingin menjadikan pemuda Islam sebagai binatang ternakan yang diseret dengan tongkat penguasa durjana.

Awasilah – wahai para pemuda – daripada dakyah-dakyah yang menipu ini. Bentengilah diri dengan kesabaran. Ikatlah hati kamu dengan Allah Subhanahu wa ta‘ala. Letakkan mahkota kemuliaan Islam di atas kepala kamu. Tolak secara total segala seruan kebebasan mutlak yang pincang dan keangkuhan mulhid. Dengarlah apa yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa ta‘ala di dalam al-Quran yang diturunkan:

وَلاَ تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
Maksudnya:
“Janganlah kamu menurut hawa nafsu suatu kaum yang telah sesat sebelum ini dan telah menyesatkan banyak manusia, dan juga (sekarang) mereka telah tersesat (jauh) dari jalan yang betul.”

PERUMPAMAAN DI DALAM SYAIR IMAM BUSAIRI

Siapakah kiranya yang dapat menolongku untuk mengawal keganasan nafsuku, seperti kuda yang garang itu dapat dikawal dengan tali hidungnya.

Maka janganlah engkau sekali-kali mengharapkan nafsu itu dapat dikalahkan dengan memperturut kehendaknya, bagaikan makanan tidak akan dapat memuaskan nafsu makan, bahkan ia akan ketagihan bila diberi makan.

Nafsu itu tak ubahnya seperti anak kecil yang masih menyusu. Kalau ia dibiarkan ia akan terus menyusu sampai ke tua. Tetapi jika engkau berhentikan, ia akan berhenti.

Maka kendalikanlah hawa nafsumu dan jangan diberikan kesempatan kepadanya untuk menguasai engkau, kerana jika ia berkuasa sudah pasti ia akan membuta dan menulikan.

Jagalah nafsumu baik-baik walaupun ia telah berlegardalam ruang ketaatan, kerana bila sudah menguasai suasana ia akan mengosongkan tujuan ketaatan. Maka janganlah engkau lengah dari mengawasinya.

Berapa banyak ia telah menipu orang. Ia menyajikan makanan yang kelihatannya segar, padahal di dalamnya ada racun yang membunuh. Bukankah racun itu selalunya diletakkan pada makan yang lemak-lemak (sedap).
Posted by Hasan Nazam at 9:50 AM
1 comments:

azrainalaman said…

aslkm…
saya suka tips yg diberikan oleh saudara, kena pada kehidupan saya & mberi jalan utk mjadi insan yg lbh baik.

saya nk tanya, bagaimana pula ya sekiranya anak lelaki mau kahwin ttp ayahnya shj yg semacam tidak berkenan pada pilihan anaknya walhal pd pndgan pemuda tersebut wanita berkenaan mpunyai ciri2 blh jd isteri yang baik? ahrp dpt beri tips yg mbina.

trima ksh sya dahului & semuga apa jua yg anda lakukan beroleh keberkatan dariNya. wslmz…
November 8, 2008 9:50 PM

Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 5 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Thursday, September 4, 2008
Tips Individu Berjaya
Tips Individu Berjaya

Firman Allah SWT (bermaksud):

[23.1] Sesungguhnya berjayalah orang-orang yang beriman,
[23.2] Iaitu mereka yang khusyuk dalam sembahyangnya;
[23.3] Dan mereka yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia;
[23.4] Dan mereka yang berusaha membersihkan hartanya (dengan menunaikan zakat harta itu);
[23.5] Dan mereka yang menjaga kemaluannya, –
[23.6] Kecuali kepada isterinya atau hamba sahayanya maka sesungguhnya mereka tidak tercela: –
[23.7] Kemudian, sesiapa yang mengingini selain dari yang demikian, maka merekalah orang-orang yang melampaui batas;
[23.8] Dan mereka yang menjaga amanah dan janjinya;
[23.9] Dan mereka yang tetap memelihara sembahyangnya;
[23.10] Mereka itulah orang-orang yang berhak mewarisi (syurga).

(Surah al-Mukminun)

Sifat Pertama:
Mendirikan sembahyang dengan khusyuk.

Teknik perlaksanaan:
– Merasakan diri bertemu dan menghadap Allah SWT dalam munajat.
– Berusaha untuk fokus terhadap pengertian ayat-ayat, zikir-zikir dan doa-doa yang dibaca dalam perbuatan solat.
– Cuba mengelakkan sebarang lintasan atau was-was yang tidak termasuk dalam solat.
– Memintas ganguan fikiran dengan mengucap isti‘azah (membaca a‘uzibillah) dan menghembus dengan perlahan ke arah kira sebanyak tiga kali.
– Membataskan pergerakkan anggota badan tanpa hajat.
– Melakukan perbuatan solat dengan tenteram.
– Menumpukan penglihatan ke tempat sujud secara berterusan.
– Memilih tempat solat yang jauh daripada sebarang gangguan.

Sifat Kedua:
Menjauhkan perkataan dan perbuatan yang sia-sia.

Teknik perlaksanaan:
– Memahami kepentingan menjaga perkara tersebut.
– Mengawal diri untuk berbicara.
– Mengingati bahawa segala yang dibicarakan bahawa ia dirakam secara nyata dan ghaib.
– Berdiam ketika perlu.
– Berfikir sebelum berbicara mengenai kandungan, teknik dan waktunya yang sesuai.
– Mengetahui cara bergurau dengan seseorang tanpa melakukan penghinaan perkara batil.
– Cuba mengubah topik orang yang berbicara kepada perkara berfaedah secara berlembut.
– Menggunakan kebijaksanaan untuk berpaling daripada perkara yang sia-sia yang dilakukan oleh seseorang terhadap kita.
– Memilih perkara yang dipaparkan di dalam media penyampaian (telivisyen, radio, surat akhbar, majalah buku dan lain-lain).
– Jiika berlaku suatu perkara yang sia-sia, hendaklah beristighfar kerana merasakan kesan negatifnya.

Sifat Ketiga:
Membersihkan harta dengan menunaikan zakat.

Teknik perlaksanaan:
– Memberikan perhatian terhadap hal-ehwal orang ramai secara umum dan khusus.
– Mendapatkan bantuan seseorang yang dikenali ketika berlaku masalah.
– Bersegera melakukan perkara yang mampu untuk menolong orang yang memerlukan.
– Membantu secara sukarela tanpa diminta.
– Meraikan perasaan orang yang meminta bantuan dengan tidak menyusahkan atau memalukannya.
– Memberikan bantuan mengikut keutamaan dalam tanggungjawab terhadap individu dan mengikut situasi.
– Menunjukkan kesungguhan ketika mengeluarkan zakat.
– Memastikan zakat diagihkan kepada orang yang benar-benar berhak.
– Menghulurkan sedekah secara sukarela, bukan berpada dengan zakat yang wajib.
– Mengikhlaskan niat untuk Allah SWT.

Sifat Keempat:
Menjaga kemaluan (kehormatan).

Teknik perlaksanaan:
– Menundukkan pandangan daripadamelihat aurat yang diharamkan.
– Memelihara pendengaran daripada mendengar perkara keji dan perkataan lucah.
– Menahan diri dengan menjaga kesucian daripada bercumbu-cumbuan dengan wanita.
– Mengelakkan berdua-duan dengan wanita di tempat sunyi, tanpa ditemani mahramnya.
– Mengelakkan diri jika tidak terdesak daripada berada di tempat berlaku percampuran antara golongan lelaki dan wanita yang berhias secara melampau.
– Mengawal fikiran supaya terarah kepada perkara yang berfaedah supaya tidak tenggelam di dalam khayalan seks.
– Berkahwin untuk melakukan hubungan seksual dan menjaga kesucian.
– Jika tiada kemampuan untuk berkahwin, hendaklah memperkukuhkan keazaman di samping berpuasa, bersukan atau lain-lain aktiviti yang berfaedah.

Sifat Kelima:
Menjaga amanah.

Teknik perlaksanaan:
– Pengkhianatan bukanlah pengganti kepada amanah kerana ia memudharatkan agama dan kehidupan manusia.
– Menerima amanah secara bebas sebagai suatu nilai kerana memahami kepentingan dan kemestiannya.
– Merasakan bahagia kerana memilih amanah, meskipun orang lain tidak amanah.
– Mengistiharkan berpegang dengan amanah tanpa sikap berpura-pura atau untuk suatu kepentingan peribadi.
– Menzahirkan nilai amanah melalui perlaksanaan yang telus.
– Melaksanakan tuntutan amanah secara berterusan dalam pelbagai situasi.

Perkara-perkara tuntutan amanah:
– Perkara fardhu dalam agama.
– Penempatan orang-orang Islam.
– Anggota badan.
– Waktu.
– Ilmu.
– Harta.
– Barang titipan.
– Rahsia orang lain.
– Tugas dan jawatan.
– Perkara yang diminta untuk dibincangkan.

Sifat Keenam:
Setia pada janji.

Teknik perlaksanaan:
– Memungkiri janji bukanlah pengganti kepada menepati kerana ia memudharatkan.
– Menepati janji secara bebas sebagai suatu nilai kerana memahami kepentingan dan kemestiannya.
– Merasakan bahagia kerana memilih untuk menepati janji, meskipun orang lain tidak tepati janji.
– Mengistiharkan berpegang dengan janji tanpa sikap berpura-pura atau untuk suatu kepentingan peribadi.
– Menzahirkan nilai kesetian melalui perlaksanaan yang telus.
– Melaksanakan tuntutan janji secara berterusan dalam pelbagai situasi.

Sifat Ketujuh:
Tetap memelihara sembahyang.

Teknik perlaksanaan:
– Merasakan bahawa memelihara waktu solat adalah penting.
– Tahu menentukan waktu solat ketika musafir dan hadir.
– Takbir yang paling afdhal adalah pada awal waktu.
– Menyusun aktiviti harian dengan tidak mengabaikan waktu solat.
– Mengqadha solat yang tertinggal dengan secara tanpa bertangguh.
Posted by Hasan Nazam at 6:21 PM
0 comments:

Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 6 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Sunday, July 27, 2008
ASPEK-ASPEK KEPENTINGAN AKHLAK
ASPEK-ASPEK KEPENTINGAN AKHLAK
1) Pertautan Aqidah dengan Akhlak
2) Pertautan Akhlak dengan Kemurahan Rezeki
3) Pertautan Akhlak dalam Kehidupan Sosial
4) Pertautan Akhlak dalam Menjaga Kesucian dan Kehormatan Diri
4.1) Kembali kepada fitrah
4.2) Membersihkan diri daripada noda dan dosa
4.3) Memelihara batasan pergaulan dan aurat
4.4) Mengutamakan hak agama Islam

2) Pertautan Akhlak dengan Kemurahan Rezeki
Hubungan antara akhlak dan rezeki memberi kesan yang begitu mendalam. Al-Quran telah menyebut berulang-kali bahawa beriman kepada Allah dan Rasul serta meyakini bahawa bertaqwa kepada Allah merupakan sebab yang membawa kepada kesenangan hidup yang berpanjangan, kemenangan ke atas pihak musuh, serta mendatangkan izzah dan karamah kepada orang mukmin.

Ini semua mendorong manusia agar memperbetulkan konsep, iltizam dengan Islam yang sebenar sebagai prinsip hidup, sebagai suatu manhaj yang berupaya menyusun kehidupan pada aspek luaran, dalaman dan segenap segi.

Terdapat sebahagian daripada ayat-ayat yang mengaitkan antara iman dan rezeki, memperuntukkan kepada ahli iman dan taqwa kemurahan rezeki dan kesenangan hidup.

Allah SWT menceritakan bagaimana kisah ahli kitab, jika mereka beriman kepada Allah, maka Allah akan hapuskan dosa mereka dan menjanjikan dengan nikmat yang paling agung iaitu syurga. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
ولو أن أهل الكتاب ءامنوا واتقوا لكفرنا عنهم سياتهم ولأدخلنهم جنات النعيم ولو أنهم أقاموا التوراة والإنجيل ومآ أنزل إليهم من ربهم لأكلوا من فوقهم ومن تحت أرجله
Maksudnya: Dan sekiranya Ahli Kitab itu beriman dan bertaqwa tentulah Kami hapuskan dari mereka kejahatan-kejahatan mereka, dan tentulah kami akan masukkan mereka kedalam syurga-syurga yang penuh nikmat. Dan kalau mereka bersungguh-sungguh menegakkan (menjalankan perintah-perintah Allah dalam) Taurat dan Injil dan apa yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka (Al-Quran), nescaya mereka akan makan rezeki (yang mewah) dari atas mereka (langit) dan dari bawah kaki mereka (bumi). (Al-Maidah: 65, 66)

Allah SWT berfirman lagi tentang penduduk kota Mekah, sekiranya mereka beriman kepada Allah, maka Allah akan melimpahkan rezeki yang tidak terhingga, sekiranya mereka berpegang kepada syriat yang dibawa oleh Rasul. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
ولو أن أهل القرى ءامنوا واتقوا لفتحنا عليهم بركات من السماء والأرض ولكن كذبوا فأخذناهم بما كانوا يكسبون
Maksudnya: Dan (Tuhan berfirman lagi): Sekiranya penduduk negeri itu, beriman serta bertaqwa, tentulah Kami akan membuka kepada mereka (pintu pengurniaan) yang melimpah berkatnya, dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (Rasul Kami), lalu Kami timpakan mereka dengan azab yang mereka telah usahakan. (Al-A`raf: 96)

Seterusnya Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman lagi berkaitan perkara ini:
فقلت استغفروا ربكم إنه كان غفارا يرسل السماء عليكم مدرارا ويمددكم بأموال وبنين ويجعل لكم جنات ويجعل لكم أنهارا
Maksudnya: Sehingga aku berkata (kepada mereka): Pohonkanlah ampun kepada Tuhan kamu, sesungguhnya adalah Ia Maha Pengampun. (Sekiranya kamu berbuat demikian), Ia akan menghantarkan hujan lebat mencurah-curah, kepada kamu; Dan Ia akan memberi kepada kamu dengan banyaknya harta kekayaan serta anak-pinak; dan Ia akan mengadakan bagi kamu kebun-kebun tanaman, serta mengadakan bagi kamu sungai-sungai (yang mengalir di dalamnya). (Nuh: 10 –12)

Allah ‘Azza Wa Jalla mengisahkan tentang penduduk kota Mekah yang ingkar dengan perintah Allah, lalu Allah turunkan bala kelaparan dan ketakutan kepada penduduk kota itu. Allah berfirman:
وضرب الله مثلا قرية كانت ءامنة مطمئنة يأتيها رزقها رغدا من كل مكان فكفرت بأنعم الله فأذاقها الله لباسالجوع والخوف بما كانوا يصنعون
Maksudnya: Dan (berhubung dengan hal kaum yang kufur ingkar) Allah memberikan satu misalan: Sebuah negeri yang aman damai dan tenteram, yang didatangi rezekinya yang mewah dari tiap-tiap tempat, kemudian penduduknya kufur akan nikmat-nikmat Allah itu, maka Allah merasakannya kelaparan dan ketakutan yang meliputi keseluruhannya disebabkan apa yang mereka telah lakukan. (An-Nahl: 112)

Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman tentang rezeki dan rahmat hanya milik-Nya, sesiapa yang memohon selain daripada-Nya, nescaya sia-sialah permintaan mereka:
إن الذين تعبدون من دون الله لا يملكون رزقا فاابتغوا عند الله الرزق واعبدوه واشكروا له إليه ترجعون
Maksudnya: Kamu hanyalah menyembah berhala-berhala yang diperbuat oleh orang, tidak menyembah Allah yang mencipta segala-segalanya, dan kamu hanya mengadakan penyembahan yang dusta. Sesungguhnya mereka yang kamu sembah yang lain dari Allah itu, tidak berkuasa memberi rezeki kepada kamu; oleh itu carilah rezeki dari sisi Allah, dan sembahlah akan Dia serta bersyukurlah kepadaNya; (ingatlah), kepada Allah jualah kamu akan dikembalikan.
(Al-Ankabut: 17)

Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
فليعبدوا رب هذا البيت الذي أطعمهم من جوع وءامنهم من خوف
Maksudnya: Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan yang menguasai rumah (Ka’bah) ini, Tuhan yang memberi mereka penghidupan: menyelamatkan mereka dari kelaparan, dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy: 3, 4)

Setelah kita memerhatikan firman Allah yang panjang lebar di atas, jelaslah kepada kita bagaimana Allah menjamin rezeki orang yang beriman dan iltizam dengan agamanya dan menjauhi segala larangan larangan dan tegahan agama.

Kisah saba’ yang dirakamkan di dalam Al Quran masih lagi segar di dalam ingatan. Kita lihat bagaimana orang yang berpaling daripada syariat Allah, ditimpa bencana banjir besar dan kesempitan hidup. Pada kisah penduduk negeri Saba’ ini, ada satu tanda yang membuktikan kemurahan Allah. Terdapat di tempat tinggal mereka dua kumpulan kebun (yang luas lagi subur), yang terletak di sebelah kanan dan disebelah kiri perkampungan mereka. Malangnya mereka ingkar dengan perintah Allah, lalu Allah hantarkan kepada mereka banjir yang membinasakan, dan digantikan dua kumpulan kebun mereka (yang subur) itu dengan dua kumpulan kebun yang berisi dengan pohon-pohon yang pahit buahnya, dan pohon-pohon yang jarang berbuah, serta sedikit pohon-pohon bidara.

Di antara tempat tinggal mereka (di negeri Yaman) dengan bandar-bandar (di daerah negeri Syam) Allah limpahkan berkat kemakmuran dan Allah adakan beberapa buah bandar yang jelas kelihatan kepada orang-orang yang melalui jalan itu. Kemakmuran dan kemudahan itu menjadikan mereka sombong dan kufur. Lalu Allah pecah belahkan mereka berkecai-kecai.

Kisah-kisah yang dipaparkan di dalam firman Allah di atas sejajar dengan apa yang pernah disabdakan oleh Baginda junjungan di dalam hadis:
من سره أن يبسط له في رزقه وينساء في أثره فليصل رحمه
Maksudnya: Barangsiapa yang merasa gembira untuk diluaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka jalinkanlah hubungan silturrahim (dengan ihsan). (Daripada Anas)

Ibn Qoiyim Al-Jauziyyah menjelaskan berkaitan hadis ini iaitu yang dimaksudkan dengan panjang usia ialah mendapat keberkatan, menggunakan umur atas landasan taufiq dan tidak membiarkannya berlalu sia-sia. Karat-karat dosa yang menyelaputi kehidupan manusia menambahkan lagi kesempitan hidup dan jauh dari rahmat Allah. Perkara ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW di dalam sabda Baginda:
عن ثوبان قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه ولا يرد القدر إلا بالدعاء ولا يزيد في العمر إلا البر
Maksudnya: Sesungguhnya disempitkan rezeki seseorang dengan dosa yang menimpanya. Taqdir tidak akan berubah melainkan dengan doa. Tidak dipanjangkan umur melainkan dengan melakukan kebajikan. (Sahih Ibn Hibban)

3) Pertautan Akhlak dalam Kehidupan Sosial
– Dapat digambarkan berakhlak mulia dan berbudi pekerti menerusi sabda Rasulullah SAW bersabda:
عن أبي الدرداء ما من شىء أثقل في ميزان المؤمن يوم القيامة من حسن الخلق وإن الله يبغض الفاحش البذيء
Maksudnya: Daripada Abi ad-Darda’ Tiada sesuatu yang lebih memberatkan mizan mukmin pada hari qiamat daripada akhlak yang mulia, sesungguhnya Allah memurkai seorang yang bersikap tercela dan bercakap kotor. (Dikeluarkan oleh Tirmiziy)

Di dalam hadis yang lain Rasulullah SAW menjelaskan:
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الحياء من الإيمان والإيمان في الجنة والبذاء من الجفاء والجفاء في النار
Daripada Abi Hurairah RA: Malu itu sebahagian daripada iman. Dan balasan iman ialah ditempatkan di syurga, bercakap kotor adalah daripada tabiat yang kasar, sikap kasar tempatnya ialah di neraka. (Sunan At-Tirmiziy)

– Antara lain yang mesti dilaksanakan ialah menjaga dan mengiktiraf hak seorang sahabat, Rasulullah SAW bersabda:-
عن أبى هريرة رضى الله قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن يكون دينار ولا درهم، إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته، وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيآت صاحبه فحمل عليه
Maksudnya: Daripada Abu Hurairah RA beliau berkata: Bersabda Rasulullah SAW: Sesiapa yang terdapat padanya sebarang kezaliman (penganiayaan) terhadap sahabatnya, yang melibatkan kehormatan dan kemuliaannya atau harta-bendanya, maka hendaklah ia meleraikannya pada hari itu juga; sebelum tibanya hari yang tiada padanya dinar dan dirham (hari qiamat); jika padanya terdapat amal soleh maka akan diambil amalan itu pada kadar kezalimannya, jika tidak terdapat padanya kebaikan maka akan diambil kejahatan sahabatnya dan dibebankan ke atasnya. (Sahih Al Bukhariy)

Dalam hadis ini Rasulullah SAW menggesa kaum muslimin agar saling menunaikan hak-hak saudaranya antara satu sama lain. Ditegah sama sekali mencetuskan sebarang kezaliman atau penganiayaan ke atas saudaranya. Demikian juga berkaitan dengan hak-hak saudaranya yang lain, dilarang keras melakukan sebarang pencabulan dan penindasan yang jelas dikutuk oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Perlulah diberi peluang kepada sahabat untuk menunaikan hak dan juga mendapatkan haknya.

– Pelbagai ragam manusia dalam menjalinkan ukhuwwah sesama mereka, ada sebahagian daripada mereka yang benar-benar menghayati ruh ukhuwwah dan golongan inilah yang mendapat keberkatan daripada Allah dan ada juga segolongan yang lain sekadar mementingkan diri sendiri dan tidak tulus menjalinkan hubungan dan biasanya jalinan yang sebegini tidak kekal. Berkaitan jalinan interaksi ukhuwwah sesama manusia ini Syeikh Aiyub menjelaskan beberapa kategori manusia sepertimana berikut :-
*Mereka yang menghubungi orang yang telah memutuskan hubungan dengannya dan menghulur sesuatu kepada mereka yang tidak pernah menghulurkan apa-apa kepadanya.
*Mereka yang menghulurlan sesuatu kepada orang yang pernah menghulurkan bakti kepadanya dan menjalin hubungan dengan mereka yang menghubunginya.
*Orang yang tidak menjalinkan hubungan, tidak pula dihubungi oleh orang lain dan tidak pernah menghulurkan apa-apa, dia juga tidak akan memperolehi apa-apa daripada orang lain. Lebih teruk lagi ialah mereka yang memutuskan hubungan yang telah terjalin dan tidak menghulurkan apa-apa apabila orang menghulurkan sesuatu kepadanya. (Suluk Ijtami’ie Fi Al Islam: 242)

Sepertimana hubungan terjalin melalui peranan dua belah pihak begitu juga terputusnya hubungan berlaku dengan tindakan kedua-dua belah pihak. Siapa yang mula meretakkan dan memutuskan hubungan maka dialah yang bertanggungjawab dengan segala yang berlaku dan sebagai pemutus hubungan.

– Jalinan hubungan secara individu. Memilih individu tertentu yang dirasakan berpotensi untuk didampingi dan dijadikan sasaran dakwah. Menjadikan diri sendiri sebagai penyebab bagi hidayah kepada mereka. Allah SWT berfirman:
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُم بِوَاحِدَةٍ أَن تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى…
Maksudnya: “Katakanlah (wahai Muhammad): Aku hanyalah mengajar dan menasihati kamu dengan satu perkara sahaja, iaitu: Hendaklah kamu bersungguh-sungguh berusaha mencari kebenaran kerana Allah semata-mata, samada dengan cara berdua (dengan orang lain) atau seorang diri…”(Saba’: 46).

Ini memandang terdapat perkara-perkara tertentu tidak boleh dilakukan di dalam kelompok yang besar atau terang-terangan tetapi jika dilakukan di dalam kelompok yang lebih kecil atau secara bersendirian, ia akan membuahkan hasil yang baik.
Sabda Rasulullah SAW kepada Saidina Ali RA:-
فوالله لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم
Maksudnya: Demi Allah ‘‘Azza Wa Jalla sekiranya Allah ‘Azza Wa Jalla memberi hidayat denganmu seorang lelaki adalah lebih baik daripada unta merah (jenis unta yang paling baik).

– Ikatan ukhwwah dapat membina kesatuan. Ia adalah teras dalam perjuangan demi menegakkan agama Allah. Mestilah disusun soff (barisan) / jamaah dan dibina kesatuan dengan bekerjasama. Berjuang fi sabillah iaitu di jalan Allah di atas landasan syariat, tidak bermatlamatkan dunia, bukan untuk kepentingan diri atau kepentingan mana-mana pihak, bukan di atas dasar ‘asobiyyah’ (perkauman). Sentiasa berada dalam kesatuan. Kekuatan dibina dengan kesatuan bagi menegakkan agama Allah. Sepertimana seorang yang memiliki suatu binaan tidak suka binaan tersebut pincang begitulah juga Allah tidak menyukai ummat ini berbalah dan berpecah. Kekukuhan kesatuan yang dibina seumpama binaan yang tersusun rapi lagi indah dan sempurna tiada sebarang kecacatan.

Seumpama tertegaknya sebuah bangunan dari pelbagai juzuknya, bermula dari tapak, dinding, tiang dan sebagainya. Setiap satu juzuk bangunan itu mempunyai peranannya sendiri. Bangunan tidak akan terbina semata-mata dengan satu juzuk sahaja. Jika salah satu dari juzuknya dipisahkan maka ia terdedah kepada pelbagai bahaya lama-kelamaan ia akan terus roboh. Mereka yang ingin menegakkan agama secara bersendirian tidak akan berjaya kerana ia tidak menunaikan tuntuntan Islam dalam perjuangannya.
(Sedutan Fi Zilal Al Quran: jil 6; ms 3555)

Sewajarnya saling tolong-menolong dan lengkap-melengkapi antara individu, kelompok masyarakat dan jamaah, walaupun saling berbeza fikrah dan pendapat dalam usaha mengislah masyarakat, politik dan ekonomi. Lainlah halnya sekiranya terdapat percanggahan dalam prinsip dan wasilah yang digunakan oleh mereka, berkaitan nas yang menjelaskan soal halal atau haram.
(Sedutan dari Al-Syariah Al-Muftara Alaiha: 126)

Hal sebegini ditegaskan Allah ‘Azza Wa Jalla dalam firmanNya:
إن الله يحب الذين يقاتلون في سبيله صفا كأنهم بيان مرصوص
Maksudnya: Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berperang untuk membela ugama-Nya, dalam barisan yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah bangunan yang tersusun kukuh. (As- Soff: 4)

– Tawadhuk dan berkasih-mesra (azillah) sesama orang mukmin. Selagi mana seseorang itu beriman maka ia berhak untuk mendapat layanan yang baik dan hendaklah saling berbelas-kasihan, berlemah–lembut, bertoleransi dan tidak banyak membantah.

Pendirian sebegini bukanlah suatu yang hina bahkan ia adalah jalinan ukhuwwah yang melenyapkan segala batas perbezaan, tidak menyusah dan membebankan orang lain; serta menghilangkan kecelaruan dan kekeliruan antara dua jiwa.

Seorang yang jiwanya tidak bersama jamaah dan merasakan dirinya mempunyai suatu kelebihan sentiasa ingin menonjolkan sifat lobanya terhadap orang lain. Adapun mereka yang jiwanya bersama jamaah, sikapnya sentiasa melambangkan kesatuan jiwa. Tidak wujud di dalam jiwanya sebarang prasangka buruk ingin menghina, memperlekeh dan memperkecilkan orang lain. Demikianlah pertemuan yang diasaskan kerana Allah, kasih-sayang mereka sentiasa digandakan. (Sedutan dari Fi Zilal Al Quran: jil 2; ms 919)

Firman Allah ‘Azza Wa Jalla:
يحبهم ويحبونه أذلة علي المؤمنين
Maksudnya: Ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman. (Al-Maidah: 54)

Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabda baginda:
إن أحبكم إلي وأقربكم مني مجلسا يوم القيامة أحاسنكم أخلاقا الموطئون أكنافا الذين يألفون ويؤلفون وإن أبغضكم إلي وأبعدكم مني يوم القيامة الثرثارون المتشدقون المتفيقهون
Maksudnya: Sesungguhnya di kalangan kamu yang paling aku kasihi dan paling dekat denganku di hari kiamat ialah mereka yang paling berakhlak mulia, merendahkan diri yang bermesra dan dimesrai. Orang yang paling aku benci dan paling jauh dengan aku ialah mereka banyak bercakap sehingga berlebih-lebihan (menyebut perkara yang memudharatkan dan tidak mendatangkan manfaat), banyak berbicara tanpa meneliti apa yang diperkatakan dan berpura-pura mengetahui. (Riwayat Ahmad dan At-Tirmiziy)

Golongan yang disukai oleh Rasulullah ialah mereka yang banyak memberi kemudahan kepada orang lain. Menjalinkan ukhuwwah dengan baik dan penuh persefahaman serta keharmonian. Manakala golongan yang dibenci oleh Rasulullah SAW ialah golongan yang hanya mementingkan percakapan yang banyak. Suka membuat pembohongan dan menyebut perkara yang melalaikan. Jelas dari pertuturan yang didengar, mereka kurang menilai apakah hakikat yang diperkatakan dan tanggapan yang dibuat oleh mereka tidak tepat. Berpura-pura memiliki kelebihan tertentu semata-mata ingin menaikkan taraf diri pada pandangan orang lain, dalam masa yang sama tiada usaha yang dilakukan untuk mencapai ketinggian. Ini menunjukan jiwa mereka mengidapi penyakit, dihantui perasaan riya` dan takabbur. Mereka lemah untuk beramal dan bermujahadah bahkan sering menangguh-nanguhkan suatu perkara tanpa sebab-sebab yang munasabah. (Al-Ikhlas: 59-60)

4) Pertautan Akhlak dalam Menjaga Kesucian dan Kehormatan Diri
4.1) Kembali kepada fitrah
Dengan syari’at Islam, masyarakat Islam menjadi masyarakat yang bersih. Islam telah memfardhukan kebersihan luaran dan dalaman, zahir dan batin, pemikiran dan perasaan, pakaian dan tempat tinggal. Islam juga memfardhukan kesucian hati daripada segala penyakit-penyakitnya dan kebersihan lahiriah daripada segala kekotoran. Semua itu adalah selari nilai fitrah insani. Firman Allah SWT:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Maksudnya: Maka hadapkanlah diri (wajah) tuan hamba (tuan hamba sendiri dan pengikut tuan hamba), kepada agama itu: dengan secara tekun dan sebenarnya: iaitu agama yang Allah ciptakan manusia dengan keadaaan bersedia semulajadinya untuk menerimanya: tidaklah patut ada apa-apa perubahan pada ciptaan Allah itu. Itulah agama yang betul lurus. (al-Rum, 30).

Menghadapkan “wajah” kepada “agama secara tekun dan sebenarnya” boleh diumpakan seperti jarum kompas yang sentiasa menghala ke arah utara. Kalaulah jarum itu tersekat disebabkan sesuatu yang menghalangnya, maka kita mestilah melepaskannya supaya ia menjadi terlepas bebas semula, supaya ia menunjukkan semula dengan betul kepada kutubnya. Orang yang telah mendapat hak istimewa untuk menerima kebenaran sepatutnya tidak teragak-agak ataupun terseleweng, ia hendaklah menetapkan pendirian sebagai orang yang berpengetahuan. Dengan demikian ia akan terselamat dari adanya pertentangan dalam arah dan pertarungan dalaman diri; selamat dari adanya matlamat yang berkecamuk serta kebelbagaian hala tuju.

Dengan ciptaan kuasa Allah, insan adalah tidak berdosa, murni, benar, bebas, cenderung kepada kebaikan dan sifat yang utama, serta mempunyai kefahaman yang benar berkenaan dengan kedudukannya sendiri dalam alam ini, dan juga tentang Kebaikan Tuhan, Kebijaksanaan, serta kekuasaanNya. Itulah tabiat kejadiannya yang sebenar (keadaaan bersedia semulajadi), sebagaimana kejadian tabiat anak biri-biri itu ialah untuk bersifat lemah lembut, dan kuda untuk bersifat tangkas. Tetapi insan terperangkap dalam pelbagai perangkap adat kebiasaan, kepercayaan palsu, hasrat mementingkan nafsu dan diri, serta pengajaran yang palsu. Ini mungkin menjadikan beliau bengis dan garang, kotor, palsu, bersifat seperti hamba abdi, selalu mencari-cari perkara yang salah dan terlarang, serta terseleweng daripada berasa kasih kepada sesama manusia, dan penyembahan yang sebenarnya kepada Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Benar.

Oleh itu, semua manusia mestilah mengenali fitrah dirinya dan kembali kepadanya. Fitrah tersebut adalah fitrah manusia dan fitrah kewujudan. Untuk mengambil petunjuk daripada fitrah asal manusia itu bukanlah suatu usaha yang remeh, tetapi besar perlu keazaman yang kuat. Padanya seseorang itu dapat hidup dalam keadaan kesejahteraan dan kesepakatan pada dirinya berserta kewujudan yang besar di sekelilingnya. Manusia tidak bersendirian dalam arah tujunya, seluruh alam bersifat rabbani dan masing-masing bertasbih memuji Allah, sebagaimana firman Allah SWT (bermaksud): “Dan tiada suatu pun melainkan bertasbih memujiNya.” (Al-Isra’: 44). Makhluk selain mereka juga menunaikan tanggung jawab dan peranan masing-masing. Binatang ternakan menunaikan peranannya yang berhubung dengan alam ini sesuai dengan fitrahnya. Kita tidak melihat adanya sekor lembu yang menolak untuk diperah susunya, begitu juga seekor unta menolak untuk ditunggangi.. Sesungguhnya binatang-binatang tersebut telah menunaikan peranannya dalam berkhidmat kepada manusia… seperti membajak tanah, mengairi sawah ladang, membawa beban yang berat-berat, mengeluarkan susu, bulu-bulu dan belulang dimanfaatkan sebagai alat perkakas serta perhiasan manusia.

Menghadapkan “wajah” kepada “agama” atau “fitrah” itulah merupakan “agama yang betul lurus”. Yakni melakukan amalan yang betul atau kebiasaan amal yang betul (straight usage). Ia merangkumi seluruh hidup manusia, pemikiran serta hasrat manusia. Sesuatu yang tidak selari dengannya merupakan susunan pemikiran dan kehidupan rekaan yang saling bercanggahan antaranya dengan lainnya. Kesejahteraan hidup insani hanya boleh dicapai melalui pemusatan hala–tuju kepada Allah SWT semata-mata secara lurus.

4.2) Membersihkan diri daripada noda dan dosa
Allah SWT telah menjadikan nafsu dengan segala sifat dan kecenderungan seperti ini adalah untuk menjadikannya sebagai medan pertarungan yang utama dalam menguji ketulusan pengabdian diri hambanya terhadap Allah Ta`ala. Seperti mana Allah telah berfirman:
ونفس وما سواها فألهمها فجورها وتقواها قد أفلح من زكاها وقد خاب من دساها
Maksudnya: Demi diri (manusia) dan yang menyempurnakannya (Allah), lalu diilhamkan (Allah) kepadanya mana yang buruk dan mana yang baik. Sesungguhnya telah menanglah orang yang membersihkan jiwanya. Dan merugilah orang yang mengotorkannya. (As Shams: 7 – 10)

Sesiapa yang ingin menjadi hamba kepada Allah maka hendaklah ia melawan hawa nafsunya. Mentaati suruhan Tuhan dan menjauhi segala laranganNya. Orang yang hanyut bersama hawa nafsu dengan segala keinginannya bermakna telah menjadi hamba kepada nafsunya sendiri, sekalipun ia menafikannya.

Tiada siapa yang mampu untuk menafikan bahawa ia lemah ketika berhadapan dengan hawa nafsu dalam menghadapi pelbagai perkara. Nafsu telah mengheretnya ke lembah yang hina. Di sana terdapat perbezaan ketara antara tewas sementara waktu dalam situasi yang berbeza dan tewas yang berpanjangan. Tewas berpanjangan disebabkan oleh kelemahan jiwa yang telah sebati dalam pembentukan dalaman diri manusia. Adalah amat menyedihkan realiti yang kita lihat, membuktikan bahawa ramai manusia yang menjadi tunggangan hawa nafsu. Sangat mudah dan segera mematuhi serta menurut arahan nafsu. Sentiasa lemah ketika berhadapan dengan kehendaknya. Ini semua membuktikan bahawa adanya unsur-unsur kelemahan jiwa di dalam diri insan.

Firman Allah SWT:
ونفس وما سواها فألهمها فجورها وتقواها قد أفلح من زكاها وقد خاب من دساها
Maksudnya: Demi diri (manusia) dan yang menyempurnakannya (Allah). Lalu diilhamkan oleh Allah kepadanya mana yang buruknya dan mana yang baiknya. (As Syams: 7 – 10)

Sesungguhnya Allah telah menciptakan pada setiap hambanya nafsu ammarah yang cenderung pada kejahatan untuk menguji sejauh mana tulusnya pengabdian mereka terhadap Allah. Antara sifAt sifat tersebut ialah kejahilan, berlaku zalim dan bersifat bakhil. Semua sifat tersebut cenderung pada kejahatan dan menyimpang dari kebaikan, bencikan kepayahan dan bebanan tanggungjawab.
Allah telah mencipta sifat ini sebagai gelanggang pertarungan dan medan praktis untuk menguji kejujuran pengabdian hambanya kepada Allah. Tanpa sifat-sifat tersebut nescaya manusia akan menjadi seperti malaikat yang tidak pernah menderhaka kepada Allah.
Allah menggesa hambanya agar memerangi hawa nafsu dan sebagai habuan kemenangan mereka dalam pertarungan itu dijanjikan keredhaan dan syurga Allah buat mereka. Allah berfirman:
فأما من طغى واثر الحياة الدنيا فإن الجحيم هى المأوى وأما من خاف مقام ربه ونـهى
النفس عن الهوى فإن الجنة هي المأوى..
Maksudnya: Maka barang siapa yang durhaka dan mengutamakan kehidupan di dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat kediamannya. Adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan dirinya daripada hawa nafsunya, maka syurgalah tempat kediamannya. (An Naziaat: 38 – 41)

4.3) Memelihara batasan pergaulan dan aurat
Kemurnian hubungan antara lelaki dan wanita adalah satu cabang daripada prinsip kebersihan Islam. Manakala mereka yang inginkan kepincangan dan memandang hubungan sebegini sepertimana yang mereka katakan: “Hubungan biologi adalah suatu yang tabi’ie, tiada padanya sebarang kecelaan dan tiada sebarang ikatan,” sesungguhnya dengan memandang manusia hanya sebagai lelaki atau wanita adalah pandangan yang cetek, sedangkan tersirat di sebaliknya persediaan ke arah kemuliaan dan ketinggian.

Sesungguhnya para pengkaji yang adil, mengetahui dengan yakin, tentang seks rambang yang dialami oleh orang bukan Islam khususnya di barat. Kebanyakan kelab malam, rumah urut dan pusat butik semuanya telah menjadi pusat pelacuran, malah lebih teruk lagi. Kebanyakan kanak-kanak, wanita dan pemuda tidak mengenali bapa mereka. Seorang suami kepada seorang wanita muslimah Amerika ada memaklumkan bahawa isterinya tidak pasti siapa bapanya yang sebenar, bapanya telah menggauli semua anak perempuannya dan dia bersyukur kepada Allah kerana Allah menyelamatkannya.

Sesungguhnya Islam menjaga nasab keturunan dan harta benda, yang merupakan salah satu dari objektif-objektif Islam yang dharuri (mesti) dan hidup ini tidak akan konsisten tanpa unsur-unsur itu. Lantaran itu, para ulama` Islam menamakannya sebagai al-maqosid ad-dharuri (objektif-objektif yang dharuri) iaitulah menjaga agama, akal, kehormatan, jiwa, harta, kebebasan dan kemuliaan.

Masyarakat Islam dibangunkan dengan menjaga perkara-perkara dharuri ini, mereka saling tolong-menolong untuk menjaganya, bahkan ia bertanggung jawab untuk memeliharanya demi kesejahteraan dan kelangsungan masyarakat Islam yang bersih.

Antara suatu yang logik, ketetapan akal dan hukum-hakamnya yang jelas ialah jika ditegah dan diharamkan suatu perkara, maka ditegah juga wasilah dan segala sebab-musababnya. Oleh kerana syari’at Islam itu terbina dengan kebijaksanaan akal untuk mendapatkan maslahah, maka sudah tentulah Islam mengharamkan segala wasilah yang membawa kepada suatu yang haram; dan memfardukan wasilah yang membawa kepada suatu yang wajib. Oleh kerana pergaulan bebas tanpa batasan dan pendedahan aurat menjadi medium kepada perkara yang haram dan menjejaskan penjagaan salah satu daripada al-maqosid ad-dharuri (objektif-objektif yang dharuri) dalam syari’at Islam; maka pada logik dan syari’at sudah pasti etika-etika yang ditetapkan dalam interaksi sosial dan cara berpakaian adalah menjadi salah satu daripada kefardhuan Islam, adab-adab Islam yang murni dan lambang kebersihan Islam, serta kemuliaan dan ketinggian ISLAM.

Apa yang berlaku terhadap wanita di barat, dan menjadi realiti yang biasa ialah kecenderungan kepada budaya bogel yang primitif. Janganlah pula kita menganggap, wanita-wanita di barat semuanya seperti itu atau ingin menjadi sedemikian. Seorang wanita tua berbangsa Itali telah berkata ketika beliau melihat kesopanan wanita muslimah: “Sesungguhnya kami seperti itu semenjak lima puluh tahun yang silam.” Seorang pengetua sekolah yang sangat beradab sopan pada nisbah orang-orang barat ditanya: “Kenapa kamu berpakaian begini, sedangkan kamu seorang wanita barat dan berstatus tinggi dalam pendidikan dan keilmuan.” Beliau menjawab kehairanan: “Jika seorang wanita berpakaian seksi bermakna dia telah melakukan sesuatu yang di luar tabiatnya.”

Islam telah menetapkan bahawa adanya bahagian yang tertentu menjadi aurat pada diri lelaki dan juga wanita. Ia adalah suatu hukum yang mudah menurut kacamata Islam yang umum; di dalam kehidupan yang terdapat padanya perkara yang diharuskan dan perkara yang ditegah; dengan perspektif umum Islam yang menggesa agar kita menjauhkan diri dari segala godaan dan perkara yang meransang syahwat; yang bermatlamatkan untuk memuliakan manusia dan meninggikan sifat nalurinya, yang ingin menjadikan kuasa yang di tangan seseorang dipandu oleh matlamat syari’at dan hukum-hakam akal….; agar manusia dinaungi dengan kemuliaan. Dan mengangkat darjat manusia daripada semata-mata menjadi seperti haiwan, sekadar makan dan memakai.

Perspektif Islam ini mencakupi lelaki dan wanita. Firman Allah s.w.t:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ
Maksudnya: Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka.

Dan firman Allah s.w.t:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
Maksudnya: Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya. (An-Nuur: 31)

Justeru Islam mensyariatkan perkahwinan untuk meraikan kecenderongan seks antara sesama manusia dan membendung segala macam bentuk gejala seksual. Dengan pensyariatan tersebut, insan boleh menyesuaikan dirinya terhadap fitrah seksual dan kecederongan nalurinya dengan cara yang wajar, positif dan terarah… tanpa ada sebarang halangan dan tidak terpengaruh dengan tipu-daya kehidupan, tabiat yang meruncingkan keadaan dan kehendak fitrah yang tidak menentu.

Di antara pandangan yang tepat terhadap seksual kita mendapati Islam mengiktiraf syahwat yang halal dan memenuhi kemahuan naluri dengan perkahwinan. Ia juga dianggap sebagai amalan soleh yang melayakkan seseorang itu mendapat keredhaan Allah dan berhak mendapat ganjaran pahala.

Imam Muslim meriwayatkan di dalam Sahih Muslim, daripada Abu Dzar Radiallahu‘anhu:
أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ عَلَيْهِ الصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ: أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ عَلَيْهِ الصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ قَالُوْا: بَلىَ قَالَ عَلَيْهِ الصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ: فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرًا
Maksudnya: “Beberapa orang dari sahabat Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Wahai Rasulullah! Orang-orang kaya memperolehi ganjaran. Mereka sembahyang sepertimana kami sembahyang. Mereka berpuasa sepertimana kami berpuasa. Dan mereka juga bersedekah dari lebihan harta mereka.” Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Adakah tidak Allah telah memperuntukkan kepada kamu suatu yang kamu boleh bersedekah dengannya? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan La ilaha illallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan Alhamdulillah) adalah sedekah, menyuruh perkara yang baik adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan setiap kali kamu melakukan jimak (dengan isteri kamu) juga adalah sedekah. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah! Adakah jika seseorang daripada kita menunaikan syhawatnya ia mendapat ganjaran?” Rasulullah menjawab: “Tidakkah kamu merasakan suatu dosa jika ia menunaikan syahwatnya dengan cara yang haram?” Para sahabat menjawab: “Bahkan!!” Rasulullah menjawab: “Demikian juga apabila ia menunaikan syahwatnya dengan cara yang halal.”

4.4) Mengutamakan hak agama Islam:
Apabila berlaku pertembungan antara dua maslahah, iaitu maslahah Islam, jihad dan dakwah dengan maslahah kehidupan, isteri, anak dan harta… maka setiap individu muslim wajib mendahulukan maslahah jihad dan dakwah di atas segala maslahah dunia, kepentingan peribadi, dan perasaan terhadap negara dan keluarga. Ini kerana, membentuk masyarakat Islam, mengukuhkan asas negara Islam dan memberi petunjuk kepada insan yang dalam kesesatan… adalah tujuan utama. Bahkan ia merupakan matlamat dan tujuan yang paling murni. Inilah apa yang nyata dari pendirian Rib‘iy Ibn ‘Amir. Beliau berdiri di hadapan Rustum ketika peperangan al-Qadisiyyah lalu berkata: “Allah telah mengutuskan kami untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan manusia terhadap manusia kepada penyembahan terhadap Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasan akhirat, dari kezaliman pelbagai agama kepada keadilan Islam.”

Terdapat beberapa contoh para salafussoleh mendahulukan maslahah Islam dan jihad di atas segala maslahah peribadi, keluarga dan keturunan. Lebih-lebih lagi, perasaan yang cenderung terhadap keluarga dan isteri-isteri:

– Seorang sahabat yang hatinya penuh keimanan; Hanzalah Ibn Abi ‘Amir yang berkahwin dengan Jamilah Binti Ubaiy pada suatu malam Jumaat. Pada keesokan paginya kaum muslimin di seru supaya keluar ke medan jihad. Sebaik sahaja Hanzalah mendengarnya, beliau terus mengambil pedang, memakai baju perang kemudian menunggang kudanya. Beliau menuju ke medan perang Uhud. Apabila peperangan bermula, beliau bertempur sebagai seorang pahlawan. Setelah barisan kaum muslimin tidak teratur lagi, Hanzalah bertempur di tengah-tengah barisan kaum musyrikin sehinggalah beliau menemui Abu Sufyan. Beliau menyerangnya. Abu Sufyan pun tersungkur. Hanzalah ingin menyembelihnya dengan pedang. Tetapi Abu Sufyan menjerit mememinta pertolongan daripada kaum Quraisy. Suaranya didengari oleh beberapa orang. Mereka menyerang dan memukul Hanzalah sehingga ia terkorban sebagai seorang syahid.

Inilah dia Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam, Allah Subhanahu wa ta‘ala telah mendedahkan kepadanya alam ghaib, lalu Baginda bersabda: “Saya melihat malaikat memandikan Hanzalah di antara langit dan bumi dengan air embun di atas bekas yang diperbuat daripada perak.” Para sahabat pun bersegera pergi melihat Hanzalah. Mereka mendapati titisan air pada kepala Hazalah.… Lalu mereka bertanya kepada isterinya mengenai Hanzalah. Isterinya memberitahu bahawa sebaik sahaja beliau mendengar seruan jihad, ia terus keluar dalam keadaan berjunub dan belum sempat mandi wajib, dengan sebab itulah malaikat memandikannya.

– ‘Abdullah Ibn Abi Bakar Radiallahu‘anhuma berkahwin dengan ‘Atikah Binti Zaid. ‘Atikah adalah seorang yang jelita, berakhlak mulia dan sangat beradab. Oleh itu, ia terlewat untuk keluar berperang dan berjihad. Ayahnya Abu Bakar al-Siddiq menyuruhnya agar ia menjatuhan talak ke atas isterinya. Beliau menyatakan sebabnya: “Isteri engkau telah menyebabkan engkau sibuk dengannya dari keluar berperang, maka jatuhkan talak ke atasnya.” Lalu, ‘Abdullah menjatuhkan talak ke atas isterinya. Pada suatu ketika, ayahnya, terdengar beliau mengungkapkan syair:

فلم أرى مثلي طلق اليوم مثلها
ولا مثلها في غير ذنب تطلق
لها خلق جزل ورأي ومنصب
على كبر مني وإني لوامق
Maksudnya:
“Aku belum pernah melihat orang seperti aku yang mentalak wanita yang sepertinya.”
“Ia ditalak bukanlah kerana dosa yang ia lakukan.”
“Ia berbudi pekerti mulia, berfikiran tinggi dan berkedudukan.”
“Sedangkan aku sudah tua, dan hatiku amat menyintainya.”

Seorang ayah mahukan anaknya menceraikan isterinya. Tetapi setelah mendengar ungkapan syair ini, ayahnya menyuruh agar ia merujuk semula isterinya.

Selepas beberapa ketika, ‘Abdullah keluar berperang bersama Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam di Taif. Malangnya ia terkena panah dan meninggal dunia setelah pulang ke Madinah. Semoga Allah meredhainya.

– Al-Tabarani dan Ibn Ishaq meriwayatkan bahawa Abu Khaithamah pulang ke rumahnya setelah bermusafir. Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam pula telah keluar menuju ke medan peperangan selama beberapa hari. Pada hari itu, cuaca sangat panas. Ia mendapati kedua-dua isterinya sedang berkhemah di kebunnya. Terdapat dua buah khemah. Mereka telah merenjiskan air di sekitarnya. Mereka juga telah menyediakan air yang dingin dan makanan untuk menyambut kepulangan suami mereka. Apabila Abu Khaithamah tiba di sana, beliau berdiri di pintu khemah dan melihat apa yang dilakukan oleh kedua-dua orang isterinya, lalu berkata:

“Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam di bawah matahari yang terik dan angin yang panas. Sedangkan Abu Khaithamah di bawah teduhan yang dingin dan di hadapan hidangan makanan yang telah tersedia serta di sampingnya isteri yang jelita!! Ini bukanlah suatu yang adil.”

Beliau berkata lagi: “Demi Allah aku tidak akan masuk ke khemah kamu berdua sehinggalah aku menemui Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam terlebih dahulu.” Tanpa berlengah lagi, isteri-isterinya menyediakan bekalan. Abu Khuthaimah bersegera menunggang unta berangkat mengejar Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam sehinggalah ia menemui Baginda di medan Tabuk.

Tidak syak lagi, sesungguhnya umat Islam dan belia Islam ketika mana mereka mendahulukan cinta kepada Allah, Rasul, jihad di jalan Allah dan berdakwah melebihi segala yang lain di dalam kehidupan ini sama ada mahal atau pun murah; nescaya Allah Subhanahu wa ta‘ala akan memberikan kekuasaan kepada mereka di muka bumi ini. Menggantikan ketakutan mereka dengan keamanan, kelemahan mereka dengan kekuatan. Dunia akan berada di bawah pemerintahan mereka. Manusia seluruhnya akan tunduk kepada arahan dan larangan mereka… Jika mereka menyelewang, maka tunggulah ketentuan daripada Allah Subhanahu wa ta‘ala. Allah akan menurunkan bala dan azab. Allah Subhanahu wa ta‘ala tidak memberi hidayat kepada kaum yang keluar dari batas ketaatan kepadanya, dan terpesong dari petunjuk dan jalan Allah.

Benarlah firman Allah Subhanahu wa ta‘ala di dalam al-Quran:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Maksudnya: “Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika bapa-bapa kamu, dan anak-anak kamu, dan saudara-saudara kamu, dan isteri-isteri (atau suami-suami) kamu, dan kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu bimbang akan merosot, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, – (jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (daripada) berjihad untuk ugamaNya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusanNya (azab seksaNya); kerana Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (derhaka).” (Al-Taubah: 24)

Benarlah apa yang difirmankan oleh Tuhan kita yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi di dalam Al-Quran:-
إن هـذا القـران يهـدي للـتى هي أقـوم
Maksudnya: Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk ke jalan yang amat betul. (Al-Isra`: 9)

http://onlinerock.com/services/jailurrashied/kptgn_akhlaq.htm

Posted by Hasan Nazam at 9:56 AM
0 comments:

Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 7 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Thursday, July 24, 2008
Aurat dan Pornoaksi: Tinjauan Agama dan Rasional
Aurat dan Pornoaksi:
Tinjauan Agama dan Rasional

Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
Maksudnya: “Wahai anak-anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu (bahan-bahan untuk) pakaian menutup aurat kamu, dan pakaian perhiasan; dan pakaian yang berupa taqwa itulah yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah dari tanda-tanda (limpah kurnia) Allah (dan rahmatNya kepada hamba-hambaNya) supaya mereka mengenangnya (dan bersyukur).” (Al-A‘araf, 7: 26).

Islam telah menetapkan bahawa adanya bahagian yang tertentu menjadi aurat pada diri wanita yang perlu ditutupi. Ia adalah suatu hukum yang mudah menurut kacamata Islam yang umum di dalam kehidupan yang terdapat padanya perkara yang diharuskan dan perkara yang ditegah. Perspektif umum Islam menggesa agar kita menjauhkan diri dari segala godaan dan perkara yang meransang syahwat. Matlamatnya ialah memuliakan manusia dan meninggikan sifat nalurinya, disamping menjadikan kuasa yang di tangan seseorang dipandu oleh matlamat syari’at dan hukum-hakam akal…. agar manusia dinaungi dengan kemuliaan. Juga mengangkat darjat manusia daripada semata-mata menjadi seperti haiwan, sekadar makan dan memakai.

Apa yang berlaku terhadap wanita di barat, dan menjadi realiti yang biasa ialah kecenderungan kepada budaya bogel yang primitif. Sudah ketara pemudi-pemudi di Eropah, mereka selesa dengan adat tradisi separuh bogel. Apa yang dilihat pada hari-hari percutian musim panas suatu yang sangat parah.

Dengan syari’at Islam, masyarakat Islam adalah masyarakat yang bersih. Islam telah memfardhukan kebersihan luaran dan dalaman, zahir dan batin, pemikiran dan perasaan, pakaian dan tempat tinggal. Islam juga memfardhukan kesucian hati daripada segala penyakit-penyakitnya dan kebersihan lahiriah daripada segala kekotoran. Kemurnian hubungan antara lelaki dan wanita adalah satu cabang daripada prinsip kebersihan ini. Namun terdapat mereka yang inginkan kepincangan dan memandang hubungan sebegini sepertimana yang mereka katakan: “Hubungan biologi adalah suatu yang tabi’ie, tiada padanya sebarang kecelaan dan tiada sebarang ikatan.” Memandang manusia hanya sebagai lelaki atau wanita adalah pandangan yang cetek, sedangkan tersirat di sebaliknya persediaan ke arah kemuliaan dan ketinggian.

Kita telah melihat mereka yang telah memeluk Agama Islam di celahan situasi gejala yang terpesong ini, mereka itu telah bahagia dengan konsep Islam yang memuliakan manusia, sehingga berkata salah seorang daripada mereka yang memeluk Agama Islam kepada sekelompok bangsanya sendiri iaitu Eropah, yang perlu kami tegur pendekatannya, iaitu: “Selagimana kamu tidak memeluk Agama Islam, kamu adalah lembu…!” Ya benar! Sesungguhnya adab dakwah menolak perkataan yang sedemikian, tetapi perlu dijelaskan: Apabila mereka memeluk Agama Islam dan mengetahui tentang kebersihan Islam, mereka dapat mengenali hakikat taraf kebinatangan yang telah terpalit kepada mereka seketika dahulu (Dan suatu yang bercanggah itu menzahirkan kebaikan yang di sebaliknya).

Para pengkaji yang adil, mengetahui dengan yakin, tentang seks rambang yang dialami oleh orang bukan Islam khususnya di barat. Kebanyakan kanak-kanak, wanita dan pemuda tidak mengenali bapa mereka. Seorang suami kepada seorang wanita muslimah Amerika telah memberitahu kepadaku bahawa isterinya tidak pasti siapa bapanya yang sebenar, bapanya telah menggauli semua anak perempuannya dan dia bersyukur kepada Allah kerana Allah menyelamatkannya.

Sesungguhnya Islam menjaga nasab keturunan dan harta benda, yang merupakan salah satu dari objektif-objektif Islam yang dharuri (mesti). Yang mana hidup ini tidak akan konsisten tanpa unsur-unsur tersebut. Lantaran itu, para ulama’ Islam menamakannya sebagai al-maqosid ad-dharuri (objektif-objektif yang dharuri) iaitulah menjaga agama, akal, kehormatan, jiwa, harta, kebebasan dan kemuliaan.

Masyarakat Islam dibangunkan dengan menjaga perkara-perkara dharuri ini, mereka saling tolong-menolong untuk menjaganya, bahkan ia bertanggung jawab untuk memeliharanya demi kesejahteraan dan kelangsungan masyarakat Islam.

Antara suatu yang logik, ketetapan akal dan hukum-hakamnya yang jelas ialah jika ditegah dan diharamkan suatu perkara, maka ditegah juga wasilah (pengantara) dan segala sebab-musababnya. Oleh kerana syari’at Islam itu terbina dengan kebijaksanaan akal untuk mendapatkan maslahah (kebaikan), maka sudah tentulah Islam mengharamkan segala wasilah yang membawa kepada suatu yang haram; dan memfardukan wasilah yang membawa kepada suatu yang wajib. Oleh kerana mendedahkan aurat dan melihat aurat adalah satu perkara yang boleh membawa kepada yang diharamkan dan merosakkan penjagaan salah satu daripada al-maqosid ad-dharuri (objektif-objektif yang dharuri) dalam syari’at Islam; maka pada logik dan syari’at sudah pasti – perhiasan lelaki dan wanita hendaklah pada had kadar yang memelihara kemuliaan diri mereka serta menjamin kesejahteraan masyarakat – menjadi salah satu daripada kefardhuan Islam, adab-adab Islam yang murni dan lambang kebersihan Islam, serta kemuliaan dan ketinggian ISLAM.

HARAM DEDAH AURAT

Pengharaman ini adalah berdasarkan kepada firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ
Maksudnya: Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka.

Juga firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
Maksudnya: Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka.
(An-Nuur: 30, 31)

Terdapat pada diri lelaki bahagian aurat yang diharamkan kepada lelaki yang lain melihatnya dan wanita juga mempunyai bahagian aurat yang diharamkan ke atas wanita yang lain untuk melihatnya. Jelas, pada jasad lelaki terdapat bahagian yang diharamkan ke atas wanita melihatnya dan terdapat pada wanita bahagian yang diharamkan ke atas lelaki melihatnya. Perkara ini menunjukkan bahawa syari’at Islam adalah syari’at yang selaras dan bersepadu. Ia tidak mengkhususkan wanita sahaja bahkan ia merupakan syari’at yang adil. Ia memelihara segala masalah hubungan tabi’ie dan kecenderungan semulajadi antara lelaki dan wanita.

Hadis Nabi yang menyatakan tentang perkara ini ialah berdasarkan riwayat al-Tabarani dan al-Hakim. Al-Hakim mengatakan sanad hadis ini sahih daripada Abdullah Ibn Mas‘ud Radiallahu‘anhu. Beliau berkata: Bersabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang ia riwayatkan daripada Allah Subhanahu wa ta‘ala:

النَظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْسَ مَنْ تَرَكَهَا مِنْ مَخَافَتِي أَبْدَلْتُهُ إِيْمَانًا يَجِدُ حَلاَوَتَهُ فِي قَلْبِهِ
Maksudnya: “Pandangan adalah antara panahan iblis, sesiapa yang meninggalkan pandangan tersebut kerana takutkanKu maka akan aku gantikan dengan keimanan yang ia akan dapat rasakan kemanisannya di dalam hatinya.”

Imam Ahmad dan al-Tabarani meriwayatkan daripada Abu Umamah Radiallahu‘anhu, daripada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, Baginda bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَنْظُرُ إِلَى مَحَاسِنِ امْرَأَةٍ أَوَّلَ مَرَّةٍ ثُمَّ يَغُضُّ بَصَرَهُ إِلاَّ أَحْدَثَ اللَّهُ لَهُ عِبَادَةً يَجِدُ حَلاَوَتَهَا
Maksudnya: “Tiada seorang muslim yang memandang kepada kecantikan seorang wanita kemudian ia memejamkan matanya melainkan Allah Subhanahu wa ta‘ala timbulkan baginya satu ibadah dan ia merasakan kemanisan di dalam hatinya.”

Imam Ahmad dan Ibn Hibban meriwayatkan di dalam kitab sahih mereka dan juga al-Hakim, daripada ‘Ubadah Ibn Samit Radiallahu‘anhu, daripada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, Baginda bersabda:

اضْمَنُوا لِي سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنْ لَكُمْ الْجَنَّةَ اصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ وَأَوْفُوا إِذَا وَعَدْتُمْ وَأَدُّوا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ وَاحْفَظُوا فُرُوجَكُمْ وَغُضُّوا أَبْصَارَكُمْ وَكُفُّوا أَيْدِيَكُمْ
Maksudnya: “Pelihara enam perkara di dalam diri kamu nescaya aku akan menjamin syurga untuk kamu: Bercakap benar bila berbicara, apabila berjanji ia tepati, menjaga amanah apabila diberi amanah, menjaga kemaluan, menundukkan pandangan dan menjaga tangan kamu.”

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan, daripada Abu Hurairah Radiallahu‘anhu, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنْ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأذُنَانِ زِنَاهُمَا الاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Maksudnya: “Allah telah menetapkan ke atas anak Adam nasib mereka berkaitan zina secara pasti: Zina mata ialah pandangan, zina telinga ialah pendengaran, zina lidah ialah bicara, zina tangan ialah penganiayaan, zina kaki ialah langkah, zina hati ialah hawa nafsu dan angan-angan, semua ini dibenarkan oleh kemaluan dan ia memperdayanya.”

Imam Muslim dan al-Tirmizi meriwayatkan, daripada Jarir Radiallahu‘anhu, beliau berkata:

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَقَالَ اصْرِفْ بَصَرَكَ
Maksudnya: “Aku bertanya kepada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam tentang pandangan yang tidak disengajakan, maka jawab Baginda: “Palingkan pandangan kamu.”

Tidak syak lagi antara matlamat Islam berkaitan menundukkan pandangan ialah – sepertimana yang dinyatakan oleh pengarang kitab Zilal – untuk mendirikan masyarakat yang bersih, yang tidak hanyut dilanda gelombang nafsu pada setiap detik dan tidak dipengaruhi oleh ransangan syahwat pada setiap masa. Pengaruh ransangan seks berterusan, dan berakhir dengan insan terhumban ke dalam api serakah syahwat yang tidak kunjung padam dan puas. Pandangan yang khianat, gerak geri yang memberahikan, perhiasan mereka yang bersolek serta tubuh yang bertelanjang, semuanya tidak lain, melainkan membakar semarak hawa nafsu yang menggila. Satu-satunya kaedah Islam untuk mewujudkan masyarakat yang bersih ialah menghalang semua pengaruh sebegini dan mengekalkan dorongan fitrah yang mendalam antara dua jantina ini dalam keadaan yang sejahtera dengan kekuatan yang tabi‘ie tanpa ada pengaruh yang sengaja diada-adakan.

Pernah diperkatakan bahawa terdapat faedah daripada perbuatan seperti melepaskan pandangan, berbicara terbuka, bergaul bebas, gurau senda dan bergembira tanpa batasan antara dua jantina, serta melihat bahagian aurat tersembunyi. Yang mana digembar-gemburkan bahawa ia boleh meredakan dan merehatkan, menjadi sebagai luahan terhadap hambatan dan halangan rasa ghairah, mengawal diri dari konflik dan tekanan jiwa, meringankan tekanan seksual dan lain-lain lagi.

Namun mereka yang berpegang dengan pandangan dan pemikiran ini telah lupa, kecenderungan fitrah antara lelaki dan perempuan merupakan kecenderungan yang mendalam dalam pembentukan yang hidup. Ini kerana Allah Subhanahu wa ta‘ala menciptakannya untuk meneruskan kehidupan di atas muka bumi ini, dan merealisasikan tugas khilafah manusia di atas muka bumi. Ia merupakan kecenderungan berkesinambungan.

Memarakkan gelombang nafsu sedemikian menambah lagi haru-biru, dan mendorong seseorang untuk memadamkannya secara lahiriyyah untuk memperolehi kerehatan. Jika ia gagal melakukannya maka saraf yang sedang bergelora akan kepenatan. Ia menyebabkan suatu penyeksaan yang berpanjangan.

Pandangan boleh memberahikan, ketawa boleh menghairahkan, gurau-senda boleh merangsang, dan jeritan yang mengungkapkan kecenderungan ini juga boleh memberi ransangan. Satu-satunya cara yang boleh dipercayai ialah dengan mengurangi pengaruh-pengaruh ini sehingga kecenderungan ini kekal pada batas-batasnya yang tabi‘ie. Seterusnya menyahut seruan yang tabi‘ie ini dengan perkahwinan yang syar‘ie.

Inilah dia landasan yang dipilih oleh Islam dan yang diredhai bagi keperluan seks manusia, untuk menyempurnakan ketenangan jiwa, kestabilan fikiran, kerehatan saraf dan ikatan murni yang mengikat keseluruhan bani insan!!

Alangkah indahnya apa yang pernah diungkapkan oleh sebahagian mereka berkaitan pengaruh pandangan:

كل الحوادث مبداها من النظر
ومعظم النار من مستصغر الشرر
كم نظرة فعلت في قلب صاحبها
فعل السهام بلا قوس ولا وتر
والمرء مادام ذا عين يقلبها
في أعين الغيد موقوف على خطر
يسر مقلته ما ضر مُهجتَه
لا مرحبا بسرور عاد بالضرر
Maksudnya:
“Mata adalah punca segala perlakuan yang pincang; api yang memarak berasal dari percikan yang kecil.”
“Betapa banyak penglihatan mengganggu hati tuannya; bak panahan yang menusuk hati tembus ke sanubarinya.”
“Selama mana manusia memiliki mata yang dipermain-mainkannya; merenung mata rupawan yang membahayakan.”
“Matalah yang girang gembira namun hatinya yang menerima bahananya; kita tidak mengalu-alukan kegembiraan yang berakhir dengan kemudharatan.”

Benarlah sabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam al-Tabarani:

ثَلاَثَةٌ لاَ تَرَى أَعْيُنُهُمْ النَّارَ عَيْنٌ حَرَسَتْ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَعَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ كَفَتْ عَنْ مَحَارَمِ اللهِ
Maksudnya: “Tiga mata yang tidak melihat api neraka, mata yang berwaspada di jalan Allah; mata yang menangis kerana takutkan Allah dan mata yang terpelihara daripada apa yang diharamkan Allah.”

Aurat Lelaki:
Al-Hakim telah mengeluarkan sebuah hadis daripada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, Baginda bersabda:

مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ عَوْرَةٌ
Maksudnya: “Apa yang di antara pusat dan lutut adalah aurat.”

Al-Hakim meriwayatkan bahawa Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang lelaki yang terdedah pahanya, maka Baginda berkata kepadanya sebagai memberi nasihat:

غَطِّ فَخِذَكَ فَإِنَّ الفَخِذَ عَوْرَةٌ
Maksudnya: “Tutupkan paha kamu, sesungguhnya paha adalah aurat.”

Menurut sebuah riwayat al-Tirmizi:

الفَخِذُ عَوْرَةٌ
Maksudnya: “Paha adalah aurat.”

Nas-nas hadis ini menjelaskan bahawa tidak harus bagi seorang lelaki mendedahkan sejuzuk pun antara lutut dan pahanya, sama ada ketika bersukan, berenang, latihan dan juga di kolam air, sekalipun aman daripada rasa syahwat.

Aurat Wanita:
Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ لِبُعُولَتِهِنَّ …
Maksudnya: “Dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka… (An-Nuur: 31)

Wanita-wanita Islam diperintahkan menutupkan dan mengulurkan penutup kepalanya sehingga dapat menutupi leher dan dadanya. Bahagian dada dan belahan dadanya tidak boleh didedahkan sebagaimana yang dilakukan wanita-wanita jahiliah.

Suara wanita pula mestilah dikawal supaya tidak menggoda. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:

فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ
Maksudnya: “Oleh itu janganlah kamu berkata-kata dengan lembut manja (semasa bercakap dengan lelaki asing) kerana yang demikian boleh menimbulkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya (menaruh tujuan buruk kepada kamu)” (Al-Ahzab: 32).

Perhiasan Wanita Yang Boleh Didedahkan:
Para ulama’ juga telah menyebut pendapat-pendapat yang ma’thur dari sahabat dan tabi’ien. Al-Qurtubi mengatakan bahawa; Ibn ‘Abbas, Al-Miswar bin Makhramah dan Qatadah mengatakan perhiasan yang zahir ialah:

“Celak, gelang dan inai pada kadar setengah hasta serta subang dan cincin.”

Di dalam kitab Fath Al-Qodir karangan Al-Imam Al-Syaukani, diriwayatkan daripada Ibn ‘Abbas:

“Setengah betis atas dari kaki, itulah apa yang zahir.”

Al-Imam Al-Alusi berkata: “Apa yang disebutkan oleh Al-Imam Al-Zamakhsyari adalah dari pendapat yang masyhur dalam mazhab Abu Hanifah, bahawa bahagian perhiasan yang zahir adalah merangkumi:

“Wajah, dua tangan hingga ke pergelangan dan kaki hingga ke buku lali; bukanlah aurat, maka tidak diharamkan melihat kepadanya. Kepayahan untuk menutup dua kaki hingga ke buku lali adalah lebih berbanding kepayahan menutup dua tangan hingga ke pergelangan, terutama bagi kebanyakan wanita Arab yang fakir.”

Budaya Pincang:
Wanita berpakaian ketat di hadapan mahramnya (kerabat si wanita yang haram menikahinya) dan di hadapan wanita lain saja tidak boleh. Apalagi di hadapan lelaki lain. Masalah wanita berpakaian ketat ini ditegaskan oleh Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam:

سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي رِجَالٌ يَرْكَبُونَ عَلَى السُّرُوجِ كَأَشْبَاهِ الرِّجَالِ يَنْزِلُونَ عَلَى أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ نِسَاؤُهُمْ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ عَلَى رُءُوسِهِمْ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْعِجَافِ الْعَنُوهُنَّ فَإِنَّهُنَّ مَلْعُونَاتٌ
Maksudnya: “Akan ada di akhir ummatku orang-orang yang naik di atas pelana seperti layaknya orang-orang besar, mereka singgah di depan pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang, di atas kepala mereka ada semacam punuk unta, laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka itu terlaknat.” (Hadis riwayat Ahmad. Al-Haitsami berkata: Para periwayat Ahmad dinilai Sahih).

Sabda Baginda Sallallahu ‘alaihi wasallam “kasiyat ‘ariyat” telah ditafsirkan:
– Berpakaian dengan pakaian pendek yang tidak menutupi aurat yang harus ditutup.
– Mengenakan pakaian tipis yang tidak menutupi kulitnya dari pandangan di baliknya.
– Pakaian ketat yang memang menutupi kulit dari pandangan namun tetap menampakan lekuk dan bentuk kemolekan tubuh wanita.

Sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam lagi:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ ، لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Maksudnya: “Dua golongan termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihat mereka; satu kaum (penguasa) yang membawa cambuk (besar) seperti ekor lembu, dengannya mereka memukul manusia; dan kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang, menggoda dan melenggok-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mendapati aromanya, padahal aromanya boleh didapat dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (Riwayat Muslim)

Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang dua fenomena: Sadisme dan Pornoaksi. Golongan pertama adalah kaum lelaki sedangkan golongan kedua adalah kaum wanita. Antara kedua golongan yang berlawanan jenis ini tentu saja ada interaksi. Ini kerana, dalam suatu komuniti masyarakat yang banyak dijumpai wanita-wanita seperti golongan kedua, pasti akan banyak terjadi perkosaan, kekerasan, sadisme, pergolakan dan penganiayaan seperti yang dilakukan golongan pertama.

Golongan pertama menggunakan kekerasan sebagai senjatanya sedang golongan kedua menggunakan kelembutan (keindahan) sebagai senjatanya. Golongan kedua sering berselindung di balik istilah moden, seni dan keindahan, untuk menipu manusia. Orang sering mengutuk perbuatan golongan pertama dengan kata-kata kejam, sadis dan buas, tetapi menyanjung golongan kedua dengan sebutan seperti artis, ratu kecantikan dan wanita moden.

Justeru perlu diingat bahawa tidak mendedahkan diri kepada khalayak adalah lebih baik daripada berdedah dengan perhiasan seperti orang yang jahil agama. Firman Allah SWT:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُولَى
Maksudnya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah.” (Al-Ahzab: 33)

Beberapa Halangan:
1) Kemungkinan suasana masyarakat dan keadaan setempat menyebabkan seseorang keberatan melaksanakan beberapa perintah Allah Subhanahu wa ta‘ala dan tuntuan agama, ia mestilah memahami bahawa dalam setiap perkara memerlukan kesabaran. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ
Maksudnya: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang.” (Al-Baqarah, 2)

Bersabar untuk melakukan ketaatan adalah suatu kemestian. Sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam:
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
Maksudnya: “Akan tiba suatu zaman, manusia pada ketika itu perlu bersabar melakukan ketaatan seperti mengenggam bara api.”

Ganjaran besar bagi orang bersusah payah dan bersabar untuk melakukan suatu amalan dibayangkan di dalam hadith Nabi Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam diriwayatkan daripada Ma‘qil bin Yasir:
الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ
Maksudnya: “Beribadat dalam kepayahan adalah seperti berhijrah kepadaku.” (Musnad Imam Ahmad).

Tidak sepatutnya seseorang terikut-ikut dengan orang lain untuk melakukan sesuatu, sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam:

لاَ تَكُونُوا إِمَّعَةً ، تَقُولُونَ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا ، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا ، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا ، وَإِنْ أَسَاؤُوا فَلاَ تَظْلِمُوا
Maksudnya: “Janganlah seseorang menjadi imma‘ah (terikut-ikut). Iaitu ia mengatakan: “Jika orang lain baik, kami juga melakukan kebaikan; jika mereka zalim, kami juga melakukan zalim. Tetapi tetapkanlah pada diri kamu, jika orang melakukan kebaikan, kamu juga turut melakukan kebaikan; jika mereka melakukan kejahatan, janganlah kamu zalim.” (Hadith dikemukakan oleh al-Tirmizi. Beliau menilainya Hasan Gharib).

2) Sesetengah orang pula tidak ingin melaksanakannya semata-mata kerana menganggap diri bukan dari golongan yang baik atau mulia. Ia sebenarnya helah syaitan supaya ia bertangguh. Ini kerana tiada manusia yang sempurna dengan kebaikan. Jadi sampai bilakah ia ingin bertangguh dengan alasan demikian?! Amalan buruk seseorang hanya dapat ditampung dengan amalan baik. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
Maksudnya: “Sesungguhnya amal-amal kebajikan (terutama sembahyang) itu menghapuskan kejahatan.” (Hud, 114).

Di dalam sebuah hadith: kata Abu Zar: Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada beliau:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Maksudnya: “Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah di mana sekali kamu berada. Susulilah perbuatan jahat dengan perbuatan baik. Pasti ia dapat menghapuskan kejahatan. Dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik.” (Dikemukakan oleh Imam Ahmad).

3) Antara contoh dakwaan yang sering disebut-sebut ialah: “Tidak perlu pakai tudung, jika tidak sembahyang.” Ini bukanlah bererti orang yang tidak sembahyang, ia tidak mendapat dosa jika tidak memakai tudung. Sebenarnya, tiada kaitan antara dua perkara tersebut. Memakai tudung adalah seperkara dan sembahyang seperkara lain. Seseorang itu sudah berdosa dengan meninggalkan sembahyang. Jadi jika ia menambah kejahatan tidak sembahyang dengan satu lagi kejahatan tidak mahu memakai tudung, maka bertambahlah lagi dosanya.

4) Seseorang yang mendapati dirinya tidak istiqomah (consistent) dengan suatu amalan tidak sepatutnya ia langsung meninggalkan perbuatan itu. Allah Subhanahu wa ta‘ala telah berfirman:
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ
Maksudnya: “Maka hendaklah kamu tetap teguh di atas jalan yang betul lurus (istiqomah), serta pohonlah kepadaNya mengampuni (dosa-dosa kamu yang telah lalu).” (Fussilat, 6).

Ayat ini mengisyaratkan semestinya berlaku kecuaian dalam istiqamah. Tetapi ia ditampung dengan istighfar. Tiada orang yang mampu benar-benar istiqomah tetapi hendaklah melakukan perkara yang betul dan menepati atau hampir dengan tujuan.

Taubat yang dilakukan selepas ia dibatalkan dengan mengulangi dosa adalah sah. Ini kerana taubat yang pertama adalah suatu ketaatan. Ia telahpun dilakukan dan sah. Apabila dilakukan dosa kali kedua, ia perlu memulakan taubat yang lain. Perbuatan mengulangi dosa, lebih buruk daripada memulakannya kerana ia menambah pembatalan taubat dengan perlakuan dosa. Begitupun, mengulangi taubat adalah lebih baik daripada memulakannya. Ini kerana ia menambah kesungguhan mendampingi Allah yang Maha Mulia.

5) Tidak ikhlas dalam suatu amalan bukanlah suatu alasan membolehkan seseorang meninggalkan amalan yang mesti dilakukan. Contohnya seseorang yang wajib sembahyang tidak boleh meninggalkannya kerana merasakan hati tidak ikhlas. Begitulah juga dalam setiap amalan agama. Tidak sepatutnya seseorang tidak mahu menutup aurat semata kerana merasa tidak ikhlas seperti riya atau ujub. Malah ia mestilah tetap melakukannya disamping berusaha mengubah niatnya supaya ikhlas. Kata Fudhail bin `Iyadh: “Meninggalkan amalan kerana manusia adalah riyak dan melakukan amalan kerana manusia adalah syirik.”

Setiap amalan dinilai mengikut niat. Amalan yang dilakukan tanpa dipedulikan sama ada ia adalah perintah atau larangan Allah Subhanahu wa ta‘ala, maka ia terbatal dan tiada ganjarannya. Amalan yang ikhlas ialah yang dilakukan kerana Allah Subhanahu wa ta‘ala semata-mata tanpa mengharapkan yang lain. Tidak bercanggah dengan keikhlasan jika seseorang yang niat asalnya untuk Allah semata-mata, kemudian ia mengharapkan ganjaran dan habuan yang dijanjikan Allah sama ada di dunia dan di akhirat; atau untuk menghindari musibah di dunia dan akhirat. Contohnya, seseorang yang berpuasa dan mengharapkan untuk mengurangkan berat badan, maka jika niat asalnya untuk patuh kepada perintah Allah, puasanya tetap diberikan ganjaran pahala. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:
وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً
Maksudnya: “Dan sentiasa berdoa kepada kami dengan penuh harapan (kepada janji Allah) serta gerun takut (kepada ancaman Allah).” (Al-Anibiya’, 90)

6) Melakukan sesuatu amal ibadat kerana disuruh oleh seseorang tidaklah bererti seseorang itu tidak ikhlas. Ini kerana Allah Subhanahu wa ta‘ala menyuruh supaya taat kepadaNya, kepada Rasul dan juga kepada orang yang menyuruh melakukan kebaikan. Jadi seseorang yang melakukan amal ibadat selepas disuruh oleh seseorang, ertinya ia taat kepada Allah dan Rasul. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللَّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُولِي الأَمْرِ مِنكُمْ
Maksudnya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada “Ulil-Amri” (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu.” (Al-Nisa’: 59)
Seseorang mestilah patuh dan taat dalam melakukan amal dan ibadat meskipun perkara yang tidak disukainya. Ubadah bin Shamit berkata:
بَايَعْنَا رَسُولَ اللهِ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ اْلأَمْرَ أَهْلَهُ وَأَنْ نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالْحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّا لاَ نَخَافُ فِي اللهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ
Maksudnya: “Kami telah membaiah (akad setia) Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam untuk senantiasa mendengar dan mentaatinya, baik dalam keadaan yang kami senangi maupun yang tidak kami senangi dan agar kami tidak akan merebut kekuasaan dari orang yang berhak dan agar kami senantiasa mengerjakan atau mengatakan yang haq di mana saja kami berada tidak takut karena Allah kepada celaan orang-orang yang suka mencela.” (Riwayat Al-Bukhari)

 
Leave a comment

Posted by on June 2, 2012 in Islami

 

Tags: ,

Menongkah Arus Dunia Dengan Kemudi Ukhrowi

Sifat-sifat individu muslim memperlihatkan dan menunjukkan perasaan hormat kepada semua orang-orang Islam. Ia juga mesti mengetahui kelemahan, keburukan, kekurangan diri dan penyakit rohani dan kecenderungan dirinya. Namun syaitan telah menggoda manusia dalam urusan dunia, jiwa dan nafsu sehingga menyebabkan manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak diredhai Allah SWT. Manusia juga terjebak melakukan perbuatan-perbuatan tersebut dengan dorongan dari dalam jiwanya sendiri, umpamanya untuk mencapai satu tujuan kebendaan dan urusan dunia.
Kini manusia menfokuskan perhatian kepada fahaman-fahaman yang aneh dan ungkapan-ungkapan ideologi yang mengkaburkan pemahaman. Mereka mendengarkan pernyataan sejarah yang menganggap manusia hanyalah sebagai modal utama perekonomian di tengah-tengah dunia global. Jika satu saat mereka merasa lemah atau ingin memperoleh keuntungan yang bersifat kebendaan, maka ditempuhlah dengan perbagai cara tanpa mengendahkan hukum syarak, umpamanya dengan cara menindas orang, berhasad-dengki, mengumpat, menghasut dan membuat kerosakan sekalipun.
Faktor yang dapat membendung kemelut seperti ini ialah taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik. Sementara punca penularannya ialah nafsu dan syahwat. Hal ini adalah sebagaimana yang disabdakan nabi s.‘a.w mengenai perkara yang banyak membawa manusia ke syurga dan perkara yang banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka:
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah RA: Nabi s.‘a.w ditanya: Apakah perkara yang paling banyak menyebabkan manusia masuk syurga? Jawab baginda: Taqwa dan akhlak yang baik.” Baginda ditanya lagi: “Apakah perkara yang paling banyak menyebabkan manusia masuk neraka?” Baginda menjawab: “Dua rongga iaitu mulut dan faraj.” (Sunan Ibn Majah).
Tindakan Penyelesaian:
1) Menjadikan seluruh kehidupan sebagai ibadah:
“Wahai anak Adam tumpukanlah untuk beribadat kepadaku, pasti Aku akan penuhkan dadamu dengan kekayaan, aku lenyapkan kefakiran kamu. Jika kamu tidak melakukan demikian pasti aku penuhkan dada kamu dengan kesibukan dan aku tidak lenyapkan kefakiran kamu.” (Riwayat al-Tirmizi dan al-Baihaqi daripada Abu Hurairah).
2) Membataskan keinginan:
“Sesiapa yang meletakkan keinginannya hanya satu (semata-mata untuk akhiratnya), pasti Allah memberikan kecukupan pada keinginan dunianya. Sesiapa yang keinginannya bercabang-cabang (dalam hal ehwal dunia), Allah tidak mempedulikannya di lembah dunia mana sekalipun ia binasa.” (Diriwayatkan daripada Ibn Umar di dalam Syu‘ab al-Iman).
3) Tidak menjadikan dunia sebagai keinginan yang utama:
“Hindarkanlah sepenuhnya dari keinginan terhadap dunia sedaya-upaya kamu. Sesiapa yang keinginan dunianya lebih besar, pasti Allah membebankan tanggungjawabnya dan mendedahkannya kepada kemiskinan. Sesiapa yang keinganan akhiratnya lebih besar, pasti Allah memperkemaskan urusannya dan memberikan kekayaan di hatinya. Tidak seseorang hamba mendampingi Allah dengan hatinya melainkan Allah menjadikan hati orang-orang beriman cenderung kepadanya dengan kemesraan dan kasih-sayang, di samping itu Allah segera memberikan segala kebaikan kepadanya.” (Sabda Rasulullah s.‘a.w diriwayatkan daripada Abu Darda’ di dalam Mu‘jam al-Tabarani)
4) Membersihkan jiwa dengan berserah kepada Allah SWT. Nabi s.‘a.w. berdoa:
“Wahai Tuhanku, berikanlah taqwa kepada jiwaku dan bersihkannya kerana Engkaulah sebaik-baik yang membersihkannya, Engkaulah penguasanya dan Engkaulah penaungnya.” (Diriwayatkan di dalam Musnad Imam Ahmad daripada ‘Aisyah katanya: Aku mendapati Nabi s.‘a.w. tiada di tempat tidurnya. Kemudian ‘Aisyah menyentuh baginda dengan tangannya dan mendapati baginda sednag bersujud sambil berkata: “Doa di atas.”).
5) Meningkatkan kecintaan kepada Allah SWT melebihi segala-galanya. Nabi s.‘a.w. berdoa:
“Wahai Tuhanku, aku pohon daripadaMu kasihMu, dan kasih mereka yang kasihkanMu, dan aku pohon amalan yang boleh menyampaikanku kepada kasihMu. Wahai Tuhanku, jadikan kasihMu lebih dicintaiku daripada diriku, daripada keluargaku dan daripada air yang dingin.” (Diriwayatkan daripada Abu Darda’ di dalam Sunan al-Tirmizi bahawa sabda Rasulullah s.‘a.w: Antara doa Nabi Daud a.s. ialah: “Doa di atas.”)
6) Segala perkara yang disukai dan tidak disukai digunakan untuk kecintaan kepada Allah SWT. Nabi s.‘a.w. berdoa:
Wahai Tuhanku, kurniakan kepadaku kasihMu dan kasih-sayang yang berguna kepadaku kasihnya di sisiMu. Wahai Tuhanku, apa saja rezeki idamanku yang telah Engkau kurniakan kepadaku maka jadikannya tenaga kekuatan bagiku untuk melaksanakan amalan-amalan yang disukaiMu. Wahai Tuhanku, apa saja rezeki idamanku yang Engkau jauhkan dariku maka jadikanlah kekosongan itu untuk aku melaksanakan amalan yang disukaiMu. (Diriwayatkan daripada Abdullah bin Yazid al-Khatmi al-Ansari di dalam Sunan al-Tirmizi bahawa Rasulullah s.‘a.w mengatakan di dalam doanya: “Doa di atas.”).
7) Menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran, memelihara diri sendiri ketika kepincangan berleluasa, dan juga bersabar.
“Hendaklah kamu menyuruh kepada makruf dan menegah kemungkaran sehinggalah kamu melihat orang yang bakhil ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia lebih diutamakan, orang yang pandai merasa takjub dengan pandangannya sendiri. Saat itu hendaklah kamu memelihara dirimu sendiri dan biarkanlah orang lain (berusaha agar tidak terbabit dengan empat perkara yang membinasakan yang disebutkan). Ini kerana selepas kamu akan berlaku zaman di mana orang yang bersabar seperti orang yang menggenggam bara. Bagi orang yang beramal di kalangan mereka akan mendapat pahala lima puluh orang dan mereka beramal sebagaimana amalan kamu.” (Sabda Rasulullah s.‘a.w. di dalam Sunan al-Tirmizi).
Menghindari daripada fitnah (perselisihan dan perpecahan):
“Kelak akan berlaku fitnah, orang yang duduk pada waktu itu lebih baik daripada orang orang berdiri, orang berdiri lebih baik daripada orang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada orang berlari-lari. Sesiapa yang mencari-carinya ia akan terjerat dan sesiapa yang mendapat tempat berlindung atau berteduh, hendaklah ia berlindung dengannya.” (Sabda Rasulullah s.‘a.w. diriwayatkan daripada Abu Hurairah di dalam Sahih al-Bukhari).
Posted by jailurrashied at 5:13 PM
0 comments:
Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 2 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Friday, February 27, 2009
10 Profil Peribadi Muslim
10 Profil Peribadi Muslim
Firman Allah SWT yang bermaksud: “Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman).” (Ali ‘Imran: 10).
Umat Islam hari ini perlu mengembalikan ciri-ciri sebagai umat terbaik. Namun ia tidak akan tercapai melainkan setiap individu umat memiliki ciri-ciri yang terbaik. Oleh itu, mereka mestilah memiliki peribadi muslim yang dituntut oleh Al-Quran dan sunnah. Ia merupakan peribadi yang soleh, sikap, ucapan dan tindakannya terpancar nilai-nilai yang datang dari Allah SWT.
Peribadi muslim bukanlah tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ibadat khusus, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus ada pada peribadi seorang muslim. Oleh karena itu piawai peribadi muslim yang berdasarkan Al-Quran dan sunnah merupakan sesuatu yang wajib dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan peribadi muslim.
Sekurang-kurangnya terdapat sepuluh profil atau ciri khas yang mesti ada pada peribadi seseorang muslim. Ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Hasan Al-Banna:
§ kekuatan jasmani,
§ akhlak yang mantap,
§ fikiran berteraskan ilmu pengetahuan,
§ mampu berdikari,
§ aqidah yang sejahtera,
§ ibadah yang betul,
§ berjuang melawan nafsu,
§ menjaga masa,
§ mengatur urusan diri,
§ berguna untuk orang lain.
1) Aqidah yang sejahtera.
Aqidah muslim yang sejahtera adalah berpaksikan firman Allah SWT (yang bermaksud): “Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Mereka berkata): “Kami tidak membezakan antara seorang dengan yang lain Rasul-rasulnya”. Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali.” (Al-Baqarah: 285).
Juga mempraktikkan jawapan Rasulullah SAW kepada Jibril ketika baginda ditanya: “Apakah iman?” Baginda menjawab: “Beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab yang diturunkan Allah, rasul-rasulNya, hari akhirat, dan ketetapan (takdir Allah) yang baik dan buruk.” (Riwayat Muslim).
Perlaksanaan perkara ini ditonjolkan dalam kelakuan dan perbuatan serta pendirian mengesakan Allah dalam setiap keadaan. Sabda Rasulullah SAW: “Peliharalah Allah, nescaya Dia memelihara kamu. Apabilan kamu meminta mintalah daripada Allah. Ketahuilah perkara yang terlepas daripada kamu bukanlah ditetapkan untuk menimpa kamu, dan perkara yang menimpa kamu bukanlah ditetapkan ia terlepas daripada kamu.” (Riwayat Muslim).
2) Ibadah yang betul.
Ibadah yang betul adalah berpaksikan firman Allah SWT (yang bermaksud): “Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu. (Al-Zariyat: 56). Ibadat hendaklah meliputi segenap perkara yang baik dan berkebajikan selagi mana terdapat niat yang ikhlas, benar dan jitu, semata-mata mengharapkan keredhaan Allah SWT: “Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.” (Al-An‘am, 162).
Justeru ibadah merangkumi dua tonggak asas:
a) Amal ibadat yang bertepatan dengan syariat Allah.
b) Niat yang ikhlas ditujukan kepaa Allah.
Berlandaskan dua perkara ini, setiap individu muslim melaraskan setiap perbuatan yang dilakukan sebagai ibadat yang tulus kepada Allah. Ia menjadikan adat dalam kehidupan sebagai ibadat berdasarkan ganjaran di sisi Allah SWT.
3) Akhlak yang mantap.
Akhlak yang mantap adalah berpaksikan sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (Riwayat Imam Ahmad). Ini kerana akhlak adalah hasil daripada aqidah yang sejahtera, ibadat yang betul dan berjuang melawan nafsu secara berterusan. Sabda Rasulullah SAW: “Takutilah Allah di mana sahaja anda berada. Ikutilah kejahatan dengan kebaikan untuk menghapuskannya, dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik. (Riwayat al-Tirmizi).
Seorang muslim hendaklah bersungguh-sungguh menjaga kemurniaan akhlak yang melambangkan kebajikan, keimanan dan kebaikan dirinya. Ganjaran daripada penampilan tersebut boleh menghampirkan diri seseorang kepada Allah SWT dan mendampingi Rasulullah SAW di syurga. Imam Ahmad dan Ibn Hibban mengemukan riwayat daripada Ibn Umar bahawa sabda Rasulullah SAW: “Adakah kamu mahu aku beritahu tentang orang yang paling aku cintai dan paling dekat dengan pada hari qiamat?” Para Sahabat menjawab: “Ya, wahai Rasulullah.” Sabda Rasulullah: “Orang yang paling baik akhlaknya…” Juga sabda baginda: “Seseorang kamu yang berakhlak mulia dapat mencapai sesuatu yang tidak dicapai oleh orang yang berpuasa dan bersembahyang.”
Justeru akhlak adalah seruan yang terbaik kepada I slam. Prinsip Islam juga tersebar dan menjadi pasak yang kukuh di dalam masyarakat. Begitulah agama Islam tersebar melalui interaksi yang baik.
4) Fikiran berteraskan ilmu pengetahuan.
Fikiran berteraskan ilmu pengetahuan adalah berpaksikan firman Allah SWT yang bermaksud: “Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (sekalian makhluk), Ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku; bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan. Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq: 1-5).
Juga firman Allah SWT yang bermaksud: “(Tuhan) Yang Maha Pemurah serta melimpah-limpah rahmatNya. Dialah yang telah mengajarkan Al-Quran. Dialah yang telah menciptakan manusia; Dialah yang telah membolehkan manusia (bertutur) memberi dan menerima kenyataan.” (Al-Rahman: 1-5).
Sabda Rasulullah SAW: “Sesiapa yang merentas jalan untuk menuntut ilmu, pasti Allah memudahkan laluannya untuk ke syurga.” (Riwayat dikemukakan oleh Muslim).
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktiviti berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Dapat kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Oleh karena itu Allah mempersoalkan kepada kita tentang tingkatan intelektual seseorang sebagaimana firmanNya yang bermaksud: “Katakanlah lagi (kepadanya): “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna.” (Al-Zumar :9).
5) Kekuatan jasmani.
Memiliki Kekuatan jasmani adalah berpaksikan sabda Rasulullah SAW: “’Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mumin yang lemah.” (Riwayat Muslim). Kekuatan jasmani bererti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fizikalnya yang kuat. Sembahyang, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fizikal yang shat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesihatan jasmani mestilah mendapat perhatian seorang muslim. Pencegahan dari penyakit adalah lebih utama daripada pengubatan. Sakit tetap terjadi tetapi janganlah seseorang mendedahkan diri kepada penyakit.
6) Mampu berdikari.
Menjadi orang yang mampu berdikari berpaksikan firman Allah SWT yang bermaksud: “Dialah yang menjadikan bumi bagi kamu: mudah digunakan, maka berjalanlah di merata-rata ceruk rantaunya, serta makanlah dari rezeki yang dikurniakan Allah; dan (ingatlah), kepada Allah jualah (tempat kembali kamu sesudah) dibangkitkan hidup semula; (maka hargailah nikmatNya dan takutilah kemurkaanNya).” (Al-Mulk: 15). Sabda Rasulullah SAW: “Sesiapa yang menikmati waktu petang dengan mendapat hasil usaha sendiri, pasti ia menikmati waktu petang itu dengan mendapat keampunan.” (Riwayat Al-Tabarani).
Memiliki kemampuan usaha sendiri merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya dapat dilaksanakan bilamana seseorang memiliki kekuasaan, terutama dari segi ekonomi.
Janganlah seseorang mengorbankan prinsip karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Seseorang muslim wajar memiliki kekayaan untuk menunaikan haji dan umrah, zakat, infaq, sedekah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Quran dan hadis. Ia juga adalah suatu keutamaan.
Dalam kaitan menciptakan kekuasaan inilah seorang muslim amat dituntut memiliki melayakan dalam apa juga bidang yang baik. Ini supaya ia dapat meraih rezeki daripada Allah SWT. Ini kerana rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan digunakan. Untuk itu kebolehan dan kemahiran adalah diperlukan.
7) Mengatur urusan diri.
Mengatur urusan diri berpaksikan hadis Rasulullah SAW: “Baginda ditanya: Apakah amalan yang paling afdhal? Jawab Baginda: “Sembahyang pada waktunya, berbakti kepada ibubapa dan kemudian jihad jalan Allah.” (Riwayat al-Bukhari). Nabi SAW mengajar para Sahabat tentang feqh keutamaan supaya mereka dapat mengatur urusan hidup agama dan dunia mengikut tuntutan dalam kehidupan:
a) Kemestian (dhoruriyat): Tiada kehidupan tanpanya.
b) Kesempurnaan (kamaliyat): Perkara yang menyempurnakan kebaikan dalam hidup.
c) Penambahan (tahsiniyat): Perkara yang menambah kebaikan dan kenikmatan di dalam hidup.
Perkara kemestian patutlah diutamakan terlebih dahulu sebelum perkara kesempurnaan dan penambahan. Perkara wajib mestilah diutamakan daripada perkara sunat. Menutup jalan keburukan diutamakan daripada membuka jalan kebaikan.
Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional dalam segenap segi. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya penerusan dan berilmu pengetahuan merupakan antara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugas.
Menjaga masa.
Penjagaan masa adalah berpaksikan firman Allah SWT yang bermaksud: “Dan bagi tiap-tiap umat ada tempoh (yang telah ditetapkan); maka apabila datang tempohnya, tidak dapat mereka dikemudiankan walau sesaatpun, dan tidak dapat pula mereka didahulukan.” (Al-‘Araf: 34).
Waktu adalah kehidupan. Jika ia telah berlalu, ia tidak akan kembali. Setiap detik waktu mestilah digunakan untuk kebaikan dunia dan akhirat sejajar dengan firman Allah SWT yang bermaksud: “Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia; dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian nikmatNya yang melimpah-limpah); dan janganlah engkau melakukan kerosakan di muka bumi; sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerosakan.” (Al-Qasas: 77).
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk mengurus waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tanpa dipersia-siakan. Justeru antara perkara yang ditegaskan oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, rehat sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
9) Berjuang melawan nafsu.
Berjuang melawan nafsu melawan nafsu berpaksikan firman Allah SWT yang bermaksud: “Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya); serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada bertaqwa. Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya – yang sedia bersih – bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan). Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya – yang sedia bersih – itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat). (Al-Syams: 7-10).
Setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk memerlukan kesungguhan. Tujuan seseorang muslim berjuang melawan nafsu adalah untuk menewaskan:
a) Was-was syaitan.
b) Tipu-daya dunia.
c) Gelojak syahwat.
d) Buruan hawa nafsu.
Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia mestilah ditundukkan kepada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam).” (Riwayat al-Hakim).
10) Berguna untuk orang lain.
Menjadi seorang berguna untuk orang lain berpaksikan kepada sabda Rasulullah SAW: “Manusia yang paling disukai Allah SWT ialah orang yang berpaling bermanfaat kepada orang lain. Amalan yang paling disukai Allah SWT ialah memberikan kegembiraan kepada seorang muslim, melepaskan kesusahannya, melangsaikan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Jika aku berjalan untuk menunaikan hajat saudaraku, lebih aku sukai daripada beriktikaf di masjid ini (masjid Madinah) selama sebulan. Sesiapa yang menghalang kemarahannya, Allah akan menutup keburukannya. Sesiapa yang menahan (menyembunyikan) rasa marah, dalam keadaan ia boleh melepaskannya, pasti Allah memenuhkan hatinya dengan keredhaan pada hari Qiamat. Sesiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk menunaikan suatu hajat sehinggalah ia dapat tunaikan untuk saudaranya, pasti Allah menetapkan kakinya pada hari kaki-kaki tergelincir (hari Qiamat).” (Riwayat al-Tabarani).
Tentulah yang dimaksudkan ialah manfaat yang baik sehingga di manapun seseorang berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya disebabkan kehadirannya membawa faedah besar. Janganlah kehadiran seseorang muslim di suatu tempat tidak membawa apa-apa erti. Setiap muslim itu mestilah selalu berfikir, mempersiapkan dirinya seupaya yang mungkin. Ini supaya ia dapat memberikan manfaat dalam hal-hal tertentu. Janganlah seorang muslim itu tidak dapat mengambil peranan yang baik dalam masyarakatnya.
Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Quran dan hadis, sesuatu yang perlu kita renungkan pada diri masing-masing.
Posted by Hasan Nazam at 12:42 AM
0 comments:
Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 3 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Saturday, November 8, 2008
Duhai Wanita
DUHAI WANITA..!!!
1) HUBUNGAN HARMONI DENGAN WANITA
– Tanggungjawab yang perlu ditunaikan untuk mereka adalah setimpal dengan tanggungjawab yang wajib mereka tunaikan; firman Allah SWT:
“Dan isteri-isteri itu mempunyai hak yang sama seperti kewajipan yang ditanggung oleh mereka (terhadap suami) dengan cara yang sepatutnya (dan tidak dilarang oleh syarak)”
(al-Baqarah, 2: 228).
– Wanita sebagai pendamping yang memberikan ketenteraman dan kasih-mesra; firman Allah SWT:
“Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan rahmatNya, bahawa Ia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikanNya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan.” (al-Rum, 30: 21)
– Interaksi yang baik dengan dorongan keyakinan kepada Allah SWT; firman Allah SWT:
“Dan bergaullah kamu dengan mereka (isteri-isteri kamu itu) dengan cara yang baik. Kemudian jika kamu (merasai) benci kepada mereka, boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedang Allah hendak menjadikan pada apa yang kamu benci itu kebaikan yang banyak (untuk kamu).” (al-Nisa’, 4: 19)
– Wanita dan lelaki adalah sebagai pakaian untuk sesama mereka; firman Allah SWT:
“Isteri-isteri kamu itu adalah sebagai pakaian bagi kamu dan kamu pula sebagai pakaian bagi mereka..” (al-Baqarah, 2: 187)
– Kelazatan dunia yang terbaik adalah wanita yang baik; sabda Rasulullah s.‘a.w:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia adalah suatu kenikmatan, sebaik-baik kenikmatan dunia ialah wanita yang solehah..” (Riwayat Abdullah bin ‘Amr. Sahih Muslim)
2) BERLAPANG DADA TERHADAP WANITA
– Menerima jantina sebagai anugerah Allah SWT, firman Allah SWT:
“Bagi Allah jualah hak milik segala yang ada di langit dan di bumi; Ia menciptakan apa yang dikehendakiNya; Ia mengurniakan anak-anak perempuan kepada sesiapa yang dikehendakiNya, dan mengurniakan anak-anak lelaki kepada sesiapa yang dikehendakiNya.” (al-Syura, 42: 49)
– Tidak perlu bermasam muka untuk menunjukkan rasa tidak puas hati. Allah SWT berfirman:
“Dan apabila dikhabarkan kepada seseorang dari mereka bahawa ia beroleh anak perempuan, muramlah mukanya sepanjang hari (kerana menanggung dukacita), sedang ia menahan perasaan marahnya dalam hati.” (al-Nahl, 16: 58)
– Tidak semestinya boleh mendapat kepuasaan sepenuhnya daripada seseorang. Sabda Rasulullah s.‘a.w:
لاَ يَفْرَكُ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah, jika ia tidak menyukai sebahagian perangainya, terdapat orang lain yang menyenanginya.” (Diriwayatkan daripada Abu Hurairah. Sahih Muslim, Musnad Imam Ahmad)
3) GODAAN WANITA!!!
– Keinginan dan kecenderungan terhadap wanita adalah suatu perhiasan. Firman Allah SWT:
“Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan…” (Ali Imran, 3: 14)
– Godaan wanita amat dahsyat. Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya tipu daya kamu amatlah besar pengaruhnya.” (Yusuf, 12: 28)
– Godaan wanita boleh mengundang padah. Sabda Rasulullah s.‘a.w:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidak aku tinggalkan selepasku suatu fitnah yang lebih membahayakan lelaki daripada wanita.” (Diriwayatkan daripada Usamah bin Zaid r.‘a. Sahih al-Bukhari)
– Godaan wanita amat membahayakan sabda Rasulullah s.‘a.w:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ،
وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ،
فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ،
فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
“Dunia adalah manis dan menghijau. Sesungguhnya Allah memberikan tugas kepada kamu di sana kemudian Dia melihat bagaimna kamu beramal. Takutilah dunia dan takutilah wanita. Sesungguhnya fitnah yang pertama berlaku pada Israil adalah pada wanita.” (Diriwayatkan daripada Abu Sa‘id al-Khudri. Sahih Muslim, Musnad Imam Ahmad)
– Doa menghadapi godaan wanita:
“Dan jika Engkau tidak menjauhkan daripadaku tipu daya mereka, mungkin aku akan cenderung kepada mereka, dan aku menjadi dari orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya.” (Yusuf, 12: 28)
Muslimah Teladan – 1
Nusaibah menyaksikan hari peperangan Yamamah iaitu serangan ke atas golongan murtad yang merupakan detik yang sangat getir yang pernah ditempuhinya. Dia juga telah melibatkan diri secara langsung di dalam peperangan tersebut. Dia juga telah bersama dengan anaknya ‘Abdullah untuk membunuh Musailamah yang akhirnya menyebabkan tangannya terpotong di samping terdapatnya dua belas kesan luka.
Muslimah Teladan – 2
Di bawah bahang panas terik matahari mereka telah diseksa di Makkah. Apabila Rasulullah s.a.w. terlihat kejadian itu Baginda bersabda: “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya tempat yang dijanjikan untuk kamu adalah di syurga.” Akhirnya Sumayyah dibunuh dan tiada apa yang ia inginkan melainkan Islam manakala pembunuhnya ialah Abu Jahal yang telah menikam kemaluannya. Sumayyah antara tujuh orang pertama yang mengisytiharkan Islam di Makkah. Sumayyah ketika itu seorang tua yang tidak memiliki sebarang kekuatan. Abu Jahal yang langsung tiada perasaan kasihan belas sanggup membunuhnya meskipun dia seorang tua.
Muslimah Teladan – 3
Di dalam sirah Al-Halabiyyah 149/2: Sesungguhnya Ummu Kalsum binti ‘Uqbah bin Abi Mu’idh telah memeluk Islam di Makkah. Dia telah berbaiah sebelum Rasulullah s.a.w. berhijrah. Dialah antara wanita pertama berhijrah selepas hijrah dan beliau meninggalkan Makkah seorang diri, ditemani oleh seorang lelaki dari Bani Khuza’ah sehinggalah sampai ke Madinah. Di dalam kitab Al-Isti’ab Fi Ma’rifati Al-Ashab karangan Ibn ‘Abdul Bar dinyatakan: “Sesungguhnya Ummu Kalsum berjalan kaki dari Mekah ke Madinah. Apabila Rasulullah s.a.w. mengetahui kedatangannya, lalu Baginda menyambutnya.”
Posted by Hasan Nazam at 9:55 AM
0 comments:
Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 4 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Saturday, November 8, 2008
Tips Menghadapi Gelojak Nafsu
INSAN TELADAN
Wahai para pemuda! Saya kemukakan dua contoh yang besar mengenai kesucian dan budi pekerti luhur, agar dapat diikuti dan diteladani:
i) Nabi Yusof ‘Alaihissalam adalah seorang pemuda yang masih remaja, tampan dan kacak. Seorang wanita jelita yang berpangkat telah menggodanya di dalam sebuah bilik yang tertutup. Dengan kata lain, jalan-jalan untuk melakukan perkara yang terkeji itu telah terbuka seluas-luasnya, seperti mana yang dihikayatkan oleh al-Quran:
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتْ الأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ
Maksudnya:
“Dan perempuan yang Yusuf tinggal di rumahnya, bersungguh-sungguh memujuk Yusuf berkehendakkan dirinya; dan perempuan itupun menutup pintu-pintu serta berkata: “Marilah ke mari, aku bersedia untukmu.”
Apakah pendirian Islam terhadap godaan seperti ini. Ia adalah fitnah yang mengabui pandangan?
Adakah jiwa Nabi Yusof ‘Alaihissalam menjadi lemah lalu berserah dan mengkhianati kehormatan yang diamanahkan kepadanya? Tidak sekali-kali, sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta‘ala telah berfirman:
قَالَ: مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Maksudnya:
“Yusuf menjawab: “Aku berlindung kepada Allah (dari perbuatan yang keji itu); sesungguhnya Tuhanku telah memeliharaku dengan sebaik-baiknya; sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan berjaya.”
Isteri pembesar itu telah cuba membuat tipu-daya dan perancangan jahat. Ia menggunakan segala apa yang ada padanya sama ada dengan cara menggoda atau mengancam untuk melembutkan kekerasan Nabi Yusof ‘Alaihissalam dan menurunkannya dari tahta kemulian. Akhirnya wanita itu mengisytiharkan kepada suatu kumpulan wanita dengan perasaan sempit dada dan amat marah:
وَلَقَدْ رَاوَدتُّهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
Maksudnya:
“Sebenarnya aku telah memujuknya berkehendakkan dirinya tetapi ia menolak dan berpegang teguh kepada kesuciannya; dan demi sesungguhnya kalau ia tidak mahu melakukan apa yang aku suruh tentulah ia akan dipenjarakan, dan akan menjadi dari orang-orang yang hina.”
Akan tetapi, pemuda yang bernama Nabi Yusof ‘Alaihissalam menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa ta‘ala secara total dengan memohon pertolongan dan perlindungan daripada Allah Subhanahu wa ta‘ala:
رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلاَّ تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنْ الْجَاهِلِينَ
Maksudnya:
“Wahai Tuhanku! Aku lebih suka kepada penjara dari apa yang perempuan-perempuan itu ajak aku kepadanya. Dan jika Engkau tidak menjauhkan daripadaku tipu daya mereka, mungkin aku akan cenderung kepada mereka, dan aku menjadi dari orang-orang yang tidak mengamalkan ilmunya.”
Itulah fitnah di antara hati seorang mukmin yang takutkan Allah dengan godaan dosa. Maka gagallah godaan dan menanglah keimanan.
ii) Seorang wanita pada zaman pemerintahan ‘Umar Ibn al-Khattab Radiallahu‘anhu, suaminya telah lama keluar pergi berjihad. Hati wanita itu amat merinduinya kerana tinggal bersendirian. Pelbagai bisikan mengancamnya. Darah kewanitaannya telah mulai memberontak. Keinginan nalurinya semakin memuncak. Tiada apa yang dapat menghalangnya dari melakukan perkara yang haram itu melainkan dinding keimanannya dan kesedaran pengawasan diri terhadap Allah. Pada suatu malam gelap gelita Saidina ‘Umar telah mendengar wanita itu bermadah:
لقد طال هذا الليل واسود جانبه
وأرقني ألا حبيب ألاعبه
فوالله لو لا الله تخشى عواقبه
لحرك من هذا السرير جوانبه
Maksudnya:
“Malam ini telah berpanjangan dan segenap penjurunya sangat gelap; namun amat menyedihkan aku kerana tiada kekasih yang dapatku bermanja dengannya.”
“Demi Allah, kalaulah tidak kerana takutkan balasan daripada Allah nescaya penjuru-penjuru katil ini akan bergoncang.”
Pada hari yang berikutnya, ‘Umar Radiallahu‘anhu menemui anak perempuannya Hafsah Ummul Mukminin seraya bertanya: “Berapa lamakah seorang isteri sanggup bersabar jika suaminya tiada di sisinya?” Beliau berkata: “Empat bulan”
Khalifah ‘Umar pun mengutuskan wakilnya kepada pemimpin-pemimpin tentera yang sedang berada di medan perang. Beliau menyuruh mereka agar tidak menghalang seorang tentera pun daripada berusua keluarganya lebih dari empat bulan.
Itulah fitnah di antara rasa ketakutan wanita mukminah kepada Allah dengan ransangan yang menarik kepada dosa dan maksiat. Akhirnya, ransangan itu tewas dan menanglah iman.
EMPAT PERKARA PILIHAN
Saya bawakan di sini kata-kata yang menarik oleh penulis agung Ustaz ‘Ali al-Tantawi. Ianya menggambarkan satu corak kesedaran Islam semasa kepada para pemuda. Suatu contoh yang unggul kepada orang yang mempunyai kefahaman yang mendalam dan ia adalah penawar yang menenangkan kerana terkandung di dalamnya kebenaran yang berhikmah dan pengajaran yang baik.
Beliau mengatakan di dalam risalahnya yang bertajuk: “Wahai Anakku”:-
Kenapa kamu menulis kepadaku secara tidak tegas dan malu-malu?
Adakah kamu menyangka kamu sahaja yang merasa kepanasan syahwat, dan tiada orang lain lagi yang meresa sedemikian?!
Tidak, wahai anakku, bertenanglah! Perkara yang engkau adukan bukanlah dialami oleh engkau sahaja, tetapi ia adalah penyakit yang menimpa semua orang muda. Sekiranya aku berpeluang menjampi untuk menghilangkan apa yang dialami oleh engkau, sedang engkau berusia tujuh belas tahun, sudah pasti telah lama aku menjampi mereka yang selain daripada engkau, sama ada mereka yang masih kecil atau telah besar. Malangnya, telah berlarutan gejala hilangnya dari mata mereka kelazatan rasa mengantuk, pelajar melarikan diri daripada pembelajaran, pekerja melarikan diri daripada pekerjaannya, dan peniaga melarikan diri daripada perniagaannya.
Apakah yang harus dilakukan oleh golongan muda dalam jangka usia seperti ini. Iaitulah usia membaranya api syahwat sehingga menggegarkan seluruh badan, yang membuatkan seseorang itu sentiasa resah dan gelisah.
Apakah yang mesti ia lakukan? Inilah masalahnya.
Sunnatullah dan tabiat diri mengatakan kepadanya: “Berkahwinlah.”
Manakala situasi masyarakat dan cara-cara pendidikan mengatakan: “Pilihlah salah satu daripada tiga perkara, semuanya adalah buruk. Awasilah yang keempat, janganlah kamu berfikir tentangnya; sedangkan ia adalah baik, iaitulah perkahwinan.”
i) Sama ada jiwa engkau melayani sangkaan-sangkaan yang tercetus dari naluri dan impian syahwat. Engkau memikirkannya berpanjangan, engkau menyuburkannya dengan cerita-cerita atau filem-filem lucah dan gambar-gambar pelacur. Semua itu menguasai diri, pendengaran dan penglihatan engkau. Ke mana sahaja engkau menjatuhkan pandangan, tiada lain yang engkau ternampak melainkan gambar-gambar yang menggoda dan menipu-daya. Ianya kelihatan di dalam buku ketika mana engkau membukanya. Ianya kelihatan di permukaan bulan ketika engkau memandangnya. Ianya kelihatan di ufuk merah, di kegelapan malam, di dalam mimpi sedar dan mimpi ketika tidur…
أريد لأنسى ذكرها فكأنما
تمثل لي بكل سبيل
Maksudnya:
“Aku ingin melupakannya dari ingatanku, tetapi ia menjelma kepadaku dengan pelbagai cara.”
Hal ini tidak berkesudahan sehinggalah ke peringkat berahi, gila seks dan mengidap penyakit jiwa.
ii) Ataupun kamu melakukan apa yang disebut sebagai ‘kebiasaan yang rahsia’ iaitulah melancap. Para ulama feqah dan penyair telah memperkatakan tentang perkara ini. Meskipun kesan buruknya paling ringan daripada tiga bahaya yang disebut di sini, jika seseorang itu melakukannya secara berlebih-lebihan ia akan merunsingkan diri, menyakitkan badan sehingga pemuda itu kelihatan seperti seorang yang sudah terlalu tua dan tersangat sedih, dan manusia akan melarikan diri daripadanya. Ia juga merasa takut untuk bertemu dengan orang, takut untuk hidup dan melarikan diri daripada cabaran hidup. Orang yang sebegini dianggap telah mati walaupun ia masih hidup.
iii) Ataupun kamu mendambakan diri di lembah kelazatan yang haram. Menyusuri jalan kesesatan. Bermalam di rumah pelacur. Merosakkan kesihatan, usia muda, masa hadapan dan agama dengan kelazatan yang palsu dan sementara. Dari itu, sijil yang ingin diperolehi gagal dicapai, tugas yang dicita-citakan gagal dilaksanakan, ilmu di dada pula tidak dapat ditambah. Tiada lagi faedah dari kekuatan dan usia muda yang ada untuk dijadikan bekal melaksanakan kerja sebagai manusia merdeka.
Dalam hal ini, janganlah kamu merasa telah puas. Tidak sekali-kali. Setiap kali kamu mendapat sesuatu yang kamu inginkan, kamu tamakkan suatu yang lain pula. Seperti orang yang minum air yang masin, ianya akan terus menambah dahaga. Sekiranya engkau telah berpuas dengan seribu wanita, kemudian kamu cintakan seorang lagi wanita lain, sedangkan ia ingin menjauhkan diri daripada engkau, nescaya engkaukan akan terus mengidamkannya dan merasa keperitan dengan kehilangannya, seperti apa yang dirasai oleh orang yang tidak pernah bertemu dengan wanita, walaupun sekali.
Seandainya engkau mendapat semua yang diidam-idamkan, engkau juga berkeupayaan dan mempunyai harta yang cukup, adakah jasad engkau terdaya melayani semuanya? Adakah kesihatan engkau berupaya menanggung segala tuntutan syahwat?
Pada saat itu, segala kekuatan jasad akan tersungkur. Berapa ramai mereka yang kuat perkasa dan telah menjadi jaguh dalam tinju, gusti, lontar jauh, lumba lari dan lain-lain; tewas setelah tunduk kepada syahwat dan terheret dengan ajakan naluri sehinggalah tiada lagi apa-apa kekuatan pada mereka.
Sesungguhnya di antara keajaiban hikmah Allah Subhanahu wa ta‘ala, setiap kebaikan diiringi dengan kebaikan dan kecergasan. Dan setiap kejahatan diiringi dengan kemunduran dan penyakit. Kemungkinan seorang yang tidak menjaga kesucian diri apabila menjangkau usia tiga puluh tahun, ia kelihatan seperti telah berusia enam puluh tahun. Manakala orang yang menjaga kesucian dirinya apabila menjangkau usia enam puluh tahun ia kelihatan seperti pemuda yang berumur tiga puluh tahun.
Antara pepatah orang Barat yang pernah kita dengar, sememangnya ia hak dan benar: “Sesiapa yang memelihara mudanya, maka tuanya akan memeliharanya.” Pepatah ini mengingatkan saya kepada apa yang telah diriwayatkan daripada salah seorang salafussoleh: “Kami telah memelihara anggota-angota ini pada waktu muda, maka Allah memeliharanya pada waktu tua.”
Saya merasakan seolah-olah anda berkata: “Ini adalah penyakit, apakah pula ubatnya?”
Ubatnya, ialah perlunya anda kembali kepada sunnatullah dan tabiat khusus pada sesuatu. Allah Subhanahu wa ta‘ala tidak mengharamkan sesuatu melainkan digantikan dengan suatu yang lain. Allah Subhanahu wa ta‘ala mengharamkan riba dan menghalalkan jual-beli. Allah mengharamkan zina dan menghalalkan perkahwinan. Maka, penawar yang sebenar ialah berkahwin.
Sekiranya, tidak mampu berkahwin, awasilah diri dengan menjaga kehormatan. Saya tidak ingin mengikat topik ini dengan istilah-istilah ilmu jiwa.
PERUMPAMAAN DIKEMUKAKAN OLEH SYEIKH ALI TANTAWI
Lihatlah cerek teh yang dipanaskan di atas api?!
Jika engkau menutup cerek itu dengan rapat lalu meletakkannya di atas api, nescaya wap panas yang terperangkap akan meledak. Sekiranya engkau menebuk lubang pada cerek itu, nescaya air akan meleleh keluar, akhirnya cerek akan terbakar. Apabila engkau sambungkan cerek itu dengan tangkai pemegang, ianya boleh dikawal dengan lebih elok dan selesa.
Keadaan pertama adalah perumpamaan orang yang menyembunyikan syahwat di dalam dirinya. Ia juga sentiasa berfikir dan termenung mengingatkannya.
Keadaan kedua adalah perumpamaan orang yang mengikut jalan yang sesat dan memuaskan dirinya dengan kelazatan yang haram.
Keadaan ketiga adalah perumpamaan orang yang menjaga kehormatan diri. Orang yang menjaga kehormatan diri ialah orang yang menghargai tenaga rohani, akal, hati dan jasadnya. Ia menggunakan segala kekuatan yang tersimpan sepenuhnya. Ia mengeluarkan tenaga yang ada untuk menuju kepada Allah, memperbanyakkan ibadat, membiasakan diri dengan pekerjaan dan menumpukan perhatian membuat kajian. Ia juga menggunakan tenaga jasadnya untuk aktif dalam melakukan latihan kesukanan dan juga latihan pendidikan agama.
Seseorang insan itu – wahai anakku – menyintai dirinya sendiri. Ia tidak mendahulukan orang lain daripada dirinya. Apabila ia berdiri di hadapan cermin dan melihat kebulatan dua belah bahunya, ketegapan dadanya, dan kekuatan dua tangannya; ia merasakan kekuatan tubuh-badannya yang setanding ahli sukan lebih ia sukai dari setiap jasad wanita. Ia tidak ingin mempersia-siakannya dengan menghilangkan kekuataan dan melemahkan otot-otot sehingga tinggal kulit dan tulang sahaja; demi kerana pemudi yang bermata hitam atau bermata biru.
Inilah ubatnya: Perkahwinan adalah penawar yang sempurna. Jika ia tidak mampu berkahwin, maka menjaga kehormatan diri adalah penawar sementara. Tetapi ia adalah penawar yang kuat, bermanfaat dan tidak memudharatkan.
Manakala apa yang diperkatakan oleh mereka yang lalai dan ahli perosak: Penawar penyakit masyarakat adalah membiasakan pergaulan bebas dua jenis jantina sehinggalah hilang ketajaman syahwat. Mereka mencadangkan supaya dibuka kelab-kelab awam agar tiada lagi rumah-rumah pelacur yang tersembunyi. Ini adalah ‘cakap kosong’. Kaum kuffar seluruhnya telah mencuba pergaulan bebas, tetapi tiada apa yan bertambah selain syahwat dan fasad. Sekiranya kita membenarkan kelab-kelab awam dibuka, ia perlu diperluaskan untuk semua golongan muda. Jika begitu, di bandar Kaherah sahaja perlu wujud sepuluh ribu pelacur. Kerana di Kaherah terdapat seratus ribu orang muda sekurang-kurangnya.
Sekiranya kita mengharuskannya kepada pemuda maka mereka tidak perlu lagi berkahwin. Apakah pula yang perlu dilakukan kepada pemudi? Adakah perlu kita membuka kelab-kelab awam yang terdapat di dalamnya pelacur-pelacur lelaki untuk mereka?
Demi Allah, itulah ‘cakap kosong’, wahai anakku!
Apa yang mereka luahkan itu bukanlah lahir dari akal tetapi dari bisikan hati. Mereka tidak ingin membaik-pulih akhlak, membangunkan kaum wanita, mengembangkan tamadun, membangkitkan semangat kesukanan dan membentuk kehidupan yang sempurna. Itu hanyalah ucapan yang diluahkan. Setiap hari direka lafaz yang baru. Ia menjadi momokan manusia hasil daripada propaganda yang mereka lakukan. Apa yang mereka mahukan hanyalah mengeluarkan anak-anak perempuan dan saudara-saudara perempuan kita agar jasad mereka yang zahir dan yang tersembunyi menjadi hidangan mata para pemuda. Seterusnya, mereka merasai keenakan yang halal dan haram. Para pemuda menemani para pemudi secara bersendirian ketika bermusafir. Mereka juga menginginkan kaum lelaki menghadiri majlis tari menari bersama kaum wanita di dalam pelbagai majlis. Sebahagian ibu bapa terpedaya dengan dakyah seperti ini, lalu menggadai maruah mereka agar dikenali sebagai orang yang bertamadun.
Oleh itu, kamu hendaklah berkahwin, wahai anakku. Sekiranya engkau masih lagi belajar dan tidak mempunyai kemampuan untuk berkahwin, maka berpegang-teguhlah kepada Allah dengan mentakutiNya, ‘menenggelamkan’ diri dengan ibadat, belajar, kesenian dan sukan. Ia adalah penawar yang terbaik.
Wahai pemuda dan pemudi!!
Inilah satu-satunya jalan penyelesaian bagi masalah seksual yang kamu hadapi. Berwaspadalah kamu dengan dakyah-dakyah yang dibuat oleh golongan yang mendakwa memperjuangkan kemajuan. Mereka menghias perkara mungkar dan mengindahkan maksiat. Mereka telah mengatakan: Sesungguhnya penyelesaian bagi masalah mendidik naluri ialah dengan pergaulan bebas sejak kecil atau memuaskan kehendak naluri dengan cara yang haram.
Sebenarnya mereka mengatakan suatu yang mereka sendiri tidak fahami dan berbangga dengan suatu yang mereka tidak ketahui. Tanpa disedari, mereka adalah pelaksana perancangan Yahudi dan Salib dan pakatan jahat Freemason dan Komunis. Mereka cuba menarik para pemuda dan pemudi di dalam masyarakat Islam ke kancah maksiat dan kebebasan mutlak. Untuk apakah mereka lakukan semua ini?
Mereka ingin menjauhkan pemuda Islam dari barisan-barisan pejuang dan panji-panji jihad.
Mereka ingin menundukkan kepala pemuda Islam kepada kekuasaan taghut dan zalim.
Mereka juga ingin pemuda Islam bertepuk tangan dan mengalu-alukan apa jua slogan yang dilaungkan, dan menerima pemerintahan mulhid (Tidak bertuhan) atau kufur terhadap Allah Subhanahu wa ta‘ala.
Mereka ingin menjadikan pemuda Islam sebagai binatang ternakan yang diseret dengan tongkat penguasa durjana.
Awasilah – wahai para pemuda – daripada dakyah-dakyah yang menipu ini. Bentengilah diri dengan kesabaran. Ikatlah hati kamu dengan Allah Subhanahu wa ta‘ala. Letakkan mahkota kemuliaan Islam di atas kepala kamu. Tolak secara total segala seruan kebebasan mutlak yang pincang dan keangkuhan mulhid. Dengarlah apa yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa ta‘ala di dalam al-Quran yang diturunkan:
وَلاَ تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
Maksudnya:
“Janganlah kamu menurut hawa nafsu suatu kaum yang telah sesat sebelum ini dan telah menyesatkan banyak manusia, dan juga (sekarang) mereka telah tersesat (jauh) dari jalan yang betul.”
PERUMPAMAAN DI DALAM SYAIR IMAM BUSAIRI
Siapakah kiranya yang dapat menolongku untuk mengawal keganasan nafsuku, seperti kuda yang garang itu dapat dikawal dengan tali hidungnya.
Maka janganlah engkau sekali-kali mengharapkan nafsu itu dapat dikalahkan dengan memperturut kehendaknya, bagaikan makanan tidak akan dapat memuaskan nafsu makan, bahkan ia akan ketagihan bila diberi makan.
Nafsu itu tak ubahnya seperti anak kecil yang masih menyusu. Kalau ia dibiarkan ia akan terus menyusu sampai ke tua. Tetapi jika engkau berhentikan, ia akan berhenti.
Maka kendalikanlah hawa nafsumu dan jangan diberikan kesempatan kepadanya untuk menguasai engkau, kerana jika ia berkuasa sudah pasti ia akan membuta dan menulikan.
Jagalah nafsumu baik-baik walaupun ia telah berlegardalam ruang ketaatan, kerana bila sudah menguasai suasana ia akan mengosongkan tujuan ketaatan. Maka janganlah engkau lengah dari mengawasinya.
Berapa banyak ia telah menipu orang. Ia menyajikan makanan yang kelihatannya segar, padahal di dalamnya ada racun yang membunuh. Bukankah racun itu selalunya diletakkan pada makan yang lemak-lemak (sedap).
Posted by Hasan Nazam at 9:50 AM
1 comments:
azrainalaman said…
aslkm…
saya suka tips yg diberikan oleh saudara, kena pada kehidupan saya & mberi jalan utk mjadi insan yg lbh baik.
saya nk tanya, bagaimana pula ya sekiranya anak lelaki mau kahwin ttp ayahnya shj yg semacam tidak berkenan pada pilihan anaknya walhal pd pndgan pemuda tersebut wanita berkenaan mpunyai ciri2 blh jd isteri yang baik? ahrp dpt beri tips yg mbina.
trima ksh sya dahului & semuga apa jua yg anda lakukan beroleh keberkatan dariNya. wslmz…
November 8, 2008 9:50 PM
Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 5 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Thursday, September 4, 2008
Tips Individu Berjaya
Tips Individu Berjaya
Firman Allah SWT (bermaksud):
[23.1] Sesungguhnya berjayalah orang-orang yang beriman,
[23.2] Iaitu mereka yang khusyuk dalam sembahyangnya;
[23.3] Dan mereka yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia;
[23.4] Dan mereka yang berusaha membersihkan hartanya (dengan menunaikan zakat harta itu);
[23.5] Dan mereka yang menjaga kemaluannya, –
[23.6] Kecuali kepada isterinya atau hamba sahayanya maka sesungguhnya mereka tidak tercela: –
[23.7] Kemudian, sesiapa yang mengingini selain dari yang demikian, maka merekalah orang-orang yang melampaui batas;
[23.8] Dan mereka yang menjaga amanah dan janjinya;
[23.9] Dan mereka yang tetap memelihara sembahyangnya;
[23.10] Mereka itulah orang-orang yang berhak mewarisi (syurga).
(Surah al-Mukminun)
Sifat Pertama:
Mendirikan sembahyang dengan khusyuk.
Teknik perlaksanaan:
– Merasakan diri bertemu dan menghadap Allah SWT dalam munajat.
– Berusaha untuk fokus terhadap pengertian ayat-ayat, zikir-zikir dan doa-doa yang dibaca dalam perbuatan solat.
– Cuba mengelakkan sebarang lintasan atau was-was yang tidak termasuk dalam solat.
– Memintas ganguan fikiran dengan mengucap isti‘azah (membaca a‘uzibillah) dan menghembus dengan perlahan ke arah kira sebanyak tiga kali.
– Membataskan pergerakkan anggota badan tanpa hajat.
– Melakukan perbuatan solat dengan tenteram.
– Menumpukan penglihatan ke tempat sujud secara berterusan.
– Memilih tempat solat yang jauh daripada sebarang gangguan.
Sifat Kedua:
Menjauhkan perkataan dan perbuatan yang sia-sia.
Teknik perlaksanaan:
– Memahami kepentingan menjaga perkara tersebut.
– Mengawal diri untuk berbicara.
– Mengingati bahawa segala yang dibicarakan bahawa ia dirakam secara nyata dan ghaib.
– Berdiam ketika perlu.
– Berfikir sebelum berbicara mengenai kandungan, teknik dan waktunya yang sesuai.
– Mengetahui cara bergurau dengan seseorang tanpa melakukan penghinaan perkara batil.
– Cuba mengubah topik orang yang berbicara kepada perkara berfaedah secara berlembut.
– Menggunakan kebijaksanaan untuk berpaling daripada perkara yang sia-sia yang dilakukan oleh seseorang terhadap kita.
– Memilih perkara yang dipaparkan di dalam media penyampaian (telivisyen, radio, surat akhbar, majalah buku dan lain-lain).
– Jiika berlaku suatu perkara yang sia-sia, hendaklah beristighfar kerana merasakan kesan negatifnya.
Sifat Ketiga:
Membersihkan harta dengan menunaikan zakat.
Teknik perlaksanaan:
– Memberikan perhatian terhadap hal-ehwal orang ramai secara umum dan khusus.
– Mendapatkan bantuan seseorang yang dikenali ketika berlaku masalah.
– Bersegera melakukan perkara yang mampu untuk menolong orang yang memerlukan.
– Membantu secara sukarela tanpa diminta.
– Meraikan perasaan orang yang meminta bantuan dengan tidak menyusahkan atau memalukannya.
– Memberikan bantuan mengikut keutamaan dalam tanggungjawab terhadap individu dan mengikut situasi.
– Menunjukkan kesungguhan ketika mengeluarkan zakat.
– Memastikan zakat diagihkan kepada orang yang benar-benar berhak.
– Menghulurkan sedekah secara sukarela, bukan berpada dengan zakat yang wajib.
– Mengikhlaskan niat untuk Allah SWT.
Sifat Keempat:
Menjaga kemaluan (kehormatan).
Teknik perlaksanaan:
– Menundukkan pandangan daripadamelihat aurat yang diharamkan.
– Memelihara pendengaran daripada mendengar perkara keji dan perkataan lucah.
– Menahan diri dengan menjaga kesucian daripada bercumbu-cumbuan dengan wanita.
– Mengelakkan berdua-duan dengan wanita di tempat sunyi, tanpa ditemani mahramnya.
– Mengelakkan diri jika tidak terdesak daripada berada di tempat berlaku percampuran antara golongan lelaki dan wanita yang berhias secara melampau.
– Mengawal fikiran supaya terarah kepada perkara yang berfaedah supaya tidak tenggelam di dalam khayalan seks.
– Berkahwin untuk melakukan hubungan seksual dan menjaga kesucian.
– Jika tiada kemampuan untuk berkahwin, hendaklah memperkukuhkan keazaman di samping berpuasa, bersukan atau lain-lain aktiviti yang berfaedah.
Sifat Kelima:
Menjaga amanah.
Teknik perlaksanaan:
– Pengkhianatan bukanlah pengganti kepada amanah kerana ia memudharatkan agama dan kehidupan manusia.
– Menerima amanah secara bebas sebagai suatu nilai kerana memahami kepentingan dan kemestiannya.
– Merasakan bahagia kerana memilih amanah, meskipun orang lain tidak amanah.
– Mengistiharkan berpegang dengan amanah tanpa sikap berpura-pura atau untuk suatu kepentingan peribadi.
– Menzahirkan nilai amanah melalui perlaksanaan yang telus.
– Melaksanakan tuntutan amanah secara berterusan dalam pelbagai situasi.
Perkara-perkara tuntutan amanah:
– Perkara fardhu dalam agama.
– Penempatan orang-orang Islam.
– Anggota badan.
– Waktu.
– Ilmu.
– Harta.
– Barang titipan.
– Rahsia orang lain.
– Tugas dan jawatan.
– Perkara yang diminta untuk dibincangkan.
Sifat Keenam:
Setia pada janji.
Teknik perlaksanaan:
– Memungkiri janji bukanlah pengganti kepada menepati kerana ia memudharatkan.
– Menepati janji secara bebas sebagai suatu nilai kerana memahami kepentingan dan kemestiannya.
– Merasakan bahagia kerana memilih untuk menepati janji, meskipun orang lain tidak tepati janji.
– Mengistiharkan berpegang dengan janji tanpa sikap berpura-pura atau untuk suatu kepentingan peribadi.
– Menzahirkan nilai kesetian melalui perlaksanaan yang telus.
– Melaksanakan tuntutan janji secara berterusan dalam pelbagai situasi.
Sifat Ketujuh:
Tetap memelihara sembahyang.
Teknik perlaksanaan:
– Merasakan bahawa memelihara waktu solat adalah penting.
– Tahu menentukan waktu solat ketika musafir dan hadir.
– Takbir yang paling afdhal adalah pada awal waktu.
– Menyusun aktiviti harian dengan tidak mengabaikan waktu solat.
– Mengqadha solat yang tertinggal dengan secara tanpa bertangguh.
Posted by Hasan Nazam at 6:21 PM
0 comments:
Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 6 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Sunday, July 27, 2008
ASPEK-ASPEK KEPENTINGAN AKHLAK
ASPEK-ASPEK KEPENTINGAN AKHLAK
1) Pertautan Aqidah dengan Akhlak
2) Pertautan Akhlak dengan Kemurahan Rezeki
3) Pertautan Akhlak dalam Kehidupan Sosial
4) Pertautan Akhlak dalam Menjaga Kesucian dan Kehormatan Diri
4.1) Kembali kepada fitrah
4.2) Membersihkan diri daripada noda dan dosa
4.3) Memelihara batasan pergaulan dan aurat
4.4) Mengutamakan hak agama Islam
2) Pertautan Akhlak dengan Kemurahan Rezeki
Hubungan antara akhlak dan rezeki memberi kesan yang begitu mendalam. Al-Quran telah menyebut berulang-kali bahawa beriman kepada Allah dan Rasul serta meyakini bahawa bertaqwa kepada Allah merupakan sebab yang membawa kepada kesenangan hidup yang berpanjangan, kemenangan ke atas pihak musuh, serta mendatangkan izzah dan karamah kepada orang mukmin.
Ini semua mendorong manusia agar memperbetulkan konsep, iltizam dengan Islam yang sebenar sebagai prinsip hidup, sebagai suatu manhaj yang berupaya menyusun kehidupan pada aspek luaran, dalaman dan segenap segi.
Terdapat sebahagian daripada ayat-ayat yang mengaitkan antara iman dan rezeki, memperuntukkan kepada ahli iman dan taqwa kemurahan rezeki dan kesenangan hidup.
Allah SWT menceritakan bagaimana kisah ahli kitab, jika mereka beriman kepada Allah, maka Allah akan hapuskan dosa mereka dan menjanjikan dengan nikmat yang paling agung iaitu syurga. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
ولو أن أهل الكتاب ءامنوا واتقوا لكفرنا عنهم سياتهم ولأدخلنهم جنات النعيم ولو أنهم أقاموا التوراة والإنجيل ومآ أنزل إليهم من ربهم لأكلوا من فوقهم ومن تحت أرجله
Maksudnya: Dan sekiranya Ahli Kitab itu beriman dan bertaqwa tentulah Kami hapuskan dari mereka kejahatan-kejahatan mereka, dan tentulah kami akan masukkan mereka kedalam syurga-syurga yang penuh nikmat. Dan kalau mereka bersungguh-sungguh menegakkan (menjalankan perintah-perintah Allah dalam) Taurat dan Injil dan apa yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka (Al-Quran), nescaya mereka akan makan rezeki (yang mewah) dari atas mereka (langit) dan dari bawah kaki mereka (bumi). (Al-Maidah: 65, 66)
Allah SWT berfirman lagi tentang penduduk kota Mekah, sekiranya mereka beriman kepada Allah, maka Allah akan melimpahkan rezeki yang tidak terhingga, sekiranya mereka berpegang kepada syriat yang dibawa oleh Rasul. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
ولو أن أهل القرى ءامنوا واتقوا لفتحنا عليهم بركات من السماء والأرض ولكن كذبوا فأخذناهم بما كانوا يكسبون
Maksudnya: Dan (Tuhan berfirman lagi): Sekiranya penduduk negeri itu, beriman serta bertaqwa, tentulah Kami akan membuka kepada mereka (pintu pengurniaan) yang melimpah berkatnya, dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (Rasul Kami), lalu Kami timpakan mereka dengan azab yang mereka telah usahakan. (Al-A`raf: 96)
Seterusnya Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman lagi berkaitan perkara ini:
فقلت استغفروا ربكم إنه كان غفارا يرسل السماء عليكم مدرارا ويمددكم بأموال وبنين ويجعل لكم جنات ويجعل لكم أنهارا
Maksudnya: Sehingga aku berkata (kepada mereka): Pohonkanlah ampun kepada Tuhan kamu, sesungguhnya adalah Ia Maha Pengampun. (Sekiranya kamu berbuat demikian), Ia akan menghantarkan hujan lebat mencurah-curah, kepada kamu; Dan Ia akan memberi kepada kamu dengan banyaknya harta kekayaan serta anak-pinak; dan Ia akan mengadakan bagi kamu kebun-kebun tanaman, serta mengadakan bagi kamu sungai-sungai (yang mengalir di dalamnya). (Nuh: 10 –12)
Allah ‘Azza Wa Jalla mengisahkan tentang penduduk kota Mekah yang ingkar dengan perintah Allah, lalu Allah turunkan bala kelaparan dan ketakutan kepada penduduk kota itu. Allah berfirman:
وضرب الله مثلا قرية كانت ءامنة مطمئنة يأتيها رزقها رغدا من كل مكان فكفرت بأنعم الله فأذاقها الله لباسالجوع والخوف بما كانوا يصنعون
Maksudnya: Dan (berhubung dengan hal kaum yang kufur ingkar) Allah memberikan satu misalan: Sebuah negeri yang aman damai dan tenteram, yang didatangi rezekinya yang mewah dari tiap-tiap tempat, kemudian penduduknya kufur akan nikmat-nikmat Allah itu, maka Allah merasakannya kelaparan dan ketakutan yang meliputi keseluruhannya disebabkan apa yang mereka telah lakukan. (An-Nahl: 112)
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman tentang rezeki dan rahmat hanya milik-Nya, sesiapa yang memohon selain daripada-Nya, nescaya sia-sialah permintaan mereka:
إن الذين تعبدون من دون الله لا يملكون رزقا فاابتغوا عند الله الرزق واعبدوه واشكروا له إليه ترجعون
Maksudnya: Kamu hanyalah menyembah berhala-berhala yang diperbuat oleh orang, tidak menyembah Allah yang mencipta segala-segalanya, dan kamu hanya mengadakan penyembahan yang dusta. Sesungguhnya mereka yang kamu sembah yang lain dari Allah itu, tidak berkuasa memberi rezeki kepada kamu; oleh itu carilah rezeki dari sisi Allah, dan sembahlah akan Dia serta bersyukurlah kepadaNya; (ingatlah), kepada Allah jualah kamu akan dikembalikan.
(Al-Ankabut: 17)
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
فليعبدوا رب هذا البيت الذي أطعمهم من جوع وءامنهم من خوف
Maksudnya: Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan yang menguasai rumah (Ka’bah) ini, Tuhan yang memberi mereka penghidupan: menyelamatkan mereka dari kelaparan, dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy: 3, 4)
Setelah kita memerhatikan firman Allah yang panjang lebar di atas, jelaslah kepada kita bagaimana Allah menjamin rezeki orang yang beriman dan iltizam dengan agamanya dan menjauhi segala larangan larangan dan tegahan agama.
Kisah saba’ yang dirakamkan di dalam Al Quran masih lagi segar di dalam ingatan. Kita lihat bagaimana orang yang berpaling daripada syariat Allah, ditimpa bencana banjir besar dan kesempitan hidup. Pada kisah penduduk negeri Saba’ ini, ada satu tanda yang membuktikan kemurahan Allah. Terdapat di tempat tinggal mereka dua kumpulan kebun (yang luas lagi subur), yang terletak di sebelah kanan dan disebelah kiri perkampungan mereka. Malangnya mereka ingkar dengan perintah Allah, lalu Allah hantarkan kepada mereka banjir yang membinasakan, dan digantikan dua kumpulan kebun mereka (yang subur) itu dengan dua kumpulan kebun yang berisi dengan pohon-pohon yang pahit buahnya, dan pohon-pohon yang jarang berbuah, serta sedikit pohon-pohon bidara.
Di antara tempat tinggal mereka (di negeri Yaman) dengan bandar-bandar (di daerah negeri Syam) Allah limpahkan berkat kemakmuran dan Allah adakan beberapa buah bandar yang jelas kelihatan kepada orang-orang yang melalui jalan itu. Kemakmuran dan kemudahan itu menjadikan mereka sombong dan kufur. Lalu Allah pecah belahkan mereka berkecai-kecai.
Kisah-kisah yang dipaparkan di dalam firman Allah di atas sejajar dengan apa yang pernah disabdakan oleh Baginda junjungan di dalam hadis:
من سره أن يبسط له في رزقه وينساء في أثره فليصل رحمه
Maksudnya: Barangsiapa yang merasa gembira untuk diluaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka jalinkanlah hubungan silturrahim (dengan ihsan). (Daripada Anas)
Ibn Qoiyim Al-Jauziyyah menjelaskan berkaitan hadis ini iaitu yang dimaksudkan dengan panjang usia ialah mendapat keberkatan, menggunakan umur atas landasan taufiq dan tidak membiarkannya berlalu sia-sia. Karat-karat dosa yang menyelaputi kehidupan manusia menambahkan lagi kesempitan hidup dan jauh dari rahmat Allah. Perkara ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW di dalam sabda Baginda:
عن ثوبان قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه ولا يرد القدر إلا بالدعاء ولا يزيد في العمر إلا البر
Maksudnya: Sesungguhnya disempitkan rezeki seseorang dengan dosa yang menimpanya. Taqdir tidak akan berubah melainkan dengan doa. Tidak dipanjangkan umur melainkan dengan melakukan kebajikan. (Sahih Ibn Hibban)
3) Pertautan Akhlak dalam Kehidupan Sosial
– Dapat digambarkan berakhlak mulia dan berbudi pekerti menerusi sabda Rasulullah SAW bersabda:
عن أبي الدرداء ما من شىء أثقل في ميزان المؤمن يوم القيامة من حسن الخلق وإن الله يبغض الفاحش البذيء
Maksudnya: Daripada Abi ad-Darda’ Tiada sesuatu yang lebih memberatkan mizan mukmin pada hari qiamat daripada akhlak yang mulia, sesungguhnya Allah memurkai seorang yang bersikap tercela dan bercakap kotor. (Dikeluarkan oleh Tirmiziy)
Di dalam hadis yang lain Rasulullah SAW menjelaskan:
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الحياء من الإيمان والإيمان في الجنة والبذاء من الجفاء والجفاء في النار
Daripada Abi Hurairah RA: Malu itu sebahagian daripada iman. Dan balasan iman ialah ditempatkan di syurga, bercakap kotor adalah daripada tabiat yang kasar, sikap kasar tempatnya ialah di neraka. (Sunan At-Tirmiziy)
– Antara lain yang mesti dilaksanakan ialah menjaga dan mengiktiraf hak seorang sahabat, Rasulullah SAW bersabda:-
عن أبى هريرة رضى الله قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن يكون دينار ولا درهم، إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته، وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيآت صاحبه فحمل عليه
Maksudnya: Daripada Abu Hurairah RA beliau berkata: Bersabda Rasulullah SAW: Sesiapa yang terdapat padanya sebarang kezaliman (penganiayaan) terhadap sahabatnya, yang melibatkan kehormatan dan kemuliaannya atau harta-bendanya, maka hendaklah ia meleraikannya pada hari itu juga; sebelum tibanya hari yang tiada padanya dinar dan dirham (hari qiamat); jika padanya terdapat amal soleh maka akan diambil amalan itu pada kadar kezalimannya, jika tidak terdapat padanya kebaikan maka akan diambil kejahatan sahabatnya dan dibebankan ke atasnya. (Sahih Al Bukhariy)
Dalam hadis ini Rasulullah SAW menggesa kaum muslimin agar saling menunaikan hak-hak saudaranya antara satu sama lain. Ditegah sama sekali mencetuskan sebarang kezaliman atau penganiayaan ke atas saudaranya. Demikian juga berkaitan dengan hak-hak saudaranya yang lain, dilarang keras melakukan sebarang pencabulan dan penindasan yang jelas dikutuk oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Perlulah diberi peluang kepada sahabat untuk menunaikan hak dan juga mendapatkan haknya.
– Pelbagai ragam manusia dalam menjalinkan ukhuwwah sesama mereka, ada sebahagian daripada mereka yang benar-benar menghayati ruh ukhuwwah dan golongan inilah yang mendapat keberkatan daripada Allah dan ada juga segolongan yang lain sekadar mementingkan diri sendiri dan tidak tulus menjalinkan hubungan dan biasanya jalinan yang sebegini tidak kekal. Berkaitan jalinan interaksi ukhuwwah sesama manusia ini Syeikh Aiyub menjelaskan beberapa kategori manusia sepertimana berikut :-
*Mereka yang menghubungi orang yang telah memutuskan hubungan dengannya dan menghulur sesuatu kepada mereka yang tidak pernah menghulurkan apa-apa kepadanya.
*Mereka yang menghulurlan sesuatu kepada orang yang pernah menghulurkan bakti kepadanya dan menjalin hubungan dengan mereka yang menghubunginya.
*Orang yang tidak menjalinkan hubungan, tidak pula dihubungi oleh orang lain dan tidak pernah menghulurkan apa-apa, dia juga tidak akan memperolehi apa-apa daripada orang lain. Lebih teruk lagi ialah mereka yang memutuskan hubungan yang telah terjalin dan tidak menghulurkan apa-apa apabila orang menghulurkan sesuatu kepadanya. (Suluk Ijtami’ie Fi Al Islam: 242)
Sepertimana hubungan terjalin melalui peranan dua belah pihak begitu juga terputusnya hubungan berlaku dengan tindakan kedua-dua belah pihak. Siapa yang mula meretakkan dan memutuskan hubungan maka dialah yang bertanggungjawab dengan segala yang berlaku dan sebagai pemutus hubungan.
– Jalinan hubungan secara individu. Memilih individu tertentu yang dirasakan berpotensi untuk didampingi dan dijadikan sasaran dakwah. Menjadikan diri sendiri sebagai penyebab bagi hidayah kepada mereka. Allah SWT berfirman:
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُم بِوَاحِدَةٍ أَن تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى…
Maksudnya: “Katakanlah (wahai Muhammad): Aku hanyalah mengajar dan menasihati kamu dengan satu perkara sahaja, iaitu: Hendaklah kamu bersungguh-sungguh berusaha mencari kebenaran kerana Allah semata-mata, samada dengan cara berdua (dengan orang lain) atau seorang diri…”(Saba’: 46).
Ini memandang terdapat perkara-perkara tertentu tidak boleh dilakukan di dalam kelompok yang besar atau terang-terangan tetapi jika dilakukan di dalam kelompok yang lebih kecil atau secara bersendirian, ia akan membuahkan hasil yang baik.
Sabda Rasulullah SAW kepada Saidina Ali RA:-
فوالله لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم
Maksudnya: Demi Allah ‘‘Azza Wa Jalla sekiranya Allah ‘Azza Wa Jalla memberi hidayat denganmu seorang lelaki adalah lebih baik daripada unta merah (jenis unta yang paling baik).
– Ikatan ukhwwah dapat membina kesatuan. Ia adalah teras dalam perjuangan demi menegakkan agama Allah. Mestilah disusun soff (barisan) / jamaah dan dibina kesatuan dengan bekerjasama. Berjuang fi sabillah iaitu di jalan Allah di atas landasan syariat, tidak bermatlamatkan dunia, bukan untuk kepentingan diri atau kepentingan mana-mana pihak, bukan di atas dasar ‘asobiyyah’ (perkauman). Sentiasa berada dalam kesatuan. Kekuatan dibina dengan kesatuan bagi menegakkan agama Allah. Sepertimana seorang yang memiliki suatu binaan tidak suka binaan tersebut pincang begitulah juga Allah tidak menyukai ummat ini berbalah dan berpecah. Kekukuhan kesatuan yang dibina seumpama binaan yang tersusun rapi lagi indah dan sempurna tiada sebarang kecacatan.
Seumpama tertegaknya sebuah bangunan dari pelbagai juzuknya, bermula dari tapak, dinding, tiang dan sebagainya. Setiap satu juzuk bangunan itu mempunyai peranannya sendiri. Bangunan tidak akan terbina semata-mata dengan satu juzuk sahaja. Jika salah satu dari juzuknya dipisahkan maka ia terdedah kepada pelbagai bahaya lama-kelamaan ia akan terus roboh. Mereka yang ingin menegakkan agama secara bersendirian tidak akan berjaya kerana ia tidak menunaikan tuntuntan Islam dalam perjuangannya.
(Sedutan Fi Zilal Al Quran: jil 6; ms 3555)
Sewajarnya saling tolong-menolong dan lengkap-melengkapi antara individu, kelompok masyarakat dan jamaah, walaupun saling berbeza fikrah dan pendapat dalam usaha mengislah masyarakat, politik dan ekonomi. Lainlah halnya sekiranya terdapat percanggahan dalam prinsip dan wasilah yang digunakan oleh mereka, berkaitan nas yang menjelaskan soal halal atau haram.
(Sedutan dari Al-Syariah Al-Muftara Alaiha: 126)
Hal sebegini ditegaskan Allah ‘Azza Wa Jalla dalam firmanNya:
إن الله يحب الذين يقاتلون في سبيله صفا كأنهم بيان مرصوص
Maksudnya: Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berperang untuk membela ugama-Nya, dalam barisan yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah bangunan yang tersusun kukuh. (As- Soff: 4)
– Tawadhuk dan berkasih-mesra (azillah) sesama orang mukmin. Selagi mana seseorang itu beriman maka ia berhak untuk mendapat layanan yang baik dan hendaklah saling berbelas-kasihan, berlemah–lembut, bertoleransi dan tidak banyak membantah.
Pendirian sebegini bukanlah suatu yang hina bahkan ia adalah jalinan ukhuwwah yang melenyapkan segala batas perbezaan, tidak menyusah dan membebankan orang lain; serta menghilangkan kecelaruan dan kekeliruan antara dua jiwa.
Seorang yang jiwanya tidak bersama jamaah dan merasakan dirinya mempunyai suatu kelebihan sentiasa ingin menonjolkan sifat lobanya terhadap orang lain. Adapun mereka yang jiwanya bersama jamaah, sikapnya sentiasa melambangkan kesatuan jiwa. Tidak wujud di dalam jiwanya sebarang prasangka buruk ingin menghina, memperlekeh dan memperkecilkan orang lain. Demikianlah pertemuan yang diasaskan kerana Allah, kasih-sayang mereka sentiasa digandakan. (Sedutan dari Fi Zilal Al Quran: jil 2; ms 919)
Firman Allah ‘Azza Wa Jalla:
يحبهم ويحبونه أذلة علي المؤمنين
Maksudnya: Ia kasihkan mereka dan mereka juga kasihkan Dia; mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang beriman. (Al-Maidah: 54)
Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabda baginda:
إن أحبكم إلي وأقربكم مني مجلسا يوم القيامة أحاسنكم أخلاقا الموطئون أكنافا الذين يألفون ويؤلفون وإن أبغضكم إلي وأبعدكم مني يوم القيامة الثرثارون المتشدقون المتفيقهون
Maksudnya: Sesungguhnya di kalangan kamu yang paling aku kasihi dan paling dekat denganku di hari kiamat ialah mereka yang paling berakhlak mulia, merendahkan diri yang bermesra dan dimesrai. Orang yang paling aku benci dan paling jauh dengan aku ialah mereka banyak bercakap sehingga berlebih-lebihan (menyebut perkara yang memudharatkan dan tidak mendatangkan manfaat), banyak berbicara tanpa meneliti apa yang diperkatakan dan berpura-pura mengetahui. (Riwayat Ahmad dan At-Tirmiziy)
Golongan yang disukai oleh Rasulullah ialah mereka yang banyak memberi kemudahan kepada orang lain. Menjalinkan ukhuwwah dengan baik dan penuh persefahaman serta keharmonian. Manakala golongan yang dibenci oleh Rasulullah SAW ialah golongan yang hanya mementingkan percakapan yang banyak. Suka membuat pembohongan dan menyebut perkara yang melalaikan. Jelas dari pertuturan yang didengar, mereka kurang menilai apakah hakikat yang diperkatakan dan tanggapan yang dibuat oleh mereka tidak tepat. Berpura-pura memiliki kelebihan tertentu semata-mata ingin menaikkan taraf diri pada pandangan orang lain, dalam masa yang sama tiada usaha yang dilakukan untuk mencapai ketinggian. Ini menunjukan jiwa mereka mengidapi penyakit, dihantui perasaan riya` dan takabbur. Mereka lemah untuk beramal dan bermujahadah bahkan sering menangguh-nanguhkan suatu perkara tanpa sebab-sebab yang munasabah. (Al-Ikhlas: 59-60)
4) Pertautan Akhlak dalam Menjaga Kesucian dan Kehormatan Diri
4.1) Kembali kepada fitrah
Dengan syari’at Islam, masyarakat Islam menjadi masyarakat yang bersih. Islam telah memfardhukan kebersihan luaran dan dalaman, zahir dan batin, pemikiran dan perasaan, pakaian dan tempat tinggal. Islam juga memfardhukan kesucian hati daripada segala penyakit-penyakitnya dan kebersihan lahiriah daripada segala kekotoran. Semua itu adalah selari nilai fitrah insani. Firman Allah SWT:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Maksudnya: Maka hadapkanlah diri (wajah) tuan hamba (tuan hamba sendiri dan pengikut tuan hamba), kepada agama itu: dengan secara tekun dan sebenarnya: iaitu agama yang Allah ciptakan manusia dengan keadaaan bersedia semulajadinya untuk menerimanya: tidaklah patut ada apa-apa perubahan pada ciptaan Allah itu. Itulah agama yang betul lurus. (al-Rum, 30).
Menghadapkan “wajah” kepada “agama secara tekun dan sebenarnya” boleh diumpakan seperti jarum kompas yang sentiasa menghala ke arah utara. Kalaulah jarum itu tersekat disebabkan sesuatu yang menghalangnya, maka kita mestilah melepaskannya supaya ia menjadi terlepas bebas semula, supaya ia menunjukkan semula dengan betul kepada kutubnya. Orang yang telah mendapat hak istimewa untuk menerima kebenaran sepatutnya tidak teragak-agak ataupun terseleweng, ia hendaklah menetapkan pendirian sebagai orang yang berpengetahuan. Dengan demikian ia akan terselamat dari adanya pertentangan dalam arah dan pertarungan dalaman diri; selamat dari adanya matlamat yang berkecamuk serta kebelbagaian hala tuju.
Dengan ciptaan kuasa Allah, insan adalah tidak berdosa, murni, benar, bebas, cenderung kepada kebaikan dan sifat yang utama, serta mempunyai kefahaman yang benar berkenaan dengan kedudukannya sendiri dalam alam ini, dan juga tentang Kebaikan Tuhan, Kebijaksanaan, serta kekuasaanNya. Itulah tabiat kejadiannya yang sebenar (keadaaan bersedia semulajadi), sebagaimana kejadian tabiat anak biri-biri itu ialah untuk bersifat lemah lembut, dan kuda untuk bersifat tangkas. Tetapi insan terperangkap dalam pelbagai perangkap adat kebiasaan, kepercayaan palsu, hasrat mementingkan nafsu dan diri, serta pengajaran yang palsu. Ini mungkin menjadikan beliau bengis dan garang, kotor, palsu, bersifat seperti hamba abdi, selalu mencari-cari perkara yang salah dan terlarang, serta terseleweng daripada berasa kasih kepada sesama manusia, dan penyembahan yang sebenarnya kepada Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Benar.
Oleh itu, semua manusia mestilah mengenali fitrah dirinya dan kembali kepadanya. Fitrah tersebut adalah fitrah manusia dan fitrah kewujudan. Untuk mengambil petunjuk daripada fitrah asal manusia itu bukanlah suatu usaha yang remeh, tetapi besar perlu keazaman yang kuat. Padanya seseorang itu dapat hidup dalam keadaan kesejahteraan dan kesepakatan pada dirinya berserta kewujudan yang besar di sekelilingnya. Manusia tidak bersendirian dalam arah tujunya, seluruh alam bersifat rabbani dan masing-masing bertasbih memuji Allah, sebagaimana firman Allah SWT (bermaksud): “Dan tiada suatu pun melainkan bertasbih memujiNya.” (Al-Isra’: 44). Makhluk selain mereka juga menunaikan tanggung jawab dan peranan masing-masing. Binatang ternakan menunaikan peranannya yang berhubung dengan alam ini sesuai dengan fitrahnya. Kita tidak melihat adanya sekor lembu yang menolak untuk diperah susunya, begitu juga seekor unta menolak untuk ditunggangi.. Sesungguhnya binatang-binatang tersebut telah menunaikan peranannya dalam berkhidmat kepada manusia… seperti membajak tanah, mengairi sawah ladang, membawa beban yang berat-berat, mengeluarkan susu, bulu-bulu dan belulang dimanfaatkan sebagai alat perkakas serta perhiasan manusia.
Menghadapkan “wajah” kepada “agama” atau “fitrah” itulah merupakan “agama yang betul lurus”. Yakni melakukan amalan yang betul atau kebiasaan amal yang betul (straight usage). Ia merangkumi seluruh hidup manusia, pemikiran serta hasrat manusia. Sesuatu yang tidak selari dengannya merupakan susunan pemikiran dan kehidupan rekaan yang saling bercanggahan antaranya dengan lainnya. Kesejahteraan hidup insani hanya boleh dicapai melalui pemusatan hala–tuju kepada Allah SWT semata-mata secara lurus.
4.2) Membersihkan diri daripada noda dan dosa
Allah SWT telah menjadikan nafsu dengan segala sifat dan kecenderungan seperti ini adalah untuk menjadikannya sebagai medan pertarungan yang utama dalam menguji ketulusan pengabdian diri hambanya terhadap Allah Ta`ala. Seperti mana Allah telah berfirman:
ونفس وما سواها فألهمها فجورها وتقواها قد أفلح من زكاها وقد خاب من دساها
Maksudnya: Demi diri (manusia) dan yang menyempurnakannya (Allah), lalu diilhamkan (Allah) kepadanya mana yang buruk dan mana yang baik. Sesungguhnya telah menanglah orang yang membersihkan jiwanya. Dan merugilah orang yang mengotorkannya. (As Shams: 7 – 10)
Sesiapa yang ingin menjadi hamba kepada Allah maka hendaklah ia melawan hawa nafsunya. Mentaati suruhan Tuhan dan menjauhi segala laranganNya. Orang yang hanyut bersama hawa nafsu dengan segala keinginannya bermakna telah menjadi hamba kepada nafsunya sendiri, sekalipun ia menafikannya.
Tiada siapa yang mampu untuk menafikan bahawa ia lemah ketika berhadapan dengan hawa nafsu dalam menghadapi pelbagai perkara. Nafsu telah mengheretnya ke lembah yang hina. Di sana terdapat perbezaan ketara antara tewas sementara waktu dalam situasi yang berbeza dan tewas yang berpanjangan. Tewas berpanjangan disebabkan oleh kelemahan jiwa yang telah sebati dalam pembentukan dalaman diri manusia. Adalah amat menyedihkan realiti yang kita lihat, membuktikan bahawa ramai manusia yang menjadi tunggangan hawa nafsu. Sangat mudah dan segera mematuhi serta menurut arahan nafsu. Sentiasa lemah ketika berhadapan dengan kehendaknya. Ini semua membuktikan bahawa adanya unsur-unsur kelemahan jiwa di dalam diri insan.
Firman Allah SWT:
ونفس وما سواها فألهمها فجورها وتقواها قد أفلح من زكاها وقد خاب من دساها
Maksudnya: Demi diri (manusia) dan yang menyempurnakannya (Allah). Lalu diilhamkan oleh Allah kepadanya mana yang buruknya dan mana yang baiknya. (As Syams: 7 – 10)
Sesungguhnya Allah telah menciptakan pada setiap hambanya nafsu ammarah yang cenderung pada kejahatan untuk menguji sejauh mana tulusnya pengabdian mereka terhadap Allah. Antara sifAt sifat tersebut ialah kejahilan, berlaku zalim dan bersifat bakhil. Semua sifat tersebut cenderung pada kejahatan dan menyimpang dari kebaikan, bencikan kepayahan dan bebanan tanggungjawab.
Allah telah mencipta sifat ini sebagai gelanggang pertarungan dan medan praktis untuk menguji kejujuran pengabdian hambanya kepada Allah. Tanpa sifat-sifat tersebut nescaya manusia akan menjadi seperti malaikat yang tidak pernah menderhaka kepada Allah.
Allah menggesa hambanya agar memerangi hawa nafsu dan sebagai habuan kemenangan mereka dalam pertarungan itu dijanjikan keredhaan dan syurga Allah buat mereka. Allah berfirman:
فأما من طغى واثر الحياة الدنيا فإن الجحيم هى المأوى وأما من خاف مقام ربه ونـهى
النفس عن الهوى فإن الجنة هي المأوى..
Maksudnya: Maka barang siapa yang durhaka dan mengutamakan kehidupan di dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat kediamannya. Adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan dirinya daripada hawa nafsunya, maka syurgalah tempat kediamannya. (An Naziaat: 38 – 41)
4.3) Memelihara batasan pergaulan dan aurat
Kemurnian hubungan antara lelaki dan wanita adalah satu cabang daripada prinsip kebersihan Islam. Manakala mereka yang inginkan kepincangan dan memandang hubungan sebegini sepertimana yang mereka katakan: “Hubungan biologi adalah suatu yang tabi’ie, tiada padanya sebarang kecelaan dan tiada sebarang ikatan,” sesungguhnya dengan memandang manusia hanya sebagai lelaki atau wanita adalah pandangan yang cetek, sedangkan tersirat di sebaliknya persediaan ke arah kemuliaan dan ketinggian.
Sesungguhnya para pengkaji yang adil, mengetahui dengan yakin, tentang seks rambang yang dialami oleh orang bukan Islam khususnya di barat. Kebanyakan kelab malam, rumah urut dan pusat butik semuanya telah menjadi pusat pelacuran, malah lebih teruk lagi. Kebanyakan kanak-kanak, wanita dan pemuda tidak mengenali bapa mereka. Seorang suami kepada seorang wanita muslimah Amerika ada memaklumkan bahawa isterinya tidak pasti siapa bapanya yang sebenar, bapanya telah menggauli semua anak perempuannya dan dia bersyukur kepada Allah kerana Allah menyelamatkannya.
Sesungguhnya Islam menjaga nasab keturunan dan harta benda, yang merupakan salah satu dari objektif-objektif Islam yang dharuri (mesti) dan hidup ini tidak akan konsisten tanpa unsur-unsur itu. Lantaran itu, para ulama` Islam menamakannya sebagai al-maqosid ad-dharuri (objektif-objektif yang dharuri) iaitulah menjaga agama, akal, kehormatan, jiwa, harta, kebebasan dan kemuliaan.
Masyarakat Islam dibangunkan dengan menjaga perkara-perkara dharuri ini, mereka saling tolong-menolong untuk menjaganya, bahkan ia bertanggung jawab untuk memeliharanya demi kesejahteraan dan kelangsungan masyarakat Islam yang bersih.
Antara suatu yang logik, ketetapan akal dan hukum-hakamnya yang jelas ialah jika ditegah dan diharamkan suatu perkara, maka ditegah juga wasilah dan segala sebab-musababnya. Oleh kerana syari’at Islam itu terbina dengan kebijaksanaan akal untuk mendapatkan maslahah, maka sudah tentulah Islam mengharamkan segala wasilah yang membawa kepada suatu yang haram; dan memfardukan wasilah yang membawa kepada suatu yang wajib. Oleh kerana pergaulan bebas tanpa batasan dan pendedahan aurat menjadi medium kepada perkara yang haram dan menjejaskan penjagaan salah satu daripada al-maqosid ad-dharuri (objektif-objektif yang dharuri) dalam syari’at Islam; maka pada logik dan syari’at sudah pasti etika-etika yang ditetapkan dalam interaksi sosial dan cara berpakaian adalah menjadi salah satu daripada kefardhuan Islam, adab-adab Islam yang murni dan lambang kebersihan Islam, serta kemuliaan dan ketinggian ISLAM.
Apa yang berlaku terhadap wanita di barat, dan menjadi realiti yang biasa ialah kecenderungan kepada budaya bogel yang primitif. Janganlah pula kita menganggap, wanita-wanita di barat semuanya seperti itu atau ingin menjadi sedemikian. Seorang wanita tua berbangsa Itali telah berkata ketika beliau melihat kesopanan wanita muslimah: “Sesungguhnya kami seperti itu semenjak lima puluh tahun yang silam.” Seorang pengetua sekolah yang sangat beradab sopan pada nisbah orang-orang barat ditanya: “Kenapa kamu berpakaian begini, sedangkan kamu seorang wanita barat dan berstatus tinggi dalam pendidikan dan keilmuan.” Beliau menjawab kehairanan: “Jika seorang wanita berpakaian seksi bermakna dia telah melakukan sesuatu yang di luar tabiatnya.”
Islam telah menetapkan bahawa adanya bahagian yang tertentu menjadi aurat pada diri lelaki dan juga wanita. Ia adalah suatu hukum yang mudah menurut kacamata Islam yang umum; di dalam kehidupan yang terdapat padanya perkara yang diharuskan dan perkara yang ditegah; dengan perspektif umum Islam yang menggesa agar kita menjauhkan diri dari segala godaan dan perkara yang meransang syahwat; yang bermatlamatkan untuk memuliakan manusia dan meninggikan sifat nalurinya, yang ingin menjadikan kuasa yang di tangan seseorang dipandu oleh matlamat syari’at dan hukum-hakam akal….; agar manusia dinaungi dengan kemuliaan. Dan mengangkat darjat manusia daripada semata-mata menjadi seperti haiwan, sekadar makan dan memakai.
Perspektif Islam ini mencakupi lelaki dan wanita. Firman Allah s.w.t:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ
Maksudnya: Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka.
Dan firman Allah s.w.t:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
Maksudnya: Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya. (An-Nuur: 31)
Justeru Islam mensyariatkan perkahwinan untuk meraikan kecenderongan seks antara sesama manusia dan membendung segala macam bentuk gejala seksual. Dengan pensyariatan tersebut, insan boleh menyesuaikan dirinya terhadap fitrah seksual dan kecederongan nalurinya dengan cara yang wajar, positif dan terarah… tanpa ada sebarang halangan dan tidak terpengaruh dengan tipu-daya kehidupan, tabiat yang meruncingkan keadaan dan kehendak fitrah yang tidak menentu.
Di antara pandangan yang tepat terhadap seksual kita mendapati Islam mengiktiraf syahwat yang halal dan memenuhi kemahuan naluri dengan perkahwinan. Ia juga dianggap sebagai amalan soleh yang melayakkan seseorang itu mendapat keredhaan Allah dan berhak mendapat ganjaran pahala.
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Sahih Muslim, daripada Abu Dzar Radiallahu‘anhu:
أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ عَلَيْهِ الصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ: أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ عَلَيْهِ الصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ قَالُوْا: بَلىَ قَالَ عَلَيْهِ الصَلاَةُ وَالسَّلاَمُ: فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرًا
Maksudnya: “Beberapa orang dari sahabat Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Wahai Rasulullah! Orang-orang kaya memperolehi ganjaran. Mereka sembahyang sepertimana kami sembahyang. Mereka berpuasa sepertimana kami berpuasa. Dan mereka juga bersedekah dari lebihan harta mereka.” Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Adakah tidak Allah telah memperuntukkan kepada kamu suatu yang kamu boleh bersedekah dengannya? Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan La ilaha illallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan Alhamdulillah) adalah sedekah, menyuruh perkara yang baik adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan setiap kali kamu melakukan jimak (dengan isteri kamu) juga adalah sedekah. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah! Adakah jika seseorang daripada kita menunaikan syhawatnya ia mendapat ganjaran?” Rasulullah menjawab: “Tidakkah kamu merasakan suatu dosa jika ia menunaikan syahwatnya dengan cara yang haram?” Para sahabat menjawab: “Bahkan!!” Rasulullah menjawab: “Demikian juga apabila ia menunaikan syahwatnya dengan cara yang halal.”
4.4) Mengutamakan hak agama Islam:
Apabila berlaku pertembungan antara dua maslahah, iaitu maslahah Islam, jihad dan dakwah dengan maslahah kehidupan, isteri, anak dan harta… maka setiap individu muslim wajib mendahulukan maslahah jihad dan dakwah di atas segala maslahah dunia, kepentingan peribadi, dan perasaan terhadap negara dan keluarga. Ini kerana, membentuk masyarakat Islam, mengukuhkan asas negara Islam dan memberi petunjuk kepada insan yang dalam kesesatan… adalah tujuan utama. Bahkan ia merupakan matlamat dan tujuan yang paling murni. Inilah apa yang nyata dari pendirian Rib‘iy Ibn ‘Amir. Beliau berdiri di hadapan Rustum ketika peperangan al-Qadisiyyah lalu berkata: “Allah telah mengutuskan kami untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan manusia terhadap manusia kepada penyembahan terhadap Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasan akhirat, dari kezaliman pelbagai agama kepada keadilan Islam.”
Terdapat beberapa contoh para salafussoleh mendahulukan maslahah Islam dan jihad di atas segala maslahah peribadi, keluarga dan keturunan. Lebih-lebih lagi, perasaan yang cenderung terhadap keluarga dan isteri-isteri:
– Seorang sahabat yang hatinya penuh keimanan; Hanzalah Ibn Abi ‘Amir yang berkahwin dengan Jamilah Binti Ubaiy pada suatu malam Jumaat. Pada keesokan paginya kaum muslimin di seru supaya keluar ke medan jihad. Sebaik sahaja Hanzalah mendengarnya, beliau terus mengambil pedang, memakai baju perang kemudian menunggang kudanya. Beliau menuju ke medan perang Uhud. Apabila peperangan bermula, beliau bertempur sebagai seorang pahlawan. Setelah barisan kaum muslimin tidak teratur lagi, Hanzalah bertempur di tengah-tengah barisan kaum musyrikin sehinggalah beliau menemui Abu Sufyan. Beliau menyerangnya. Abu Sufyan pun tersungkur. Hanzalah ingin menyembelihnya dengan pedang. Tetapi Abu Sufyan menjerit mememinta pertolongan daripada kaum Quraisy. Suaranya didengari oleh beberapa orang. Mereka menyerang dan memukul Hanzalah sehingga ia terkorban sebagai seorang syahid.
Inilah dia Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam, Allah Subhanahu wa ta‘ala telah mendedahkan kepadanya alam ghaib, lalu Baginda bersabda: “Saya melihat malaikat memandikan Hanzalah di antara langit dan bumi dengan air embun di atas bekas yang diperbuat daripada perak.” Para sahabat pun bersegera pergi melihat Hanzalah. Mereka mendapati titisan air pada kepala Hazalah.… Lalu mereka bertanya kepada isterinya mengenai Hanzalah. Isterinya memberitahu bahawa sebaik sahaja beliau mendengar seruan jihad, ia terus keluar dalam keadaan berjunub dan belum sempat mandi wajib, dengan sebab itulah malaikat memandikannya.
– ‘Abdullah Ibn Abi Bakar Radiallahu‘anhuma berkahwin dengan ‘Atikah Binti Zaid. ‘Atikah adalah seorang yang jelita, berakhlak mulia dan sangat beradab. Oleh itu, ia terlewat untuk keluar berperang dan berjihad. Ayahnya Abu Bakar al-Siddiq menyuruhnya agar ia menjatuhan talak ke atas isterinya. Beliau menyatakan sebabnya: “Isteri engkau telah menyebabkan engkau sibuk dengannya dari keluar berperang, maka jatuhkan talak ke atasnya.” Lalu, ‘Abdullah menjatuhkan talak ke atas isterinya. Pada suatu ketika, ayahnya, terdengar beliau mengungkapkan syair:
فلم أرى مثلي طلق اليوم مثلها
ولا مثلها في غير ذنب تطلق
لها خلق جزل ورأي ومنصب
على كبر مني وإني لوامق
Maksudnya:
“Aku belum pernah melihat orang seperti aku yang mentalak wanita yang sepertinya.”
“Ia ditalak bukanlah kerana dosa yang ia lakukan.”
“Ia berbudi pekerti mulia, berfikiran tinggi dan berkedudukan.”
“Sedangkan aku sudah tua, dan hatiku amat menyintainya.”
Seorang ayah mahukan anaknya menceraikan isterinya. Tetapi setelah mendengar ungkapan syair ini, ayahnya menyuruh agar ia merujuk semula isterinya.
Selepas beberapa ketika, ‘Abdullah keluar berperang bersama Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam di Taif. Malangnya ia terkena panah dan meninggal dunia setelah pulang ke Madinah. Semoga Allah meredhainya.
– Al-Tabarani dan Ibn Ishaq meriwayatkan bahawa Abu Khaithamah pulang ke rumahnya setelah bermusafir. Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam pula telah keluar menuju ke medan peperangan selama beberapa hari. Pada hari itu, cuaca sangat panas. Ia mendapati kedua-dua isterinya sedang berkhemah di kebunnya. Terdapat dua buah khemah. Mereka telah merenjiskan air di sekitarnya. Mereka juga telah menyediakan air yang dingin dan makanan untuk menyambut kepulangan suami mereka. Apabila Abu Khaithamah tiba di sana, beliau berdiri di pintu khemah dan melihat apa yang dilakukan oleh kedua-dua orang isterinya, lalu berkata:
“Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam di bawah matahari yang terik dan angin yang panas. Sedangkan Abu Khaithamah di bawah teduhan yang dingin dan di hadapan hidangan makanan yang telah tersedia serta di sampingnya isteri yang jelita!! Ini bukanlah suatu yang adil.”
Beliau berkata lagi: “Demi Allah aku tidak akan masuk ke khemah kamu berdua sehinggalah aku menemui Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam terlebih dahulu.” Tanpa berlengah lagi, isteri-isterinya menyediakan bekalan. Abu Khuthaimah bersegera menunggang unta berangkat mengejar Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam sehinggalah ia menemui Baginda di medan Tabuk.
Tidak syak lagi, sesungguhnya umat Islam dan belia Islam ketika mana mereka mendahulukan cinta kepada Allah, Rasul, jihad di jalan Allah dan berdakwah melebihi segala yang lain di dalam kehidupan ini sama ada mahal atau pun murah; nescaya Allah Subhanahu wa ta‘ala akan memberikan kekuasaan kepada mereka di muka bumi ini. Menggantikan ketakutan mereka dengan keamanan, kelemahan mereka dengan kekuatan. Dunia akan berada di bawah pemerintahan mereka. Manusia seluruhnya akan tunduk kepada arahan dan larangan mereka… Jika mereka menyelewang, maka tunggulah ketentuan daripada Allah Subhanahu wa ta‘ala. Allah akan menurunkan bala dan azab. Allah Subhanahu wa ta‘ala tidak memberi hidayat kepada kaum yang keluar dari batas ketaatan kepadanya, dan terpesong dari petunjuk dan jalan Allah.
Benarlah firman Allah Subhanahu wa ta‘ala di dalam al-Quran:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Maksudnya: “Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika bapa-bapa kamu, dan anak-anak kamu, dan saudara-saudara kamu, dan isteri-isteri (atau suami-suami) kamu, dan kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu bimbang akan merosot, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, – (jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (daripada) berjihad untuk ugamaNya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusanNya (azab seksaNya); kerana Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (derhaka).” (Al-Taubah: 24)
Benarlah apa yang difirmankan oleh Tuhan kita yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi di dalam Al-Quran:-
إن هـذا القـران يهـدي للـتى هي أقـوم
Maksudnya: Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk ke jalan yang amat betul. (Al-Isra`: 9)
http://onlinerock.com/services/jailurrashied/kptgn_akhlaq.htm
Posted by Hasan Nazam at 9:56 AM
0 comments:
Post a Comment
Page break by AutoPager. Page( 7 ). Goto Window Top Page Up Page Down Goto Window Bottom
Thursday, July 24, 2008
Aurat dan Pornoaksi: Tinjauan Agama dan Rasional
Aurat dan Pornoaksi:
Tinjauan Agama dan Rasional
Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
Maksudnya: “Wahai anak-anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu (bahan-bahan untuk) pakaian menutup aurat kamu, dan pakaian perhiasan; dan pakaian yang berupa taqwa itulah yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah dari tanda-tanda (limpah kurnia) Allah (dan rahmatNya kepada hamba-hambaNya) supaya mereka mengenangnya (dan bersyukur).” (Al-A‘araf, 7: 26).
Islam telah menetapkan bahawa adanya bahagian yang tertentu menjadi aurat pada diri wanita yang perlu ditutupi. Ia adalah suatu hukum yang mudah menurut kacamata Islam yang umum di dalam kehidupan yang terdapat padanya perkara yang diharuskan dan perkara yang ditegah. Perspektif umum Islam menggesa agar kita menjauhkan diri dari segala godaan dan perkara yang meransang syahwat. Matlamatnya ialah memuliakan manusia dan meninggikan sifat nalurinya, disamping menjadikan kuasa yang di tangan seseorang dipandu oleh matlamat syari’at dan hukum-hakam akal…. agar manusia dinaungi dengan kemuliaan. Juga mengangkat darjat manusia daripada semata-mata menjadi seperti haiwan, sekadar makan dan memakai.
Apa yang berlaku terhadap wanita di barat, dan menjadi realiti yang biasa ialah kecenderungan kepada budaya bogel yang primitif. Sudah ketara pemudi-pemudi di Eropah, mereka selesa dengan adat tradisi separuh bogel. Apa yang dilihat pada hari-hari percutian musim panas suatu yang sangat parah.
Dengan syari’at Islam, masyarakat Islam adalah masyarakat yang bersih. Islam telah memfardhukan kebersihan luaran dan dalaman, zahir dan batin, pemikiran dan perasaan, pakaian dan tempat tinggal. Islam juga memfardhukan kesucian hati daripada segala penyakit-penyakitnya dan kebersihan lahiriah daripada segala kekotoran. Kemurnian hubungan antara lelaki dan wanita adalah satu cabang daripada prinsip kebersihan ini. Namun terdapat mereka yang inginkan kepincangan dan memandang hubungan sebegini sepertimana yang mereka katakan: “Hubungan biologi adalah suatu yang tabi’ie, tiada padanya sebarang kecelaan dan tiada sebarang ikatan.” Memandang manusia hanya sebagai lelaki atau wanita adalah pandangan yang cetek, sedangkan tersirat di sebaliknya persediaan ke arah kemuliaan dan ketinggian.
Kita telah melihat mereka yang telah memeluk Agama Islam di celahan situasi gejala yang terpesong ini, mereka itu telah bahagia dengan konsep Islam yang memuliakan manusia, sehingga berkata salah seorang daripada mereka yang memeluk Agama Islam kepada sekelompok bangsanya sendiri iaitu Eropah, yang perlu kami tegur pendekatannya, iaitu: “Selagimana kamu tidak memeluk Agama Islam, kamu adalah lembu…!” Ya benar! Sesungguhnya adab dakwah menolak perkataan yang sedemikian, tetapi perlu dijelaskan: Apabila mereka memeluk Agama Islam dan mengetahui tentang kebersihan Islam, mereka dapat mengenali hakikat taraf kebinatangan yang telah terpalit kepada mereka seketika dahulu (Dan suatu yang bercanggah itu menzahirkan kebaikan yang di sebaliknya).
Para pengkaji yang adil, mengetahui dengan yakin, tentang seks rambang yang dialami oleh orang bukan Islam khususnya di barat. Kebanyakan kanak-kanak, wanita dan pemuda tidak mengenali bapa mereka. Seorang suami kepada seorang wanita muslimah Amerika telah memberitahu kepadaku bahawa isterinya tidak pasti siapa bapanya yang sebenar, bapanya telah menggauli semua anak perempuannya dan dia bersyukur kepada Allah kerana Allah menyelamatkannya.
Sesungguhnya Islam menjaga nasab keturunan dan harta benda, yang merupakan salah satu dari objektif-objektif Islam yang dharuri (mesti). Yang mana hidup ini tidak akan konsisten tanpa unsur-unsur tersebut. Lantaran itu, para ulama’ Islam menamakannya sebagai al-maqosid ad-dharuri (objektif-objektif yang dharuri) iaitulah menjaga agama, akal, kehormatan, jiwa, harta, kebebasan dan kemuliaan.
Masyarakat Islam dibangunkan dengan menjaga perkara-perkara dharuri ini, mereka saling tolong-menolong untuk menjaganya, bahkan ia bertanggung jawab untuk memeliharanya demi kesejahteraan dan kelangsungan masyarakat Islam.
Antara suatu yang logik, ketetapan akal dan hukum-hakamnya yang jelas ialah jika ditegah dan diharamkan suatu perkara, maka ditegah juga wasilah (pengantara) dan segala sebab-musababnya. Oleh kerana syari’at Islam itu terbina dengan kebijaksanaan akal untuk mendapatkan maslahah (kebaikan), maka sudah tentulah Islam mengharamkan segala wasilah yang membawa kepada suatu yang haram; dan memfardukan wasilah yang membawa kepada suatu yang wajib. Oleh kerana mendedahkan aurat dan melihat aurat adalah satu perkara yang boleh membawa kepada yang diharamkan dan merosakkan penjagaan salah satu daripada al-maqosid ad-dharuri (objektif-objektif yang dharuri) dalam syari’at Islam; maka pada logik dan syari’at sudah pasti – perhiasan lelaki dan wanita hendaklah pada had kadar yang memelihara kemuliaan diri mereka serta menjamin kesejahteraan masyarakat – menjadi salah satu daripada kefardhuan Islam, adab-adab Islam yang murni dan lambang kebersihan Islam, serta kemuliaan dan ketinggian ISLAM.
HARAM DEDAH AURAT
Pengharaman ini adalah berdasarkan kepada firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ
Maksudnya: Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka.
Juga firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
Maksudnya: Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka.
(An-Nuur: 30, 31)
Terdapat pada diri lelaki bahagian aurat yang diharamkan kepada lelaki yang lain melihatnya dan wanita juga mempunyai bahagian aurat yang diharamkan ke atas wanita yang lain untuk melihatnya. Jelas, pada jasad lelaki terdapat bahagian yang diharamkan ke atas wanita melihatnya dan terdapat pada wanita bahagian yang diharamkan ke atas lelaki melihatnya. Perkara ini menunjukkan bahawa syari’at Islam adalah syari’at yang selaras dan bersepadu. Ia tidak mengkhususkan wanita sahaja bahkan ia merupakan syari’at yang adil. Ia memelihara segala masalah hubungan tabi’ie dan kecenderungan semulajadi antara lelaki dan wanita.
Hadis Nabi yang menyatakan tentang perkara ini ialah berdasarkan riwayat al-Tabarani dan al-Hakim. Al-Hakim mengatakan sanad hadis ini sahih daripada Abdullah Ibn Mas‘ud Radiallahu‘anhu. Beliau berkata: Bersabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang ia riwayatkan daripada Allah Subhanahu wa ta‘ala:
النَظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْسَ مَنْ تَرَكَهَا مِنْ مَخَافَتِي أَبْدَلْتُهُ إِيْمَانًا يَجِدُ حَلاَوَتَهُ فِي قَلْبِهِ
Maksudnya: “Pandangan adalah antara panahan iblis, sesiapa yang meninggalkan pandangan tersebut kerana takutkanKu maka akan aku gantikan dengan keimanan yang ia akan dapat rasakan kemanisannya di dalam hatinya.”
Imam Ahmad dan al-Tabarani meriwayatkan daripada Abu Umamah Radiallahu‘anhu, daripada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, Baginda bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَنْظُرُ إِلَى مَحَاسِنِ امْرَأَةٍ أَوَّلَ مَرَّةٍ ثُمَّ يَغُضُّ بَصَرَهُ إِلاَّ أَحْدَثَ اللَّهُ لَهُ عِبَادَةً يَجِدُ حَلاَوَتَهَا
Maksudnya: “Tiada seorang muslim yang memandang kepada kecantikan seorang wanita kemudian ia memejamkan matanya melainkan Allah Subhanahu wa ta‘ala timbulkan baginya satu ibadah dan ia merasakan kemanisan di dalam hatinya.”
Imam Ahmad dan Ibn Hibban meriwayatkan di dalam kitab sahih mereka dan juga al-Hakim, daripada ‘Ubadah Ibn Samit Radiallahu‘anhu, daripada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, Baginda bersabda:
اضْمَنُوا لِي سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنْ لَكُمْ الْجَنَّةَ اصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ وَأَوْفُوا إِذَا وَعَدْتُمْ وَأَدُّوا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ وَاحْفَظُوا فُرُوجَكُمْ وَغُضُّوا أَبْصَارَكُمْ وَكُفُّوا أَيْدِيَكُمْ
Maksudnya: “Pelihara enam perkara di dalam diri kamu nescaya aku akan menjamin syurga untuk kamu: Bercakap benar bila berbicara, apabila berjanji ia tepati, menjaga amanah apabila diberi amanah, menjaga kemaluan, menundukkan pandangan dan menjaga tangan kamu.”
Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan, daripada Abu Hurairah Radiallahu‘anhu, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنْ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأذُنَانِ زِنَاهُمَا الاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Maksudnya: “Allah telah menetapkan ke atas anak Adam nasib mereka berkaitan zina secara pasti: Zina mata ialah pandangan, zina telinga ialah pendengaran, zina lidah ialah bicara, zina tangan ialah penganiayaan, zina kaki ialah langkah, zina hati ialah hawa nafsu dan angan-angan, semua ini dibenarkan oleh kemaluan dan ia memperdayanya.”
Imam Muslim dan al-Tirmizi meriwayatkan, daripada Jarir Radiallahu‘anhu, beliau berkata:
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَقَالَ اصْرِفْ بَصَرَكَ
Maksudnya: “Aku bertanya kepada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam tentang pandangan yang tidak disengajakan, maka jawab Baginda: “Palingkan pandangan kamu.”
Tidak syak lagi antara matlamat Islam berkaitan menundukkan pandangan ialah – sepertimana yang dinyatakan oleh pengarang kitab Zilal – untuk mendirikan masyarakat yang bersih, yang tidak hanyut dilanda gelombang nafsu pada setiap detik dan tidak dipengaruhi oleh ransangan syahwat pada setiap masa. Pengaruh ransangan seks berterusan, dan berakhir dengan insan terhumban ke dalam api serakah syahwat yang tidak kunjung padam dan puas. Pandangan yang khianat, gerak geri yang memberahikan, perhiasan mereka yang bersolek serta tubuh yang bertelanjang, semuanya tidak lain, melainkan membakar semarak hawa nafsu yang menggila. Satu-satunya kaedah Islam untuk mewujudkan masyarakat yang bersih ialah menghalang semua pengaruh sebegini dan mengekalkan dorongan fitrah yang mendalam antara dua jantina ini dalam keadaan yang sejahtera dengan kekuatan yang tabi‘ie tanpa ada pengaruh yang sengaja diada-adakan.
Pernah diperkatakan bahawa terdapat faedah daripada perbuatan seperti melepaskan pandangan, berbicara terbuka, bergaul bebas, gurau senda dan bergembira tanpa batasan antara dua jantina, serta melihat bahagian aurat tersembunyi. Yang mana digembar-gemburkan bahawa ia boleh meredakan dan merehatkan, menjadi sebagai luahan terhadap hambatan dan halangan rasa ghairah, mengawal diri dari konflik dan tekanan jiwa, meringankan tekanan seksual dan lain-lain lagi.
Namun mereka yang berpegang dengan pandangan dan pemikiran ini telah lupa, kecenderungan fitrah antara lelaki dan perempuan merupakan kecenderungan yang mendalam dalam pembentukan yang hidup. Ini kerana Allah Subhanahu wa ta‘ala menciptakannya untuk meneruskan kehidupan di atas muka bumi ini, dan merealisasikan tugas khilafah manusia di atas muka bumi. Ia merupakan kecenderungan berkesinambungan.
Memarakkan gelombang nafsu sedemikian menambah lagi haru-biru, dan mendorong seseorang untuk memadamkannya secara lahiriyyah untuk memperolehi kerehatan. Jika ia gagal melakukannya maka saraf yang sedang bergelora akan kepenatan. Ia menyebabkan suatu penyeksaan yang berpanjangan.
Pandangan boleh memberahikan, ketawa boleh menghairahkan, gurau-senda boleh merangsang, dan jeritan yang mengungkapkan kecenderungan ini juga boleh memberi ransangan. Satu-satunya cara yang boleh dipercayai ialah dengan mengurangi pengaruh-pengaruh ini sehingga kecenderungan ini kekal pada batas-batasnya yang tabi‘ie. Seterusnya menyahut seruan yang tabi‘ie ini dengan perkahwinan yang syar‘ie.
Inilah dia landasan yang dipilih oleh Islam dan yang diredhai bagi keperluan seks manusia, untuk menyempurnakan ketenangan jiwa, kestabilan fikiran, kerehatan saraf dan ikatan murni yang mengikat keseluruhan bani insan!!
Alangkah indahnya apa yang pernah diungkapkan oleh sebahagian mereka berkaitan pengaruh pandangan:
كل الحوادث مبداها من النظر
ومعظم النار من مستصغر الشرر
كم نظرة فعلت في قلب صاحبها
فعل السهام بلا قوس ولا وتر
والمرء مادام ذا عين يقلبها
في أعين الغيد موقوف على خطر
يسر مقلته ما ضر مُهجتَه
لا مرحبا بسرور عاد بالضرر
Maksudnya:
“Mata adalah punca segala perlakuan yang pincang; api yang memarak berasal dari percikan yang kecil.”
“Betapa banyak penglihatan mengganggu hati tuannya; bak panahan yang menusuk hati tembus ke sanubarinya.”
“Selama mana manusia memiliki mata yang dipermain-mainkannya; merenung mata rupawan yang membahayakan.”
“Matalah yang girang gembira namun hatinya yang menerima bahananya; kita tidak mengalu-alukan kegembiraan yang berakhir dengan kemudharatan.”
Benarlah sabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam al-Tabarani:
ثَلاَثَةٌ لاَ تَرَى أَعْيُنُهُمْ النَّارَ عَيْنٌ حَرَسَتْ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَعَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ كَفَتْ عَنْ مَحَارَمِ اللهِ
Maksudnya: “Tiga mata yang tidak melihat api neraka, mata yang berwaspada di jalan Allah; mata yang menangis kerana takutkan Allah dan mata yang terpelihara daripada apa yang diharamkan Allah.”
Aurat Lelaki:
Al-Hakim telah mengeluarkan sebuah hadis daripada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, Baginda bersabda:
مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ عَوْرَةٌ
Maksudnya: “Apa yang di antara pusat dan lutut adalah aurat.”
Al-Hakim meriwayatkan bahawa Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang lelaki yang terdedah pahanya, maka Baginda berkata kepadanya sebagai memberi nasihat:
غَطِّ فَخِذَكَ فَإِنَّ الفَخِذَ عَوْرَةٌ
Maksudnya: “Tutupkan paha kamu, sesungguhnya paha adalah aurat.”
Menurut sebuah riwayat al-Tirmizi:
الفَخِذُ عَوْرَةٌ
Maksudnya: “Paha adalah aurat.”
Nas-nas hadis ini menjelaskan bahawa tidak harus bagi seorang lelaki mendedahkan sejuzuk pun antara lutut dan pahanya, sama ada ketika bersukan, berenang, latihan dan juga di kolam air, sekalipun aman daripada rasa syahwat.
Aurat Wanita:
Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ لِبُعُولَتِهِنَّ …
Maksudnya: “Dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka… (An-Nuur: 31)
Wanita-wanita Islam diperintahkan menutupkan dan mengulurkan penutup kepalanya sehingga dapat menutupi leher dan dadanya. Bahagian dada dan belahan dadanya tidak boleh didedahkan sebagaimana yang dilakukan wanita-wanita jahiliah.
Suara wanita pula mestilah dikawal supaya tidak menggoda. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:
فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ
Maksudnya: “Oleh itu janganlah kamu berkata-kata dengan lembut manja (semasa bercakap dengan lelaki asing) kerana yang demikian boleh menimbulkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya (menaruh tujuan buruk kepada kamu)” (Al-Ahzab: 32).
Perhiasan Wanita Yang Boleh Didedahkan:
Para ulama’ juga telah menyebut pendapat-pendapat yang ma’thur dari sahabat dan tabi’ien. Al-Qurtubi mengatakan bahawa; Ibn ‘Abbas, Al-Miswar bin Makhramah dan Qatadah mengatakan perhiasan yang zahir ialah:
“Celak, gelang dan inai pada kadar setengah hasta serta subang dan cincin.”
Di dalam kitab Fath Al-Qodir karangan Al-Imam Al-Syaukani, diriwayatkan daripada Ibn ‘Abbas:
“Setengah betis atas dari kaki, itulah apa yang zahir.”
Al-Imam Al-Alusi berkata: “Apa yang disebutkan oleh Al-Imam Al-Zamakhsyari adalah dari pendapat yang masyhur dalam mazhab Abu Hanifah, bahawa bahagian perhiasan yang zahir adalah merangkumi:
“Wajah, dua tangan hingga ke pergelangan dan kaki hingga ke buku lali; bukanlah aurat, maka tidak diharamkan melihat kepadanya. Kepayahan untuk menutup dua kaki hingga ke buku lali adalah lebih berbanding kepayahan menutup dua tangan hingga ke pergelangan, terutama bagi kebanyakan wanita Arab yang fakir.”
Budaya Pincang:
Wanita berpakaian ketat di hadapan mahramnya (kerabat si wanita yang haram menikahinya) dan di hadapan wanita lain saja tidak boleh. Apalagi di hadapan lelaki lain. Masalah wanita berpakaian ketat ini ditegaskan oleh Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam:
سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي رِجَالٌ يَرْكَبُونَ عَلَى السُّرُوجِ كَأَشْبَاهِ الرِّجَالِ يَنْزِلُونَ عَلَى أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ نِسَاؤُهُمْ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ عَلَى رُءُوسِهِمْ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْعِجَافِ الْعَنُوهُنَّ فَإِنَّهُنَّ مَلْعُونَاتٌ
Maksudnya: “Akan ada di akhir ummatku orang-orang yang naik di atas pelana seperti layaknya orang-orang besar, mereka singgah di depan pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang, di atas kepala mereka ada semacam punuk unta, laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka itu terlaknat.” (Hadis riwayat Ahmad. Al-Haitsami berkata: Para periwayat Ahmad dinilai Sahih).
Sabda Baginda Sallallahu ‘alaihi wasallam “kasiyat ‘ariyat” telah ditafsirkan:
– Berpakaian dengan pakaian pendek yang tidak menutupi aurat yang harus ditutup.
– Mengenakan pakaian tipis yang tidak menutupi kulitnya dari pandangan di baliknya.
– Pakaian ketat yang memang menutupi kulit dari pandangan namun tetap menampakan lekuk dan bentuk kemolekan tubuh wanita.
Sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam lagi:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ ، لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Maksudnya: “Dua golongan termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihat mereka; satu kaum (penguasa) yang membawa cambuk (besar) seperti ekor lembu, dengannya mereka memukul manusia; dan kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang, menggoda dan melenggok-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mendapati aromanya, padahal aromanya boleh didapat dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (Riwayat Muslim)
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang dua fenomena: Sadisme dan Pornoaksi. Golongan pertama adalah kaum lelaki sedangkan golongan kedua adalah kaum wanita. Antara kedua golongan yang berlawanan jenis ini tentu saja ada interaksi. Ini kerana, dalam suatu komuniti masyarakat yang banyak dijumpai wanita-wanita seperti golongan kedua, pasti akan banyak terjadi perkosaan, kekerasan, sadisme, pergolakan dan penganiayaan seperti yang dilakukan golongan pertama.
Golongan pertama menggunakan kekerasan sebagai senjatanya sedang golongan kedua menggunakan kelembutan (keindahan) sebagai senjatanya. Golongan kedua sering berselindung di balik istilah moden, seni dan keindahan, untuk menipu manusia. Orang sering mengutuk perbuatan golongan pertama dengan kata-kata kejam, sadis dan buas, tetapi menyanjung golongan kedua dengan sebutan seperti artis, ratu kecantikan dan wanita moden.
Justeru perlu diingat bahawa tidak mendedahkan diri kepada khalayak adalah lebih baik daripada berdedah dengan perhiasan seperti orang yang jahil agama. Firman Allah SWT:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُولَى
Maksudnya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah.” (Al-Ahzab: 33)
Beberapa Halangan:
1) Kemungkinan suasana masyarakat dan keadaan setempat menyebabkan seseorang keberatan melaksanakan beberapa perintah Allah Subhanahu wa ta‘ala dan tuntuan agama, ia mestilah memahami bahawa dalam setiap perkara memerlukan kesabaran. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ
Maksudnya: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang.” (Al-Baqarah, 2)
Bersabar untuk melakukan ketaatan adalah suatu kemestian. Sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam:
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
Maksudnya: “Akan tiba suatu zaman, manusia pada ketika itu perlu bersabar melakukan ketaatan seperti mengenggam bara api.”
Ganjaran besar bagi orang bersusah payah dan bersabar untuk melakukan suatu amalan dibayangkan di dalam hadith Nabi Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam diriwayatkan daripada Ma‘qil bin Yasir:
الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ
Maksudnya: “Beribadat dalam kepayahan adalah seperti berhijrah kepadaku.” (Musnad Imam Ahmad).
Tidak sepatutnya seseorang terikut-ikut dengan orang lain untuk melakukan sesuatu, sabda Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam:
لاَ تَكُونُوا إِمَّعَةً ، تَقُولُونَ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا ، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا ، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا ، وَإِنْ أَسَاؤُوا فَلاَ تَظْلِمُوا
Maksudnya: “Janganlah sese

 
Leave a comment

Posted by on May 18, 2012 in Islami

 

Tags: